Minggu, 21 Juni 2015

Anotasi Bibliografi Pendidikan Multikultural Hendrison Baulu

Anotasi Bibliografi Pendidikan Multikultural
ANOTASI 1
Kutipan
Multicultural education is the process of planting a way of life respect, sincere, and tolerant of diversity of cultures living in the middle of the plural society.
Sunber
Komentar
Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Jadi, pendidikan multikultural menitikberatkan pada sikap hidup yang menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tidak adahal-hal semacam tekanan, dominasi, diskriminasi, saling mencemooh, dan lain-lain, yang ada kemudian adalah hidup berdampingan secara harmonis, saling toleransi, menghormati, pengertian, dan sebagainya.

ANOTASI 2
Kutipan
Multicultural  education  is a concept or idea as a set of beliefs (sets of believe) and explanations  that recognize and assess the importance of cultural diversity and ethnicity in shaping the  lifestyle, social experiences, personal identity and educational opportunities  of individuals, groups and State
Sumber
James A. Bank, 2001: 28
Komentar
Pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun Negara
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan multicultural berperan dalam membentuk suatu identitas yang di miliki sesesorang. Selain itu , pendidikan multicultural memberikan kesempatan kepada seorang warga Negara yang berbeda ras, suku , agama , untuk mendapat hak yang sama dalam pendidikan maupun hak – hak yang lain sebagai warga Negara.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan multicultural merupakan suatu
ANOTASI 3
Kutipan
Multicultural  education  is directed  to create awareness, tolerance, understanding, and knowledge into account  cultural  differences, and also the differences  and similarities  between  cultures  and its relation to world view, concepts, values​​, beliefs, and attitudes
Sumber
Lawrence J. Saha, 1997: 348.
Komentar
Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap
Dari kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa tujuan pendidikan multicultural adalah untuk mengharghai perbedaan dan persamaan yang di miliki oleh seseorang. Perbedaan ras  ,suku, budaya , agama , bahasa merupakan sesuatu yang harus di hargai.
 ANOTASI 4
Kutipan
Multicultural education can be seen from 3 (three) aspects: concept, movement, and processes. From the aspect of the concept, multicultural education is understood as the ideas that sees all students regardless of their gender and social class, their ethnicity, their race, and / or other cultural characteristics have the same opportunity to learn in the classroom. From the aspect of movement, multicultural education is defined as an attempt to change schools and educational institutions so that students from all social classes, gender, racial and cultural groups have equal opportunities to learn.
Sumber
James A. Bank, 1989: 2-3
Komentar
Pendidikan multikultural dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek: konsep, gerakan, dan proses. Dari aspek konsepnya, pendidikan multikultural dipahami sebagai ide yang memandang semua siswa tanpa memperhatikan gender dan kelas sosial mereka, etnik mereka, ras mereka, dan atau karakteristik-karakteristik kultural lainnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di kelas. Dari aspek gerakannya, pendidikan multikultural didefinisikan sebagai usaha untuk mengubah sekolah-sekolah dan institusi-institusi pendidikan sehingga siswa dari semua kelas sosial, gender, ras, dan kelompok-kelompok kultural memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.
Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa setiap siswa memiliki hak yang sama untuk belajar di sekolah, baik itu dari suku , etnis , budaya yang berbeda. Setiap sekolah tidak boleh membedakan siswa bedasarkan suku atau bydata tertentu.
 ANOTASI 5
Kutipan
The reason the background of multicultural education is the existence of the community with individuals with diverse language background and nationality (nationality), race (race or etnicity), religion (religion), gender, and social class (social class). The diversity of backgrounds of individuals in the community have implications for the diversity of backgrounds of students in an educational institution.
Sumber
Bank, 1989: 14

Komentar
Alasan yang melatar belakangi adanya pendidikan multikultural adalah keberadaan masyarakat dengan individu-individu yang beragam latar belakang bahasa dan kebangsaan (nationality), suku (race or etnicity), agama (religion), gender, dan kelas sosial (social class). Keragaman latar belakang individu dalam masyarakat tersebut berimplikasi pada keragaman latar belakang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan
Di sini di jelaskan bahwa perbedaan suku , budaya , gender ,status social , menyebabkan keragaman dalam kehidupan. Namun , pada dasarnya setiap orang memiliki hak yang sama , terutama dalam pendidikan. Tidak memandang dari latar belakang yang mana , setiap orang mempunyai hak untuk belajar.                                    
 ANOTASI 6
Kutipan
With multicultural education, it is expected the nation’s resilience and mental resilience to face conflict of social conflict, so that national unity is not easily broken and cracked.
Sumber
Komentar
Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.
Di sini terlihat jelas salah satu pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa Indonesia, yaitu untuk menjaga keutuhan bangsa, persatuan dan kesatuan tetap terjaga, dan yang pasti integritas bangsa semakin kuat.
Dengan adanya pendidikan multicultural setiap orang diharapkan dapat menghargai perbedaan,.
 ANOTASI 7
Kutipan
The purpose of Multicultural Education is the transformation of cooperative learning where in the process of learning each individual has equal opportunity. Meanwhile, the transformation itself includes cooperative learning education teaching and learning, the conceptualization and organization learning. Implies cooperative learning as a learning strategy that uses small groups, where learners work together, learn from each other, discuss and share knowledge, communicate with each other, help each other to understand the learning material, so that the cooperative learning of each member of the group responsible for the success each member of the group.
Sumber
Muhammad Yaumi, Tri Suhartati, dan Darlan Sidik
Komentar
Tujuan Pendidikan Multikultural adalah transformasi pembelajaran kooperatif di mana di dalam proses pembelajaran setiap individu mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi pembelajaran kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar, konseptualisasi dan organisasi belajar. Belajar kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, di mana pembelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan multikultural yakni mencakup transformasi pembelajaran kooperatif dan belajar kooperatif.
 ANOTASI 8
Kutipan
Multiculturalism can be defined as, “A philosophical position and movement that deems that the gender, ethnic, racial, and cultural diversity of a pluralistic society should be reflected in all of the institutionalized structures of educational institutions, including the staff, the norms, and values, the curriculum, and the student body” (Banks & Banks, 1997: 435). 
Sumber
Banks, J. A., & McGee Banks, C. A. (Eds.). (1997). 
Multicultural education: Issues and Perspectives (3rd ed). 
Boston: Allyn and Bacon.
Komentar
Multikulturalisme dapat digambarkan sebagai, “Suatu posisi dan gerakan yang filosofis yang menganggap bahwa gender, kesukuan, rasial, dan keanekaragaman budaya dari suatu masyarakat plural harus dicerminkan di dalam semua lembaga pendidikan, termasuk staf, norma-norma, nilai-nilai, kurikulum, dan siswa”. 
Dapat dikatakan bahwa multicultural adalah penyatuan dari perbedaan kultur atau budaya. Dalam multicultural, perbedaan itu dianggp tidak ada dengan dicerminkan di dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran di lembaga pendidikan dari siswa, staf, norma-norma, dan nilai-nilai sampai pada kurikulumnya.
ANOTASI 9
Kutipan
Banks and Banks (1995) define multicultural education:
“Multicultural education is a field of study and an emerging discipline whose major aim is to create equal educational opportunities for students from diverse racial, ethnic, social-class, and cultural groups. One of its important goals is to help all students to acquire the knowledge, attitudes, and skills needed to function effectively in a pluralistic democratic society and to interact, negotiate, and communicate with peoples from diverse groups in order to create a civic and moral community that works for the common good.” (p. xi)
“Multicultural education not only draws content, concepts, paradigms, and theories from specialized interdisciplinary fields such as ethnic studies and women studies (and from history and the social and behavioral sciences), it also interrogates, challenges, and reinterprets content, concepts, and paradigms from the established disciplines. Multicultural education applies content from these fields and disciplines to pedagogy and curriculum development in educational settings. Consequently, we may define multicultural education as a field of study designed to increase educational equity for all students that incorporates, for this purpose, content, concepts, principles, theories, and paradigms from history, the social and behavioral sciences, and particularly from ethnic studies and women studies.” (p. xii)
Sumber

Komentar
“pendidikan multikultural merupakan bidang studi dan disiplin yang muncul yang tujuan utamanya untuk menciptakan kesempatan pendidikan yang sama bagi siswa dari berbagai ras, etnis, kelas sosial, dan kelompok budaya Salah satu tujuan penting adalah. untuk membantu semua siswa untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat demokratis pluralistik dan untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan berkomunikasi dengan masyarakat dari kelompok beragam dalam rangka menciptakan masyarakat sipil dan moral yang bekerja untuk kebaikan bersama. “(p. xi)
“Pendidikan Multikultural tidak hanya menarik isi, konsep, paradigma, dan teori dari bidang interdisipliner khusus seperti studi etnik dan studi perempuan (dan dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial dan perilaku), juga menanyakan, tantangan, dan menafsirkan isi, konsep, dan paradigma dari disiplin didirikan pendidikan multikultural berlaku. konten dari bidang-bidang dan disiplin ilmu untuk pengembangan pedagogi dan kurikulum dalam pengaturan pendidikan. Akibatnya,. kita dapat mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai bidang studi yang dirancang untuk meningkatkan ekuitas pendidikan untuk semua siswa yang menggabungkan, untuk tujuan ini , Isi, konsep, prinsip, teori, dan paradigma dari sejarah, ilmu-ilmu sosial dan perilaku, dan terutama dari studi etnis dan studi perempuan. “(xii p.)
Pendidikan multicultural bertujuan untuk pemerataan hak dari setiap ras, suku, agama, dan perbedaaan-perbedaan yang lain. Walaupun berbeda, semua siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Sehingga dapat tercipta persatuan dan tidak dihiraukannya perbedaan yang ada dan tercipta masyarakat yang demokratis pluralistic yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi diantara perbedaan yang ada untuk kebaikan bersama.
 ANOTASI 10
Kutipan
Moses Asy’arie, that multicultural education is the process of planting a way of life respect, sincere, and tolerant of diversity of cultures living in the middle of the plural society.
Sumber
Posted: September 16, 2008 by asefamani in Artikelku
Komentar
Musa Asy’arie, bahwa  pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Di sini jelas terlihat bahwasanya pendidikan multikultural menitikberatkan pada sikap hidup yang menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada kemudian semacam tekanan, dominasi, diskriminasi, saling mencemooh, dan lain-lain, yang ada kemudian adalah hidup berdampingan secara harmonis, saling toleransi, menghormati, pengertian, dan sebagainya
ANOTASI 11
Kutipan
Multicultural  education  acknowledges  the ethnic and cultural diversity of a nation, as it says R. Stavenhagen:
Religious, linguistic, and national minoritas, as well as indigenous and tribal peoples were often subordinated, sometimes forcefully and against their will, to the interest of the state and the dominant society. While many people… had to discard their own cultures, languages, religions and traditions, and adapt to the alien norms and customs that were consolidated and reproduced through national institutions, including the educational and legal system.
Sumber
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
Komentar
Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa, sebagaimana dikatakan R. Stavenhagen:
hak agama, linguistik, dan nasional, serta masyarakat adat dan masyarakat adat sering subordinasi, kadang-kadang kuat dan melawan akan mereka, untuk kepentingan negara dan masyarakat yang dominan. Sementara banyak orang … harus membuang budaya mereka sendiri, bahasa, agama dan tradisi, dan beradaptasi dengan norma-norma asing dan adat istiadat yang digabung dan direproduksi melalui lembaga-lembaga nasional, termasuk sistem pendidikan dan hukum.
Dari kutipan diatas dapat terlihat bahwa pendidikan multikultural dapat menyatukan seluruh perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat demi kepentingan negara.
 ANOTASI 12
Kutipan
Multicultural education (multicultural education) is responsive to the diversity of school population  growth, as demand equal rights  for each group. In another dimension, a multicultural education curriculum development and educational activities to enter the various views, history, accomplishments  and attention to non-European people (Hilliard, 1991-1992). While broadly multicultural education that includes all students regardless of their group-group such as gender, ethnic, racial, cultural, social and religious strata.
Sumber
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
Komentar
Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedangkan secara luas pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnic, ras, budaya, strata sosial dan agama.
Jadi, pendidikan multicultural merupakan pendidikan yang sangat penting untuk dikenalkan kepada siswa sejak dini agar kelak saat dewasa tidak ada lagi masalah mengenai konflik-konflik gender, etnic, ras, budaya, srata social dan agama.
ANOTASI 13
Kutipan
Next James Banks (1994) explains that multicultural education has five interrelated dimensions:
1.      Content integration ; integrate different cultures and groups to illustrate the fundamental concepts, generalizations and theories in the subjects / disciplines.
2.      The Knowledge Construction Process ; Bringing students to understand the cultural implications into a subject (discipline)
3.      An Equity-Paedagogy ; Adjusting teaching methods with student learning in order to facilitate the academic achievement of students who vary in terms of racial, cultural or social.
4.      Prejudice Reduction ; Identify the racial characteristics of students and determine their teaching methods
5.      Train groups to participate in sporting activities, interact with all staff and students of different ethnicity and race in an effort to create an academic culture.
Sumber
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I

Komentar
Selanjutnya James Banks (1994) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan:
1.      Content integration ; mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu.
2.      The Knowledge Construction Process ; Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin)
3.      An Equity Paedagogy ; Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial.
4.      Prejudice Reduction ; Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka
5.      Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.
Jadi, pendidikan miltikultural selain mengajarkan budaya-budaya dalam Negara juga ikut mengajarkan dan  mendorong siswa agar aktif dalam kegiatan olahraga. Dengan tujuan agar para siswa berinteraksi dengan etnis dan ras yang berbeda sehingga tercipta budaya akademik.
ANOTASI 14
Kutipan
According Tilaar, multicultural education begins with the development of ideas and consciousness of “interculturalism” after World War II. The emergence of  the idea  and consciousness of  “interculturalism” is in addition associated with international  political  developments  related to  human rights, freedom from colonialism, and racial discrimination  and others, also because of the increasing  plurality  in Western countries as a result of increased  migration  of newly independent  countries  to America and Europe.
Sumber
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
Komentar
Menurut Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme” seusai perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.
Jadi, menurut Tilaar diatas pendidikan multicultural muncul karena adanya pluralitas dan bahkan semakin hari semakin meningkat di Negara-negara Barat.
 ANOTASI 15
Kutipan
The term “multicultural education” can be used both descriptive and normative levels, which describes the issues and educational issues related to multicultural society. Furthermore it also includes the notion of the consideration of policies and strategies of education in a multicultural society. In this descriptive context, the multicultural education curriculum must necessarily include subjects such as: tolerance; the themes of ethno-cultural differences and religion: the dangers of discrimination: conflict resolution and mediation: human rights; democratic and pluralism; universal humanity and other subjects Relevant
Sumber
Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Muhaemin El-Ma’hady. S. pd.I
Komentar
Istilah “pendidikan multikultural” dapat digunakan baik pada tingkat deskriftif dan normatif, yang menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks deskriftif ini, maka kurikulum pendidikan multikultural mestilah mencakup subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang perbedaan ethno-kultural dan agama: bahaya diskriminasi: penyelesaian konflik dan mediasi: HAM; demokratis dan pluralitas; kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang relevan
Jadi, pendidikan multicultural yang berkaitan erat dengan masyarakat multicultural ini harus memenuhi subjek-subjek kurikulum pendidikan multicultural.
ANOTASI 16
Kutipan
Multicultural education as a concept emerged because there are political interests, social, economic, and intellectual push. Discourse of multicultural education at first appeared in America because they have historical roots with the human rights movement (HAM) from various groups who are oppressed in the country. Many of multicultural education refers to the social movements of African Americans and other groups of color who experience discrimination practices in public institutions in the struggle for human rights in the 1960s. Among the institutions that are specifically highlighted as hostile to the idea of racial equality at the time was the institution. In the late 1960s and early 1970s, the voices that require educational institutions to ensure consistency in accepting and appreciating differences intensified echoed by activists, leaders, and parents. They insist on equality of opportunity in employment and education. Momentum is what is considered as the beginning of the conceptualization of multicultural education.
Sumber
efendi sanusi
dosen fkip univ lampung
Pendidikan Multikultural dan Implikasinya
Posted on September 6th, 2009 A. Effendi Sanusi
Banks, J. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education.
Cunningham, William G. dan Paula A. Cordeiro. 2003. Educational Leadership A Problem-Based Approach: Second Edition. United States of America: Tara Whorf.
Komentar
Pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep muncul karena ada interes politik, sosial, ekonomi, dan intelektual yang mendorong. Wacana pendidikan multikultural pada awalnya muncul di Amerika karena punya akar sejarah dengan gerakan hak asasi manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri tersebut. Banyak pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin gencar dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh, dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi pendidikan multikultural.
Jadi, dapat dijelaskan bahwa pendidikan multicultural berawal dari gerakan orang Amerika yang keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna yang menuntut persamaan kesempatan dalam bekerja dan hak untuk mendapatkan pendidikan.
 ANOTASI 17
Kutipan
In the 1980s considered the emergence of institutions that are based on multicultural education school which was founded by researchers and activists of progressive education. James Banks was one of the pioneers of multicultural education. He who membumikan concept of multicultural education into the idea of equality of education. In the mid-and late-1980s, emerged group of scholars including Carl Grant, Christine Sleeter, Geneva Gay, and Sonia Nieto provide a broader insight about multicultural education, deepen the framework membumikan idea of equality of education and correlates with transformation and social change.
Sumber
efendi sanusi dosen fkip univ lampung Pendidikan Multikultural dan Implikasinya Posted on September 6th, 2009 A. Effendi Sanusi
Banks, J. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education.
Cunningham, William G. dan Paula A. Cordeiro. 2003. Educational Leadership A Problem-Based Approach: Second Edition. United States of America: Tara Whorf.
Komentar
Tahun 1980-an dianggap sebagai kemunculan lembaga sekolah yang berlandaskan pendidikan multikultural yang didirikan oleh para peneliti dan aktivis pendidikan progresif. James Bank adalah salah seorang pioner dari pendidikan multikultural. Dia yang membumikan konsep pendidikan multikultural menjadi ide persamaan pendidikan. Pada pertengahan dan akhir 1980-an, muncul kelompok sarjana di antaranya Carl Grant, Christine Sleeter, Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas soal pendidikan multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan sosial.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa yang mengenalkan pendidikan multicultural menjadi ide persamaan pendidikan adalah Jemes Bank. Dan dilanjutkan oleh sarjana-sarjana lain dengan lebih memperdalamnya lagi.
 ANOTASI 18
Kutipan
Multicultural education can have an impact upon every aspect of a school’s operation: staffing, curriculum, tracking, testing, pedagogy, disciplinary policies, student involvement, and parent and community involvement (Nieto, 1992). Clearly, multicultural education, as practiced in the United States, takes many varied forms.
Sumber
Nieto, S. (1992). Affirming diversity: The sociopolitical context of multicultural education. New York: Longman. (ED 361 440)
Varieties of Multicultural Education: An Introduction. ERIC Digest 98.
ERIC Clearinghouse on Urban Education New York NY.
Komentar
Pendidikan multikultural dapat berdampak pada setiap aspek operasi sebuah sekolah: kepegawaian, kurikulum, pelacakan, pengujian, pedagogi, kebijakan disiplin, keterlibatan siswa, dan orang tua dan keterlibatan masyarakat (Nieto, 1992). Jelas, pendidikan multikultural, seperti yang dipraktekkan di Amerika Serikat, mengambil bentuk bervariasi banyak.
Jadi Pendidikan Multikultural adalah ilmu yang dapat mempengaruhi dan berdampak pada banyak aspek yang ada di sebuah sekolah dan mempunyai banyak variasi. Aspek yang dapat terpengaruh oleh pendidikan Multikultural yaitu dari segi pendidikan, kurikulum, sampai pada kepegawaian dan orang tua dan keterlibatan masyarakat.
ANOTASI 19
Kutipan
Sleeter and Grant (1993) also extend this type of multicultural education to include a much broader spectrum of programs with socially-oriented and social activist goals. The programs they refer to, which are much less common–and which can be much more controversial–emphasize pluralism and cultural equity in the American society as a whole, not simply within the schools. In order to reach their goals, such programs can employ a number of approaches. Many emphasize the application of critical thinking skills to a critique of racism, sexism, and other repressive aspects of American society; some emphasize multilingualism; others attempt to examine issues from a large number of viewpoints different from that of the predominant culture; still others can utilize cooperative learning approaches and decision-making skills in order to prepare students to become socially-active citizens.
Sumber
Sleeter, C. E., & Grant, C. A. (1993). Making choices for multicultural education: Five approaches to race, class and gender (2nd ed.). New York: Merrill.
Varieties of Multicultural Education: An Introduction. ERIC Digest 98.
ERIC Clearinghouse on Urban Education New York NY.
Komentar
Sleeter dan Grant (1993) juga memperluas jenis pendidikan multikultural dapat mencakup spektrum yang lebih luas dari program dengan tujuan aktivis sosial yang berorientasi dan sosial. Program yang mereka lihat, yang jauh kurang umum – dan yang bisa jauh lebih kontroversial – menekankan pluralisme dan ekuitas budaya dalam masyarakat Amerika secara keseluruhan, tidak hanya di sekolah. Dalam rangka mencapai tujuan mereka, program tersebut dapat menggunakan sejumlah pendekatan. Banyak menekankan penerapan keterampilan berpikir kritis untuk sebuah kritik terhadap rasisme, seksisme, dan aspek represif lainnya dari masyarakat Amerika, beberapa menekankan multilingualisme, upaya lain untuk meneliti masalah dari sejumlah besar sudut pandang berbeda dari budaya dominan; masih orang lain dapat menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dan keterampilan membuat keputusan dalam rangka untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara sosial-aktif.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa pendidikan multicultural tidak hanya di sekolah, pendidikan multicultural dapat juga menggunakan pendekatan yang lebih menekankan pada keterampilan berfikir kritis.
ANOTASI 20
Kutipan
The Multicultural education paradigm points the education as cultural transformation domain which revealed discriminative practice in educational process. Multicultural education can be presented in various approaches, that is; content oriented programs, student oriented programs and socially oriented programs. 
Sumber
Hermi Yanzi,
Komentar
Paradigma pendidikan multikultural  poin pendidikan sebagai domain transformasi  budaya  yang mengungkapkan  praktik  diskriminatif  dalam  proses  pendidikan. Pendidikan multikultural  dapat  disajikan  dalam  berbagai pendekatan,  yaitu; program berorientasi  konten, program berorientasi  siswa  dan program sosial berorientasi.
Jadi, pendidikan multicultural dapat disajikan dalam berbagai pendekatan yang pendekatan-pendekatan tersebut merupakan paradigma pendidikan multicultural.
ANOTASI 21
Kutipan
The term multiculturalism  by Parekh (1997:2001) as proposed by Saifuddin (2006:139) includes at least three elements, namely (1) associated with the culture, (2) refers to the plurality of  cultures, and (3) a certain way  to respond to such plurality.
Sumber
Parekh (1997:2001)
Komentar
Istilah multikulturalisme menurut Parekh (1997:2001) sebagaimana dikemukakan oleh Saifuddin (2006:139) mencakup sedikitnya tiga unsur, yaitu (1) terkait dengan kebudayaan, (2) merujuk kepada pluralitas kebudayaan, dan (3) cara tertentu untuk merespon pluralitas tersebut.
Dengan demikian, maka multikulturalisme adalah cara pandang kebudayaan yang diwujudkan secara konkret dalam kehidupa yang nyata.
 ANOTASI 22
Kutipan
Another thing that lies behind the existence of  multicultural education is the existence of three social theories that could explain the relationship between individuals  in a society  with diverse religious background,  ethnicity, language, and culture. According to  Ricardo  L. Garcia (1982: 37-42) third social theory  are: (1) Melting Pot I: Anglo Conformity, (2) Melting Pot II: Ethnic Synthesis, and (3) Cultural Pluralism: Mosaic Analogy. All three theories are popularly known as  the theory of society  majmuk  (communal theory).
Sumber
Menurut Ricardo L. Garcia (1982: 37-42)
Komentar
Hal lain yang melatarbelakangi adanya pendidikan multikultural adalah adanya tiga teori sosial yang dapat menjelaskan hubungan antar individu dalam masyarakat dengan beragam latar belakang agama, etnik, bahasa, dan budaya. Menurut Ricardo L. Garcia (1982: 37-42) ketiga teori sosial tersebut adalah: (1) Melting Pot I: Anglo Conformity, (2) Melting Pot II: Ethnic Synthesis, dan (3) Cultural Pluralism: Mosaic Analogy. Ketiga teori tersebut populer dengan sebutan teori masyarakat majmuk (communal theory).
 ANOTASI 23
Kutipan
Multicultural education is very important place to minimize and prevent conflict in some areas. Through-based multicultural  education, attitude and mindset (thinking), students will be more open to understand and appreciate diversity.
Sumber
Komentar
Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman.
Dari kutipan diats dapat dijelaskan bahwa pendidikan multikultural selain sangat bermanfaat bagi siswa juga sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar