Anotasi Bibliografi Pendidikan Multikultural
ANOTASI 1
Kutipan
|
Multicultural education is the process of planting a
way of life respect, sincere, and tolerant of diversity of cultures living in
the middle of the plural society.
|
Sunber
|
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural adalah proses penanaman
cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya
yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Jadi, pendidikan multikultural menitikberatkan pada
sikap hidup yang menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman
budaya yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tidak
adahal-hal semacam tekanan, dominasi, diskriminasi, saling mencemooh, dan
lain-lain, yang ada kemudian adalah hidup berdampingan secara harmonis,
saling toleransi, menghormati, pengertian, dan sebagainya.
|
ANOTASI 2
Kutipan
|
Multicultural education is a concept or
idea as a set of beliefs (sets of believe) and explanations that
recognize and assess the importance of cultural diversity and ethnicity in
shaping the lifestyle, social experiences, personal identity and educational
opportunities of individuals, groups and State
|
Sumber
|
James A. Bank, 2001: 28
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural adalah konsep atau ide
sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang
mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk
gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok maupun Negara
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa
pendidikan multicultural berperan dalam membentuk suatu identitas yang di
miliki sesesorang. Selain itu , pendidikan multicultural memberikan
kesempatan kepada seorang warga Negara yang berbeda ras, suku , agama , untuk
mendapat hak yang sama dalam pendidikan maupun hak – hak yang lain sebagai
warga Negara.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa
pendidikan multicultural merupakan suatu
|
ANOTASI 3
Kutipan
|
Multicultural education is
directed to create awareness, tolerance, understanding, and knowledge
into account cultural differences, and also the differences
and similarities between cultures and its relation to world
view, concepts, values, beliefs, and attitudes
|
Sumber
|
Lawrence J. Saha, 1997: 348.
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan
kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang mempertimbangkan
perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan
kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap
Dari kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa tujuan
pendidikan multicultural adalah untuk mengharghai perbedaan dan persamaan
yang di miliki oleh seseorang. Perbedaan ras ,suku, budaya , agama ,
bahasa merupakan sesuatu yang harus di hargai.
|
ANOTASI 4
Kutipan
|
Multicultural education can be seen from 3 (three)
aspects: concept, movement, and processes. From the aspect of the concept,
multicultural education is understood as the ideas that sees all students
regardless of their gender and social class, their ethnicity, their race, and
/ or other cultural characteristics have the same opportunity to learn in the
classroom. From the aspect of movement, multicultural education is defined as
an attempt to change schools and educational institutions so that students
from all social classes, gender, racial and cultural groups have equal
opportunities to learn.
|
Sumber
|
James A. Bank, 1989: 2-3
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural dapat dilihat dari 3 (tiga)
aspek: konsep, gerakan, dan proses. Dari aspek konsepnya, pendidikan
multikultural dipahami sebagai ide yang memandang semua siswa tanpa
memperhatikan gender dan kelas sosial mereka, etnik mereka, ras mereka, dan
atau karakteristik-karakteristik kultural lainnya memiliki kesempatan yang
sama untuk belajar di kelas. Dari aspek gerakannya, pendidikan multikultural
didefinisikan sebagai usaha untuk mengubah sekolah-sekolah dan
institusi-institusi pendidikan sehingga siswa dari semua kelas sosial,
gender, ras, dan kelompok-kelompok kultural memiliki kesempatan yang sama
untuk belajar.
Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
setiap siswa memiliki hak yang sama untuk belajar di sekolah, baik itu dari
suku , etnis , budaya yang berbeda. Setiap sekolah tidak boleh membedakan
siswa bedasarkan suku atau bydata tertentu.
|
ANOTASI 5
Kutipan
|
The reason the background of multicultural education
is the existence of the community with individuals with diverse language
background and nationality (nationality), race (race or etnicity), religion
(religion), gender, and social class (social class). The diversity of
backgrounds of individuals in the community have implications for the
diversity of backgrounds of students in an educational institution.
|
Sumber
|
Bank, 1989: 14
|
Komentar
|
Alasan yang melatar belakangi adanya pendidikan
multikultural adalah keberadaan masyarakat dengan individu-individu yang
beragam latar belakang bahasa dan kebangsaan (nationality), suku (race or
etnicity), agama (religion), gender, dan kelas sosial (social class).
Keragaman latar belakang individu dalam masyarakat tersebut berimplikasi pada
keragaman latar belakang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan
Di sini di jelaskan bahwa perbedaan suku , budaya ,
gender ,status social , menyebabkan keragaman dalam kehidupan. Namun , pada
dasarnya setiap orang memiliki hak yang sama , terutama dalam pendidikan.
Tidak memandang dari latar belakang yang mana , setiap orang mempunyai hak
untuk
belajar.
|
ANOTASI 6
Kutipan
|
With multicultural education, it is expected the
nation’s resilience and mental resilience to face conflict of social
conflict, so that national unity is not easily broken and cracked.
|
Sumber
|
|
Komentar
|
Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya
kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial,
sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.
Di sini terlihat jelas salah satu pentingnya
pendidikan multikultural bagi bangsa Indonesia, yaitu untuk menjaga keutuhan
bangsa, persatuan dan kesatuan tetap terjaga, dan yang pasti integritas
bangsa semakin kuat.
Dengan adanya pendidikan multicultural setiap orang
diharapkan dapat menghargai perbedaan,.
|
ANOTASI 7
Kutipan
|
The purpose of Multicultural Education is the
transformation of cooperative learning where in the process of learning each
individual has equal opportunity. Meanwhile, the transformation itself
includes cooperative learning education teaching and learning, the
conceptualization and organization learning. Implies cooperative learning as
a learning strategy that uses small groups, where learners work together,
learn from each other, discuss and share knowledge, communicate with each
other, help each other to understand the learning material, so that the
cooperative learning of each member of the group responsible for the success
each member of the group.
|
Sumber
|
Muhammad Yaumi, Tri Suhartati, dan Darlan Sidik
|
Komentar
|
Tujuan Pendidikan Multikultural adalah transformasi
pembelajaran kooperatif di mana di dalam proses pembelajaran setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi pembelajaran
kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar, konseptualisasi
dan organisasi belajar. Belajar kooperatif mengandung pengertian sebagai
suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, di mana
pembelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling
membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami
materi pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota
kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan multikultural yakni mencakup transformasi pembelajaran kooperatif
dan belajar kooperatif.
|
ANOTASI 8
Kutipan
|
Multiculturalism can be defined as, “A philosophical
position and movement that deems that the gender, ethnic, racial, and cultural
diversity of a pluralistic society should be reflected in all of the
institutionalized structures of educational institutions, including the
staff, the norms, and values, the curriculum, and the student body” (Banks
& Banks, 1997: 435).
|
Sumber
|
Banks, J. A., & McGee Banks, C. A. (Eds.).
(1997).
Multicultural education: Issues and Perspectives
(3rd ed).
Boston: Allyn and Bacon.
|
Komentar
|
Multikulturalisme dapat digambarkan sebagai, “Suatu
posisi dan gerakan yang filosofis yang menganggap bahwa gender, kesukuan,
rasial, dan keanekaragaman budaya dari suatu masyarakat plural harus
dicerminkan di dalam semua lembaga pendidikan, termasuk staf, norma-norma,
nilai-nilai, kurikulum, dan siswa”.
Dapat dikatakan bahwa multicultural adalah penyatuan
dari perbedaan kultur atau budaya. Dalam multicultural, perbedaan itu dianggp
tidak ada dengan dicerminkan di dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran
di lembaga pendidikan dari siswa, staf, norma-norma, dan nilai-nilai sampai
pada kurikulumnya.
|
ANOTASI 9
Kutipan
|
Banks and Banks (1995) define multicultural
education:
“Multicultural education is a field of study and an
emerging discipline whose major aim is to create equal educational
opportunities for students from diverse racial, ethnic, social-class, and cultural
groups. One of its important goals is to help all students to acquire the
knowledge, attitudes, and skills needed to function effectively in a
pluralistic democratic society and to interact, negotiate, and communicate
with peoples from diverse groups in order to create a civic and moral
community that works for the common good.” (p. xi)
“Multicultural education not only draws content,
concepts, paradigms, and theories from specialized interdisciplinary fields
such as ethnic studies and women studies (and from history and the social and
behavioral sciences), it also interrogates, challenges, and reinterprets
content, concepts, and paradigms from the established disciplines.
Multicultural education applies content from these fields and disciplines to pedagogy
and curriculum development in educational settings. Consequently, we may
define multicultural education as a field of study designed to increase
educational equity for all students that incorporates, for this purpose,
content, concepts, principles, theories, and paradigms from history, the
social and behavioral sciences, and particularly from ethnic studies and
women studies.” (p. xii)
|
Sumber
|
|
Komentar
|
“pendidikan multikultural merupakan bidang studi dan
disiplin yang muncul yang tujuan utamanya untuk menciptakan kesempatan
pendidikan yang sama bagi siswa dari berbagai ras, etnis, kelas sosial, dan kelompok
budaya Salah satu tujuan penting adalah. untuk membantu semua siswa untuk
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat demokratis pluralistik dan
untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan berkomunikasi dengan masyarakat dari
kelompok beragam dalam rangka menciptakan masyarakat sipil dan moral yang
bekerja untuk kebaikan bersama. “(p. xi)
“Pendidikan Multikultural tidak hanya menarik isi,
konsep, paradigma, dan teori dari bidang interdisipliner khusus seperti studi
etnik dan studi perempuan (dan dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial dan
perilaku), juga menanyakan, tantangan, dan menafsirkan isi, konsep, dan
paradigma dari disiplin didirikan pendidikan multikultural berlaku. konten
dari bidang-bidang dan disiplin ilmu untuk pengembangan pedagogi dan
kurikulum dalam pengaturan pendidikan. Akibatnya,. kita dapat mendefinisikan
pendidikan multikultural sebagai bidang studi yang dirancang untuk
meningkatkan ekuitas pendidikan untuk semua siswa yang menggabungkan, untuk
tujuan ini , Isi, konsep, prinsip, teori, dan paradigma dari sejarah,
ilmu-ilmu sosial dan perilaku, dan terutama dari studi etnis dan studi
perempuan. “(xii p.)
Pendidikan multicultural bertujuan untuk pemerataan
hak dari setiap ras, suku, agama, dan perbedaaan-perbedaan yang lain.
Walaupun berbeda, semua siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan. Sehingga dapat tercipta persatuan dan tidak dihiraukannya
perbedaan yang ada dan tercipta masyarakat yang demokratis pluralistic yang
dapat berinteraksi dan berkomunikasi diantara perbedaan yang ada untuk
kebaikan bersama.
|
ANOTASI 10
Kutipan
|
Moses Asy’arie, that multicultural education is the
process of planting a way of life respect, sincere, and tolerant of diversity
of cultures living in the middle of the plural society.
|
Sumber
|
Posted: September 16, 2008 by asefamani in Artikelku
|
Komentar
|
Musa Asy’arie, bahwa pendidikan multikultural
adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Di sini jelas terlihat bahwasanya pendidikan
multikultural menitikberatkan pada sikap hidup yang menghormati, tulus, dan
toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat. Tidak ada kemudian semacam tekanan, dominasi,
diskriminasi, saling mencemooh, dan lain-lain, yang ada kemudian adalah hidup
berdampingan secara harmonis, saling toleransi, menghormati, pengertian, dan
sebagainya
|
ANOTASI 11
Kutipan
|
Multicultural education
acknowledges the ethnic and cultural diversity of a nation, as it says
R. Stavenhagen:
Religious, linguistic, and national minoritas, as
well as indigenous and tribal peoples were often subordinated, sometimes
forcefully and against their will, to the interest of the state and the
dominant society. While many people… had to discard their own cultures,
languages, religions and traditions, and adapt to the alien norms and customs
that were consolidated and reproduced through national institutions,
including the educational and legal system.
|
Sumber
|
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman
etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa, sebagaimana dikatakan R.
Stavenhagen:
hak agama, linguistik, dan nasional, serta
masyarakat adat dan masyarakat adat sering subordinasi, kadang-kadang kuat
dan melawan akan mereka, untuk kepentingan negara dan masyarakat yang
dominan. Sementara banyak orang … harus membuang budaya mereka sendiri,
bahasa, agama dan tradisi, dan beradaptasi dengan norma-norma asing dan adat
istiadat yang digabung dan direproduksi melalui lembaga-lembaga nasional,
termasuk sistem pendidikan dan hukum.
Dari kutipan diatas dapat terlihat bahwa pendidikan
multikultural dapat menyatukan seluruh perbedaan-perbedaan yang ada di dalam
masyarakat demi kepentingan negara.
|
ANOTASI 12
Kutipan
|
Multicultural education (multicultural education) is
responsive to the diversity of school population growth, as demand
equal rights for each group. In another dimension, a multicultural
education curriculum development and educational activities to enter the
various views, history, accomplishments and attention to non-European
people (Hilliard, 1991-1992). While broadly multicultural education that
includes all students regardless of their group-group such as gender, ethnic,
racial, cultural, social and religious strata.
|
Sumber
|
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural (multicultural education)
merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana
tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan
multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk
memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap
orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedangkan secara luas pendidikan
multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan
kelompok-kelompoknya seperti gender, etnic, ras, budaya, strata sosial dan
agama.
Jadi, pendidikan multicultural merupakan pendidikan
yang sangat penting untuk dikenalkan kepada siswa sejak dini agar kelak saat
dewasa tidak ada lagi masalah mengenai konflik-konflik gender, etnic, ras,
budaya, srata social dan agama.
|
ANOTASI 13
Kutipan
|
Next James Banks (1994) explains that multicultural
education has five interrelated dimensions:
1. Content integration ; integrate
different cultures and groups to illustrate the fundamental concepts,
generalizations and theories in the subjects / disciplines.
2. The Knowledge Construction Process
; Bringing students to understand the cultural implications into a subject
(discipline)
3. An Equity-Paedagogy ; Adjusting
teaching methods with student learning in order to facilitate the academic
achievement of students who vary in terms of racial, cultural or social.
4. Prejudice Reduction ; Identify the
racial characteristics of students and determine their teaching methods
5. Train groups to participate in
sporting activities, interact with all staff and students of different
ethnicity and race in an effort to create an academic culture.
|
Sumber
|
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
|
Komentar
|
Selanjutnya James Banks (1994) menjelaskan bahwa pendidikan
multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan:
1. Content integration ;
mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep
mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu.
2. The Knowledge Construction Process
; Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata
pelajaran (disiplin)
3. An Equity Paedagogy ; Menyesuaikan
metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi
prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun
sosial.
4. Prejudice Reduction ;
Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran
mereka
5. Melatih kelompok untuk
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan
siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.
Jadi, pendidikan miltikultural selain mengajarkan
budaya-budaya dalam Negara juga ikut mengajarkan dan mendorong siswa
agar aktif dalam kegiatan olahraga. Dengan tujuan agar para siswa berinteraksi
dengan etnis dan ras yang berbeda sehingga tercipta budaya akademik.
|
ANOTASI 14
Kutipan
|
According Tilaar, multicultural education begins
with the development of ideas and consciousness of “interculturalism” after
World War II. The emergence of the idea and consciousness
of “interculturalism” is in addition associated with
international political developments related to human
rights, freedom from colonialism, and racial discrimination and others,
also because of the increasing plurality in Western countries as
a result of increased migration of newly independent
countries to America and Europe.
|
Sumber
|
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
|
Komentar
|
Menurut Tilaar, pendidikan multikultural berawal
dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme” seusai
perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini selain
terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan
dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena
meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari
peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.
Jadi, menurut Tilaar diatas pendidikan multicultural
muncul karena adanya pluralitas dan bahkan semakin hari semakin meningkat di
Negara-negara Barat.
|
ANOTASI 15
Kutipan
|
The term “multicultural education” can be used both
descriptive and normative levels, which describes the issues and educational
issues related to multicultural society. Furthermore it also includes the
notion of the consideration of policies and strategies of education in a
multicultural society. In this descriptive context, the multicultural
education curriculum must necessarily include subjects such as: tolerance;
the themes of ethno-cultural differences and religion: the dangers of
discrimination: conflict resolution and mediation: human rights; democratic
and pluralism; universal humanity and other subjects Relevant
|
Sumber
|
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
|
Komentar
|
Istilah “pendidikan multikultural” dapat digunakan
baik pada tingkat deskriftif dan normatif, yang menggambarkan isu-isu dan
masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural.
Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap
kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan dalam masyarakat
multikultural. Dalam konteks deskriftif ini, maka kurikulum pendidikan
multikultural mestilah mencakup subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema
tentang perbedaan ethno-kultural dan agama: bahaya diskriminasi: penyelesaian
konflik dan mediasi: HAM; demokratis dan pluralitas; kemanusiaan universal
dan subjek-subjek lain yang relevan
Jadi, pendidikan multicultural yang berkaitan erat
dengan masyarakat multicultural ini harus memenuhi subjek-subjek kurikulum
pendidikan multicultural.
|
ANOTASI 16
Kutipan
|
Multicultural education as a concept emerged because
there are political interests, social, economic, and intellectual push.
Discourse of multicultural education at first appeared in America because
they have historical roots with the human rights movement (HAM) from various
groups who are oppressed in the country. Many of multicultural education
refers to the social movements of African Americans and other groups of color
who experience discrimination practices in public institutions in the
struggle for human rights in the 1960s. Among the institutions that are
specifically highlighted as hostile to the idea of racial equality at the
time was the institution. In the late 1960s and early 1970s, the voices that
require educational institutions to ensure consistency in accepting and
appreciating differences intensified echoed by activists, leaders, and
parents. They insist on equality of opportunity in employment and education.
Momentum is what is considered as the beginning of the conceptualization of
multicultural education.
|
Sumber
|
efendi sanusi
dosen fkip univ lampung
Pendidikan Multikultural dan Implikasinya
Posted on September 6th, 2009 A. Effendi Sanusi
Banks, J. 1993. Multicultural Education: Historical
Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education.
Cunningham, William G. dan Paula A. Cordeiro. 2003.
Educational Leadership A Problem-Based Approach: Second Edition. United
States of America: Tara Whorf.
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep
muncul karena ada interes politik, sosial, ekonomi, dan intelektual yang
mendorong. Wacana pendidikan multikultural pada awalnya muncul di Amerika
karena punya akar sejarah dengan gerakan hak asasi manusia (HAM) dari
berbagai kelompok yang tertindas di negeri tersebut. Banyak pendidikan
multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika keturunan Afrika
dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi di
lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di
antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide
persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan
awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar
konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin gencar
dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh, dan orang tua. Mereka menuntut
adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum
inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi pendidikan
multikultural.
Jadi, dapat dijelaskan bahwa pendidikan multicultural
berawal dari gerakan orang Amerika yang keturunan Afrika dan kelompok kulit
berwarna yang menuntut persamaan kesempatan dalam bekerja dan hak untuk
mendapatkan pendidikan.
|
ANOTASI 17
Kutipan
|
In the 1980s considered the emergence of institutions
that are based on multicultural education school which was founded by
researchers and activists of progressive education. James Banks was one of
the pioneers of multicultural education. He who membumikan concept of
multicultural education into the idea of equality of education. In the
mid-and late-1980s, emerged group of scholars including Carl Grant, Christine
Sleeter, Geneva Gay, and Sonia Nieto provide a broader insight about
multicultural education, deepen the framework membumikan idea of equality of education
and correlates with transformation and social change.
|
Sumber
|
efendi sanusi dosen fkip univ lampung Pendidikan Multikultural dan
Implikasinya Posted on
September 6th, 2009 A. Effendi Sanusi
Banks, J. 1993. Multicultural Education: Historical
Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education.
Cunningham, William G. dan Paula A. Cordeiro. 2003.
Educational Leadership A Problem-Based Approach: Second Edition. United
States of America: Tara Whorf.
|
Komentar
|
Tahun 1980-an dianggap sebagai kemunculan lembaga
sekolah yang berlandaskan pendidikan multikultural yang didirikan oleh para
peneliti dan aktivis pendidikan progresif. James Bank adalah salah seorang
pioner dari pendidikan multikultural. Dia yang membumikan konsep pendidikan
multikultural menjadi ide persamaan pendidikan. Pada pertengahan dan akhir
1980-an, muncul kelompok sarjana di antaranya Carl Grant, Christine Sleeter,
Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas soal pendidikan
multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide persamaan
pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan sosial.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa yang
mengenalkan pendidikan multicultural menjadi ide persamaan pendidikan adalah
Jemes Bank. Dan dilanjutkan oleh sarjana-sarjana lain dengan lebih
memperdalamnya lagi.
|
ANOTASI 18
Kutipan
|
Multicultural education can have an impact upon
every aspect of a school’s operation: staffing, curriculum, tracking,
testing, pedagogy, disciplinary policies, student involvement, and parent and
community involvement (Nieto, 1992). Clearly, multicultural education, as
practiced in the United States, takes many varied forms.
|
Sumber
|
Nieto, S. (1992). Affirming diversity: The
sociopolitical context of multicultural education. New York: Longman. (ED 361
440)
Varieties of Multicultural Education: An
Introduction. ERIC Digest 98.
ERIC Clearinghouse on Urban Education New York NY.
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural dapat berdampak pada setiap
aspek operasi sebuah sekolah: kepegawaian, kurikulum, pelacakan, pengujian,
pedagogi, kebijakan disiplin, keterlibatan siswa, dan orang tua dan
keterlibatan masyarakat (Nieto, 1992). Jelas, pendidikan multikultural,
seperti yang dipraktekkan di Amerika Serikat, mengambil bentuk bervariasi
banyak.
Jadi Pendidikan Multikultural adalah ilmu yang dapat
mempengaruhi dan berdampak pada banyak aspek yang ada di sebuah sekolah dan
mempunyai banyak variasi. Aspek yang dapat terpengaruh oleh pendidikan
Multikultural yaitu dari segi pendidikan, kurikulum, sampai pada kepegawaian
dan orang tua dan keterlibatan masyarakat.
|
ANOTASI 19
Kutipan
|
Sleeter and Grant (1993) also extend this type of
multicultural education to include a much broader spectrum of programs with
socially-oriented and social activist goals. The programs they refer to,
which are much less common–and which can be much more controversial–emphasize
pluralism and cultural equity in the American society as a whole, not simply
within the schools. In order to reach their goals, such programs can employ a
number of approaches. Many emphasize the application of critical thinking
skills to a critique of racism, sexism, and other repressive aspects of
American society; some emphasize multilingualism; others attempt to examine
issues from a large number of viewpoints different from that of the
predominant culture; still others can utilize cooperative learning approaches
and decision-making skills in order to prepare students to become
socially-active citizens.
|
Sumber
|
Sleeter, C. E., & Grant, C. A. (1993). Making choices
for multicultural education: Five approaches to race, class and gender (2nd
ed.). New York: Merrill.
Varieties of Multicultural Education: An
Introduction. ERIC Digest 98.
ERIC Clearinghouse on Urban Education New York NY.
|
Komentar
|
Sleeter dan Grant (1993) juga memperluas jenis
pendidikan multikultural dapat mencakup spektrum yang lebih luas dari program
dengan tujuan aktivis sosial yang berorientasi dan sosial. Program yang
mereka lihat, yang jauh kurang umum – dan yang bisa jauh lebih kontroversial
– menekankan pluralisme dan ekuitas budaya dalam masyarakat Amerika secara
keseluruhan, tidak hanya di sekolah. Dalam rangka mencapai tujuan mereka,
program tersebut dapat menggunakan sejumlah pendekatan. Banyak menekankan
penerapan keterampilan berpikir kritis untuk sebuah kritik terhadap rasisme,
seksisme, dan aspek represif lainnya dari masyarakat Amerika, beberapa
menekankan multilingualisme, upaya lain untuk meneliti masalah dari sejumlah
besar sudut pandang berbeda dari budaya dominan; masih orang lain dapat
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dan keterampilan membuat
keputusan dalam rangka untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara
sosial-aktif.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa
pendidikan multicultural tidak hanya di sekolah, pendidikan multicultural
dapat juga menggunakan pendekatan yang lebih menekankan pada keterampilan
berfikir kritis.
|
ANOTASI 20
Kutipan
|
The Multicultural education paradigm points the
education as cultural transformation domain which revealed discriminative
practice in educational process. Multicultural education can be presented in
various approaches, that is; content oriented programs, student oriented
programs and socially oriented programs.
|
Sumber
|
Hermi Yanzi,
|
Komentar
|
Paradigma pendidikan multikultural poin
pendidikan sebagai domain transformasi budaya yang
mengungkapkan praktik diskriminatif dalam proses
pendidikan. Pendidikan multikultural dapat disajikan
dalam berbagai pendekatan, yaitu; program berorientasi
konten, program berorientasi siswa dan program sosial
berorientasi.
Jadi, pendidikan multicultural dapat disajikan dalam
berbagai pendekatan yang pendekatan-pendekatan tersebut merupakan paradigma
pendidikan multicultural.
|
ANOTASI 21
Kutipan
|
The term multiculturalism by Parekh
(1997:2001) as proposed by Saifuddin (2006:139) includes at least three
elements, namely (1) associated with the culture, (2) refers to the plurality
of cultures, and (3) a certain way to respond to such plurality.
|
Sumber
|
Parekh (1997:2001)
|
Komentar
|
Istilah multikulturalisme menurut Parekh (1997:2001)
sebagaimana dikemukakan oleh Saifuddin (2006:139) mencakup sedikitnya tiga
unsur, yaitu (1) terkait dengan kebudayaan, (2) merujuk kepada pluralitas
kebudayaan, dan (3) cara tertentu untuk merespon pluralitas tersebut.
Dengan demikian, maka multikulturalisme adalah cara
pandang kebudayaan yang diwujudkan secara konkret dalam kehidupa yang nyata.
|
ANOTASI 22
Kutipan
|
Another thing that lies behind the existence
of multicultural education is the existence of three social theories
that could explain the relationship between individuals in a
society with diverse religious background, ethnicity, language,
and culture. According to Ricardo L. Garcia (1982: 37-42) third
social theory are: (1) Melting Pot I: Anglo Conformity, (2) Melting Pot
II: Ethnic Synthesis, and (3) Cultural Pluralism: Mosaic Analogy. All three
theories are popularly known as the theory of society
majmuk (communal theory).
|
Sumber
|
Menurut Ricardo L. Garcia (1982: 37-42)
|
Komentar
|
Hal lain yang melatarbelakangi adanya pendidikan
multikultural adalah adanya tiga teori sosial yang dapat menjelaskan hubungan
antar individu dalam masyarakat dengan beragam latar belakang agama, etnik,
bahasa, dan budaya. Menurut Ricardo L. Garcia (1982: 37-42) ketiga teori
sosial tersebut adalah: (1) Melting Pot I: Anglo Conformity, (2) Melting Pot
II: Ethnic Synthesis, dan (3) Cultural Pluralism: Mosaic Analogy. Ketiga
teori tersebut populer dengan sebutan teori masyarakat majmuk (communal
theory).
|
ANOTASI 23
Kutipan
|
Multicultural education is very important place to
minimize and prevent conflict in some areas. Through-based
multicultural education, attitude and mindset (thinking), students will
be more open to understand and appreciate diversity.
|
Sumber
|
|
Komentar
|
Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan
guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah.
Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran)
siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman.
Dari kutipan diats dapat dijelaskan bahwa pendidikan
multikultural selain sangat bermanfaat bagi siswa juga sangat penting untuk
diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar