Oleh Hendrison Baulu
1. Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning, Teori, Riset
Dan Praktik. Bandung:Nusamedia
Robert E. Slavin membagi buku ini menjadi tujuh bab, dimana bab pertama
berisi tentang konsep dasar pembelajaran kooperatif, bab kedua tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pencapaian prestasi siswa,
sedangkan bab ketiga membahas pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap
keluaran-keluaran lain yang dihasilkan (non kognitif). Bab keempat dan kelima
berisi tentang metode-metode pembelajaran kooperatif yang paling banyak
diaplikasikan. Bab keenam membahas metode-metode spesialisasi tugas dan buku
ini ditutup dengan pembahasan berbagai metode dan sumber pembelajaran
kooperatif lainnya. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang berdasarkan teori motivasi dan teori kognitif, dimana para siswa akan
duduk bersama dalam kelompok kecil untuk menguasai materi yang disampaikan oleh
guru dan saling mendukung untuk berhasil.
Buku cooperative learning ini menyajikan pemahaman praktis
dan jelas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif dan memberikan
informasi mengenai bagaimana cara mengubah pemahaman dan antusiasme ke dalam
praktik-praktik yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, buku ini juga
menyuguhkan sesuatu yang menarik dari pembelajaran kooperatif yaitu bahwa
pembelajaran kooperatif menjadikan dirinya alat stimulasi yang sangat baik
dalam pembelajaran dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas.
2. Solihatin, Etin (2007). Cooperative Learning, Analisis
Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara
Buku ini terbagi dalam tiga bagian besar yaitu bagian pertama, membahas apa
itucooperative learning, kemudian di ikuti pembahasan mengenai apa itu
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang meliputi materi, media, laboratorium, serta
evaluasinya, dan pada bagian terakhir memaparkan bagaimana aplikasi model cooperative
learning. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku
bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok. Model cooperative learning dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri, belajar bersama untuk
mencapai tujuan bersama, selain itu hasil belajar mahasiswa pada aspek sikap dan
keterampilan sosial dapat lebih ditingkatkan.
Komentar:
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran
kooperatif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai
upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial.
Sehingga mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi, yang sampai pada
akhirnya dengan pengetahuan sosial (IPS) dapat membentuk warga Negara yang
baik.
Buku ini terdiri dari sepuluh bab, dimana bab pertama membahas dasar
kontruktivistik dalam cooperative learning, kemudian di ikuti
dengan pengertian cooperative learning yang dinyatakan oleh
para ahli. Pada bab ketiga, keempat dan kelima dijelaskan mengenai tujuan,
teori dasar dan karakteristiknya. Model-model cooperative learning dibahas
pada bab keenam, yang diikuti dengan peranan guru dalam cooperative
learning serta strategi yang bisa digunakan guru dalam cooperative
learning agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil yang
maksimal. Bab kesembilan pada buku ini menyajikan tes eksperimen cooperative
learning yang dilakukan dan ditutup penulis dengan memberikan
keyakinan pada pembaca untuk menjadikan cooperative learning sebagai
salah satu model pembelajaran di kelas.Cooperative learning merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Komentar:
Buku Cooperative learning karangan Isjoni ini membahas
tentang konsep inti daricooperative learning, siapa yang berperan
didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Inti dari konsep cooperative
learning ialah menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan
hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima
secara pasif.
4. Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan
Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:Grasindo
Buku ini terbagi menjadi sembilan bab, diawali dengan perubahan paradigma
dalam pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan mengetengahkan transformasi
pendidikan dan globalisasi. Bab ketiga membahas nilai-nilai gotong royong dalam
budaya Indonesia, sedangkan bab keempat dan kelima menjelaskan keunggulan model
pembelajaran kooperatif serta unsur-unsurnya. Tiga bab berikutnya menjabarkan
cara praktis dalam melaksanakan metode cooperative learning yaitu
pengelolahan kelas, teknik pembelajaran yang bisa dipakai dalam metode cooperative
learning dan model penilaiannya. Pada bagian penutup, penulis
merekomendasikan model pembelajaran kooperatif karena dengan menggunakan metode
ini siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. Cooperative
learningdidefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang
terstruktur, yaitu memiliki unsur-unsur pokok yang membedakannya dengan belajar
kelompok biasa.
Komentar:
Belajar bagaimana belajar perlu diajarkan pada siswa misalnya bagaimana
menggali dan memproses informasi dengan kelompok. Buku ini membahas berbagai
aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan metode
pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan penerapannya
dalam pembelajaran.
Buku berjudul pembelajaran kooperatif ini terdiri dari lima bab, yang
diawali dengan tinjauan umum pembelajaran kooperatif, dilanjutkan landasan
teori dan empirik dari pembelajaran kooperatif di bab kedua, kemudian pada bab
ketiga dan keempat berisi tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif di kelas
serta bagaimana lingkungan belajar yang sesuai untuk menerapkan pembelajaran
kooperatif serta tugas-tugas menejemennya. Pada bagian akhir buku ini ditutup
dengan penjelasan mengenai penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran
kooperatif. Kerangka teoritis dan empirik yang kuat untuk pembelajaran
kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka
dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan
sosial yang penting sementara itu secara bersama mengembangkan sikap demokratis
dan keterampilan berpikir logis.
Komentar:
Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa memerlukan suatu model
pembelajaran yang dapat membantu mereka menguasai konsep-konsep penting dari
suatu mata pelajaran. Dalam buku ini dijelaskan bahwa model pembelajaran
kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
tugas, tujuan, dan hadiah ataureward.
6. Stahl and Vansickle. (1992). “Cooperative Learning As Effective
Social Study Within The Social Studies Classroom: Introduction And An
Invitation”. Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction
To Social Study (NCSS). (Buletin no 87).1-7.
Berawal dari perubahan paradigma dari kompetisi menjadi kooperatif dalam
pembelajaran IPS. Artikel ini membahas tentang konsep kerja cooperative
learning sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran IPS yang
meliputi asumsi dasar penggunaancooperative learning dalam
pembelajaran IPS, pengembangan ilmu sosial dalam kelas IPS dengan motto “Getting
Better Together”, membangun konsep penting tentang bekerjasama untuk
belajar dan kelompok cooperative learning, sampai dengan mendalami cooperative
learning dengan mengetahui keunggulannya. Artikel ini ditutup dengan
ajakan kepada semua pendidik di bidang IPS untuk mempelajari dan
mengaplikasikan cooperative learning dalam pembelajaran. Cooperative
learning merupakan salah satu pendekatan, dimana dari teori sampai
dengan aplikasinya di ruang kelas dapat membantu siswa menjadi pembelajar yang
sukses.
Komentar:
Artikel ini membahas mengenai konsep, filosofi dan aplikasi cooperative
learning di dalam kelas IPS, selain itu juga membahas kesalahpahaman
yang sering terjadi padacooperative learning. Penulis juga menyarankan cooperative
learning pada bidang sosial dan pendidikan yang merupakan alat dari
pendidikan IPS sehingga dapat menjadi satu kendaraan dimana siswa bisa maju
secara bersama-sama.
7. VanSickle. (1992). Cooperative Learning, Properly Implemented,
Works: Evidence From Research In Classrooms. Cooperative learning
social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin
no 87).16-19.
Artikel yang ditulis oleh Ronald VanSikle mengulas literatur-literatur yang
membahas efek dari cooperative learning di ruang kelas IPS.
Dikatakan bahwa dari eksperimen, teknikcooperative learning menghasilkan
peningkatan prestasi akademik yang positif yaitu sebanyak 72% sedangkan hanya
12% yang dihasilkan oleh pembelajaran yang tidak menggunakan cooperative
learning. Selain meningkatkan prestasi belajar, penerapancooperative
learning pada pembelajaran IPS juga mengajarkan siswa untuk menjadi
aktif, warga Negara yang baik dan memajukan nilai-nilai demokrasi. Cooperative
learning bisa mendukung tujuan dari kurikulum IPS yaitu menjadikan
warganegara demokratis yang terdiri dari 5 nilai yaitu kesempatan untuk
belajar, kesejahteraan pribadi, penghargaan dari kerja kerasnya, tanggung jawab
pribadi dan tanggung jawab sosial .
Komentar:
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan memperlihatkan bahwa teknik cooperative
learning dapat memberikan tujuan kelompok dan penghargaan serta
mengajak siswa yang biasa belajar secara individual untuk meningkatkan prestasi
belajar yang tinggi dari pada dengan teknik non cooperative learning.
Selain itu, cooperative learning menghasilkan tingkah laku
siswa yang lebih positif dan berinteraksi serta meningkatkan perilaku positif
lainnya. Dimana cooperative learning memiliki pengaruh yang
sangat konsisten dengan tujuan dan nilai-nilai pembelajaran IPS.
8. Slavin, Robert. (1992). Cooperative Learning In Social Studies:
Balancing The Social Dan The Studies. Cooperative learning social studies
classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).21-24.
Hasil penelitian mengenai metode cooperative learning yang
digunakan di kelas memberikan hasil yang menggembirakan pada hasil belajar.
Kemajuan IPS harus meliputi sosial dan pembelajaran. Artikel ini membahas
metode cooperative learning yaitu STAD, TGT, Jigsaw, Learning
Together, dan GI, kemudian diiringi dengan pemaparan hasil penelitian
terhadap kooperatif learning yang meliputi prestasi akademik, hubungan dalam
kelompok, kepercayadirian dan prestasi-prestasi lainnya. Pada bagian akhir,
artikel ini ditutup dengan pembahasan menyeimbangkan sosial dan pembelajaran
pada IPS.Cooperative learning menitikberatkan pada kesuksesan
kelompok harus bergantung pada pelaksanaan pembelajaran dari setiap siswa,
bukan hanya hasil dari satu kelompok.
Komentar:
Cooperative learning bisa membuat program pembelajaran IPS yang
menghasilkan siswa yang aktif bukan pasif, mendalami materi sampai dengan
berdebat, menggali, bertanya, mengajarkan, memproses, memberikan pengalaman
dari pengetahuan untuk menerima tujuan sosial dan pendidikan sebagai kurikulum
secara keseluruhan dari pendidikan IPS.
9. Luce, Eric. (1992). Theory Into Practice: A Cooperative Learning
Success Story In Middle Level Classrooms. Cooperative Learning Social
Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87).
31-36.
Artikel ini berusaha untuk meyakinkan pembaca tentang keunggulan dari cooperative
learning dalam kelas IPS di SMP. Dimana diawali dengan memaparkan
penelitian-penelitian yang dilakukan para ahli sehingga dapat membantu pembaca
mendapatkan keyakinan untuk mencoba pembelajaran kooperatif ini. Selanjutnya
menyajikan laporan-laporan penelitian dari ruang kelas dimana laporan tersebut
berisikan informasi yang baik pada pembelajaran dengan menggunakan cooperative
learning. Dan pada akhir artikel penulis menantang pendidik di bidang IPS
untuk mengganti pembelajaran tradisional mereka dengancooperative learning. Cooperative
learning memberikan kebebasan siswa dan guru dalam memperhatikan dan
menemukan sesuatu yang alamiah dalam lingkungannya yang relevan dan bermakna
untuk dipelajari.
Komentar:
Cooperative learning bukan merupakan resep sukses secara instan,
diperlukan kerja keras dan situasi yang serius antara guru dan siswa. Dengan
hasil yang bisa kita dapatkan,cooperative learning secara
berkesinambungan membantu kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
untuk ke pendidikan IPS secara khusus.
10. Mattingly, Robert. (1992). I Know It Works: Seeing A
Cooperative Learning Strategy Succeed In My Secondary Classroom. Cooperative
Learning Social Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS).
(Buletin no 87). 38-43.
Robert Mattingly memaparkan kesuksesannya dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif di kelas. Dimana yang diawali dengan sebuah deskripsi
singkat tentang keadaan pembelajaran sebelum menggunakan cooperative
learning, diikuti dengan adanya pemikiran untuk berubah atau tidak untuk
berubah. Setelah itu ia berusaha untuk mencari informasi, yang pada akhirnya
membawa ia menemukan sebuah model pembelajaran yaitu cooperative
learning dengan teknik Jigsaw. Setelah dilakukan
eksperimen dapat disimpulkan bahwa kelas Jigsaw memiliki hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional yaitu sebesar 80%.
Selain itu siswa di kelas jigsaw lebih memiliki rasa tanggung
jawab dan dapat berhubungan baik dengan teman sekelasnya. Artikel ini ditutup
dengan tawaran kepada pada guru untuk menggunakan model cooperative
learning untuk hasil belajar yang lebih baik. Cooperative
learning tipe jigsaw membuat suasana pembelajaran
siswa menjadi lebih inovatif dan bukan lagi sesuatu yang membosankan.
Komentar:
Artikel ini membahas penerapan cooperative learning di
kelas IPS. Dengancooperative learning diharapkan siswa dapat
belajar dengan gembira sehingga aktivitas belajar menjadi suatu hal yang
menyenangkan bagi siswa.
11. Stahl, Robert. (1992). From “Academic Strangers” To Successful
Members Of A Cooperative Learning Group: An Inside-The-Learner Perspective. Cooperative
learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS).
(Buletin no 87). 8-15.
Robert Stahl memperlihatkan sudut pandang siswa terhadap pembelajaran
dikelas dengan memberikan dua skenario yang berbeda. Dimana pada bagian pertama
artikel ini, ia menyajikan tiga cara siswa beriteraksi dalam pembelajaran yaitu
interaksi individual, interaksi dan interaksi kooperatif. Bagian selanjutnya,
ia memaparkan pendapat siswa tentang penerapan kelompok dan aktivitas cooperative
learning. Bagian ketiga, Robert menjelaskan mengapa siswa ingin menjadi
sukses dalam belajar, yang dilihat dari sudut pandang pembelajar. Penulis juga
menjelaskan implikasi cooperative learning pada pendidikan
IPS, yang kemudian ditutup dengan kelayakan cooperative learning dalam
memberikan jalan kepada siswa untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar.
Komentar:
Satu nilai penting dari artikel ini ialah dapat membantu pendidik IPS
mempertimbangkan apa yang dibutuhkan siswa selama menggunakan strategi cooperative
learning. Cooperative learning memberikan siswa banyak kesempatan
untuk meningkatkan proses informasi yang mereka butuhkan, untuk memperlengkap
proses yang mereka butuh untuk dilengkapi dan untuk menggunakan waktu belajar
secara produktif.
12. Johnson, and Johnson. (1992). Approaches To Implementing
Cooperative Learning In The Social Studies Classroom. Cooperative learning
social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin
no 87).44-51.
Sesuai dengan judulnya, artikel ini berisikan tentang penerapan cooperative
learningdalam kelas IPS. Berawal dengan adanya perubahan interaksi dalam
pembelajaran menjadi interaksi kooperatif. Diikuti dengan penjelasan mengenai
definisi pembelajaran kooperatif, teori-teori dasarnya, pendekatan-pendekatan
model pembelajaran kooperatif sampai dengan implementasi pembelajaran di dalam
kelas IPS. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai petunjuk dalam
menggunakan kelompok kecil dimana siswa berkerja sama untuk mengembangkan
pengetahuan mereka dan belajar dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran
kooperatif dilakukan dengan langkah-langkah berikut guru menginformasikan
materi kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi bimbingan
kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
Komentar:
Dengan cooperative learning, siswa memiliki dua tanggung jawab
sekaligus yaitu untuk mempelajari materi pelajaran dan menyakinkan jika semua
anggota kelompok sudah memahami materi yang dipelajari tersebut. Cooperative
learning dapat diterapkan dengan percaya diri di setiap tingkatan,
setiap mata pelajaran dan setiap materi.
13. Johnson, and Johnson. (1992). Elementary Students Can Learn To
Cooperate And Cooperate For Learning. Cooperative Learning Social Studies
Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87). 26-31.
Artikel ini menggambarkan pengalaman penulis dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif pada siswa SD. Dimana didalamnya berisi tentang
ketertarikan penulis untuk menggunakan model cooperative learning,
konsep-konsep dasar cooperative learning, situasi kelas saat cooperative
learning digunakan, membandingkan hasil belajar antara kelas yang
menggunakan cooperative learning dengan yang tidak. Artikel
ini ditutup dengan kesimpulan terhadap keefektifan model cooperative
learning. Filosofi cooperative learning meningkatkan
kerjasama dan kolaborasi sehingga semangat siswa bisa disalurkan oleh strategi
petunjuk khusus untuk meningkatkan hasil belajar, afektif, dan tujuan interaksi
sosial. Cooperative learning dapat digunakan pada mata
pelajaran matematika, IPA, bahasa, kesenian dan IPS. Disamping itu penerapannya
menghasilkan beberapa keunggulan yaitu siswa tertarik belajar IPS, pengetahuan
meningkat, keterampilan sosial dan interpersonal meningkat, dan hubungan sesama
teman yang berbeda latar belakangnya semakin membaik.
Komentar:
Penulis memberikan landasan berpikir bahwa tidak ada seseorang yang dapat
berhasil tanpa bantu dari orang lain atau tidak ada kelompok tanpa aktivitas
dan interaksi dari anggotanya. Cooperative learning merupakan cara
dalam mengajar dan belajar, bukan merupakan sesuatu yang harus diajarkan atau
aktivitas yang membuat sempurna.
14. McCulloch. (2000). Cooperative Learning In Social Studies
Education: What Does Research Say? ERIC. [online]. Tersedia http://www.ericdigests.org/pre-923/cooperative.html. [28 mei
2009]
Mcculloch dalam tulisannya ini memaparkan hasil–hasil
penelitian dari penerapan cooperative learning di kelas ips,
dan efek dari cooperative learning pada kesadaran
multikultural dan hubungan antar etnik, hubungan interpersonal dan perilaku
prososial. Di akhir artikel, penulis memaparkan tentang pendekatan-pendekatan
dalam cooperative learning yaitu stad, jigsaw, dan gi. Cooperative
learning mengarahkan siswa untuk bekerja sama dalam meraih tujuan umum
dan tujuan yang dibuat sebagai kolaborasi atau menolong teman sesama anggota
kelompok.
Komentar:
Cooperative learning tampaknya
menjadi metode yang menjanjikan bagi guru ips untuk merangsang atau menstimulus
hasil belajar yang meliputi hasil belajar akademik dan sosio-moral siswa.
15. Mangkoesapoetra,
arief.a. (2005). Implementasi model cooperative learning dalam
pendidikan ips tingkat persekolahan. [online]. Tersedia: (http://re-searchengines.com/0805arief6.html)
[30 mei 2009]
Bab pertama diawali dengan latar belakang
masalah, bab kedua berisi tentang dasar pemikiran pembelajaran cooperative
learning, bab ketiga memaparkan beberapa
temuan dalam penelitian dan bab terakhirialah penutup. Hasil
dari studi ini menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative
learning (mpcl) mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk
membelajarkan materi pendidikan ips. Kemampuan dan kepedulian guru dalam
memediasi dan menstabilisasi pengembangan dan pelatihan pengetahuan, sikap,
nilai, moral, dan keterampilan-keterampilan sosial siswa, menjadikan
pembelajaran pendidikan ips semakin bermakna dalam dimensi pendidikan dan
pembentukan warta negara yang baik secara dini, dan mpcl juga dapat digunakan
untuk membelajarkan materi atau pokok bahasan lain selain mata pelajaran ips.
Komentar:
Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan
belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan
metode pembelajaran salah satunya dengancooperative learning.
16. Syaodih, Erliany. (2007). Pengembangan
Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia: (http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf) [30 Mei
2009]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belajar dengan model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa di jenjang pendidikan
dasar terutama di kelas V SD, Penguasaan materi pelajaran lebih meningkat, dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, kegiatan berkelompok lebih efektif
jika pengelompokkan dilakukan dengan kegiatan yang kreatif, Penguasaan
materi pelajaran meningkat melalui pembelajaran yang mengaktifkan siswa, Siswa
lebih cepat menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran bila didahului
dengan langkah orientasi, wawasan pengetahuan siswa lebih luas melalui
penggunaan kegiatan eksplorasi, penguasaan pengetahuan siswa lebih kuat
melalui kegiatan pendalaman dan penguatan,dan penyimpulan diakhir
pelajaran memperkuat penguasaan siswa dalam materi yang dipelajari.
Komentar:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model cooperative learning bisa
digunakan pada sekolah dasar untuk meningkatkan pendidikan IPS terutama di
kelas IV, V, dan VI. Pengembangan model pembelajaran kooperatif dalam
bidang IPS yang diarahkan pada peningkatan keterampilan sosial siswa dan dapat
meningkatan pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar.
17. Johnson, David dan Johnson, Roger.T. (2007). “Cooperative
Learning and Moral Education”. The Newsletter of cooperative learning
Insttitude [Online], Vol 22, (1), halaman.Tersedia: (www.co-operation.org) [25 Mei 2009]
Penulis menjelaskan dampak pembelajaran kooperatif terhadap moral
pendidikan,dimana pembelajaran kooperatif dapat: (1) Menciptakan
suatu masyarakat moral (2)kemampuan-kemampuan kerjasama (3) Membuat
penilaian-penilaian moral (4) Transmisi nilai dan (5) Memberi
Pemasukan moral. Pada artikel ini penulis menegaskan bahwa semakin banyak
para siswa mengambil bagian di dalam pembelajaran kooperatif mereka
semakin percaya bahwa setiap orang yang mencoba akan berhasil di dalam kelas,
para siswa sekolah dasar akan menghargai mereka, dan sistim penilaian akan
dilakukan dengan adil. Bagaimana nilai moral dalam pendidikan dipelajari dengan
bekerja sama untuk mencapai sasaran timbal balik, mengadopsi peran-peran untuk
prestasi, peluang untuk berempati dengan yang lain, dapat dipelajari dan
tersedia dalam pembelajaran kooperatifjika dibandingkan dengan
situasi-situasi yang bersifat perseorangan atau kompetitif.
Komentar:
Jika sekolah ingin memberikan dampak pendidikan moral ke siswa maka siswa
harus dilibatkan di dalam hal-hal positif dan memperhatikan hubungan-hubungan
mereka dengan teman sekolah, ini merupakan persyaratan dalam model
pembelajaran kooperatif.
18. Dumas, Alexandre (2007). Cooperative Learning, Elements of
Successful Cooperative Learning. [Online] Tersedia: (http://www.cde.ca.gov/sp/el/er/cooplrng.asp) [25 Mei
2009]
Dalam artikel ini penulis menyatakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif itu fleksibel dan sesuai juga untuk para siswa dengan kebutuhan
khusus, oleh karena itu bagaimanapun jugapembelajaran kooperatif adalah
suatu inovasi. Artikel ini juga menyatakan bahwa pendekatanpembelajaran
kooperatif perlu dikhususkan kepada konteks ilmu bahasa dan budaya yang
digunakan, dirancang dan diterapkan oleh para guru yang tetap berpegang kepada
unsur-unsur kuncipembelajaran kooperatif dan ditujukan kepada
keanekaragaman sebagai sumber daya, disamping itu pendekatan kooperatif dapat
menciptakan lingkungan yang memungkinkan para siswa untuk berhasil secara
akademis dan meningkatkan hubungan antar pribadi mereka.
Komentar:
Penulis ingin menegaskan kepada pembaca bahwa cooperative learning adalah
suatu pendekatan di bidang pendidikan untuk membantu para siswa mencapai
standar isi dan mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi yang
diperlukan untuk berhasil dalam suatu pendidikan multikultural di dunia. Model pembelajaran
kooperatif membuat para guru secara efektif bereaksi dengan para
siswa yang berbeda dalam prestasi akademis dan pemahaman antar budaya.
19. Kamyab, Shahrzad. (1997). Cooperative Learning: One
effective method to turn passive students into active learners in Russian
classrooms. [Online]. Tersedia:(Http://www.Prof.Msu.Ru/Publ/Omsk1/4_10.Html) [28 Mei
2009].
Penulis menggunakan metode koperasi STAD (Student Teams-Achievment
Divisions) Robert Slavin dan Jigsaw II yang dikembangkan slavin (1990)
untuk merubah pola metode mengajar tradisional ke model pengembangan
kemampuan belajar siswa di Rusia. Perubahan terjadi dari sistem persekolahan di
Rusia terutama pelatihan bagi gurunya, memperbaiki diri sendiri, dan perubahan
instruksi di dalam kelas. Perubahan ini merupakan suatu gerak lambat dari suatu
pendekatan didaktis ke metode interaktif, dengan kata lain pemberian
instruksi di dalam kelas harus berubah dari pendekatan Teacher-centered ke student-centered. Pembelajaran
kooperatif menghasilkan peningkatan raksasa didalam hubungan antar pribadi
ketika suatu kelompok yang dicampur dalam ras, jenis kelamin, kemampuan, dan
strategi yang dikembangkan meningkatkan kerjasama kelompok yang berbeda suku
sehingga meningkatkan persahabatan interethnic.
Komentar:
Dengan strategi aktifitas belajar cooperative, para guru dapat
membantu siswa untuk meneliti, manyatukan, memecahkan masalah, dan bahkan
belajar untuk belajar.
20. Roger, T. dan Johnson, D.W. (2000). Cooperative Learning: Two
Heads Learn Better Than One. In Context: A Quarterly of Humane
Sustainable Culture. [Online]. Tersedia: (http://www.context.org./ICLIB/IC18/Johnson.html) [25 Mei
2009]
Situasi pembelajaran kooperatif, ditandai dengan tumbuhnya
interaksi saling ketergantungan dalam menentukan tujuan, pengupayaan kesepakatan
kelompok, saling berbagi tanggung jawab dan saling mendukung, maka penerapan
model interaksi belajar kooperatif dapat dilakukan melalui langkah-langkah: pertama memilih
pelajaran yang bertolak dari pemecahan masalah, belajar konseptual dan berpikir
divergen, kedua memilih ukuran kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas, ketiga membagi kelompok, (anggota
disarankan heterogen), keempat penataan ruang kelas, kelima menyediakan
bahan-bahan yang sesuai, keenam menjelaskan tugas, tujuan, dan
menyepakati kriteria penilaian kerja kelompok, dan ketujuh memantau
kelompok ketika mereka bekerja.
Komentar:
Interaksi siswa antar sesama itu telah ditunjukkan oleh riset bahwa
interaksi kooperatif dalam belajar ternyata memiliki kelebihan dalam beberapa
hal yaitu pencapaian hasil belajar siswa lebih baik, sikap yang lebih
positif terhadap sekolah, mata pelajaran, dan guru, hubungan antar siswa
lebih baik, serta siswa lebih efektif secara interpersonal.
21. Sefra, Djuni. (2007). Praktek
Cooperative Learning Dalam memotivasi Belajar Mengajar Siswa dan Guru. (Sebuah
Studi Di SMA Negeri 5 Bukit Tinggi). [Online]. Tersedia:(http://djunisefra.blogspot.com/2007/12/makalah-kgi-jkt-2007.html) [28 Mei
2009]
Implementasi cooperative learning yang
dilaksanakan oleh penulis dan guru-guru di sekolah ini adalah (1) Teknik “Marry
go round” (2) Teknik Numbered Heads Together (
Spencer Kagan, 1992 ) (3) Teknik Cooperative Script (
Dansereau Cs ) (4) Teknik Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
oleh Slavin, 1995 dan (5)Jigsaw. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah cooperative Learning dapat meningkatkan
interaksi dalam grup atau kelompok dan meningkatkan kemampuan sosial,
karena siswa dalam kelompok saling berbagi, meningkatkan kemampuan untuk
mencapai tujuan, meningkatkan kepercayaan diri siswa, yang punya kemampuan
lebih bisa menghargai pendapat temannya.
Komentar:
Penerapan Cooperative Learning memperhatikan pemilihan teknik
yang disesuaikan dengan kebutuhan materi pelajaran, memilih teknik yang tepat,
dan menemukan inovasi-inovasi terkini, diharapkan peserta didik semakin
termotivasi dan antusias menerima pelajaran, yang pada akhirnya menuju kepada
hal orientasi sasaran dan kesadaran terhadap potensi yang dimiliki.
22. Felder, R.M. dan Brent, Rebecca. (2001). Effective
Strategies for Cooperative Learning. North Carolina State University. [Online]
Tersedia : (http://www4.ncsu.edu/unity/locker/susers/pdf) [30 Mei
2009]
Ide pokok dari artikel ini yaitu kekeliruan dalam pembelajaran
kelompok. Untuk melakukan beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif.
Pertama mencadangkan waktu reguler setiap minggu untuk bekerja sama dalam
kelompok, Jika tidak tersedia anda dapat membentuk commuter-commuter ke dalam
kelompok-kelompok lewat “temu” via e-mail, pemberitaan instan atau teleconferencing.
Jika dicermati para siswa di dalam kelompok-kelompok ini mungkin tidak mendapat
manfaat yang penuh dari pembelajaran kooperatif, tetapi itu lebih baik
dibanding tidak ada apa pun. Jika anda hanya mempunyai beberapa siswa dan anda
tidak bisa membentuk kelompok-kelompok, anda dapat mengizinkan atau membiarkan
mereka untuk bekerja secara individu dan anda menyediakan waktu untuk
konsultasi bagi mereka.
Komentar:
Bertahun-tahun yang lalu mereka mengadakan percobaan dengan kerja kelompok
dimana siswa hanya diletakkan dalam kelompok-kelompok dan meminta mereka melakukan
sesuatu bahkan kebanyakan dari mereka malah menghindar. Akhirnya
percobaan-percobaan tersebut berakhir dengan sebuah kekeliruan, hal tersebut
membuat mereka berpikir untuk melakukan sesuatu dengan meminta siswa agar
bekerja sama secara efektif dengan model yang dinamakan cooperative
learning.
23. Maihoff, Shirlee. (2001). Cooperative Learning Is Active Learning. Jurnal
of Teaching Techniques.[Online], Vol.65. (4). 6 halaman. Tersedia:http://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques/4.8CoopLearning.pdf. [1 Mei
2009]
Shirlee dalam artikel ini memaparkan tentang keenam elemen penting dalam
pembelajaran kooperatif yaitu formasi kelompok, kesinambungan interaksi dalam
kelompok, ketergantungan antar anggota kelompok, kreasi kelompok dalam
menghasilkan kesimpulan, kemampuan pribadi dan membangun keterampilan sosial.
Selain itu, penulis juga memberikan perbandingan antara model cooperative
learning dengan pembelajaran tradisional yang kemudian diikuti oleh
penjelasan mengenai peranan guru dalam modelcooperative learning yaitu
sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Cooperative learningmenghendaki
siswa menjadi pembelajar yang aktif, dimana mereka dapat merasakan kebebasan
untuk mengorganisasikan pikiran mereka dan respon mereka terhadap materi
pembelajaran. Cooperative learning pun bisa dipadukan dengan
teknologi yang ada sekarang seperti contoh dengan kartu visual, diagram urutan,
pertanyaan spesifik dengan jawabannya yang dimuat dalam computer.
Komentar:
Perpaduan antara teknologi dan cooperative learning akan
menghasilkan perpaduan yang dinamis. Keduanya sangat menarik, yang bisa
didedikasikan untuk pembelajaran yang aktif dan hasil belajar yang baik pula.
Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat mencari berbagai
alternatif pemecahan masalah dalam kehidupannya.
24. Joslin, Cara. (2002). The Essential Element Of Cooperative
Learning In The Classroom. [Online]. Tersedia:http://www.ericdigests.org/elements/cooperative.html. [1 Mei
2009]
Sesuai dengan judulnya, artikel yang ditulis oleh Cara Joslin ini
memaparkan elemen-elemen penting dalam pembelajaran kooperatif di kelas.
Elemen-elemen penting tersebut meliputi pengaturan secara spesifik hasil
belajar siswa secara objektif, semua siswa didalam kelompok memiliki target
hasil belajar, adanya petunjuk yang jelas dalam pembelajaran, anggota kelompok
yang bervariasi, memiliki kesempatan untuk berhasil, ketergantungan positif
antar anggota kelompok, interaksi tatap muka, interaksi sikap dan tingkah laku
yang positif, kemudahan mendapatkan informasi dalam pembelajaran, kesempatan
untuk mendapatkan petunjuk penyelesaian tugas, keefektifan waktu belajar,
kemampuan pribadi, penghargaan untuk kelompok yang berhasil, dan kilas balik
aktifitas pembelajaran.
Komentar:
Semua elemen penting tersebut tidak harus digunakan setiap waktu pada saat
guru memberikan cooperative learning. Elemen-elemen tersebut
merupakan ciri khas daricooperative learning yang membedakannya
dengan pembelajaran kelompok biasa.
25. Davis, B. Gross. (1999). Cooperative Learning: Student Working In
Small Groups. Stanford University Newsletter On Teaching. [Online].
Vol 10, (2). 4 halaman. Tersedia:http://ctl.stanford.edu/Newsletter/cooperative.pdf. [28 Mei
2009]

Cooperative learning: student working in small group memaparkan
pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, dimana di awal wacana penulis
memaparkan pemberian tugas kelompok yang meningkatkan kegiatan belajar. Bagian
kedua dari artikel ini menjelaskan tentang bagaimana guru mengajarkan siswa
untuk bekerja di dalam kelompoknya, kemudian diikuti dengan pembentukan dan
membimbing kelompok, dimana dalam pembentukan kelompok guru harus memperhatikan
keragaman anggota kelompok. Setelah kerja kelompok telah berjalan guru perlu
untuk mengevaluasi kelompok belajar tersebut, yang kemudian ditutup oleh
penjelasan percobaan untuk belajar dalam kelompok. Untuk keberhasilan model cooperative
learning guru harus memperhatikan pembentukan kelompok dan memberi
panduan kepada siswa sebagai anggota kelompok.
Komentar:
Kelompok kecil yang digunakan di dalam dan di luar kelas dapat merupakan
tambahan yang penting dalam pembelajaran. Membantu siswa memahami konsep dan
mengaplikasikannya kepada situasi yang nyata sebagai penerapan yang lengkap
dalam pengembangan berpikir kritis.
26. Corso. (2006). Cooperative Learning Versus Group Work.
[Online]. Tersedia:http://www.zunal.com/zportfolio/uploads/cooperative_learning_5.doc. [29 Mei
2009]
Bagian pertama dari artikel ini memaparkan pengertian pembelajaran
kooperatif, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengapa pembelajaran kooperatif
dibedakan dengan pembelajaran kelompok biasa. Pada artikel ini juga dibahas
mengenai penerapan pembelajaran kooperatif di dalam kelas dan hasil penelitian
yang mendukung pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
hubungan antar siswa di dalam kelompok yang memiliki ketergantungan positif,
kemamuan individu, keterampilan interpersonal, interaksi tatap muka dan proses
dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian manfaat pembelajaran kooperatif
yaitu dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa, hubungan interpersonal, ketepatan
dalam mengambil pendapat, kreatifitas, kepercayadirian dan ketergantungan
positif.
Komentar:
Artikel ini membahas secara rinci dan mendalam mengenai unsur-unsur
pembelajaran kooperatif sampai dengan manfaatnya. Sehingga dapat diketahui
dengan jelas mengapa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran
kelompok biasa.
27. Nunung. (2007). Pembelajaran Kooperatif. [Online].
Tersedia: http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf. [28 Mei
2009]
Pada artikel ini penulis memaparkan secara rinci mengenai pembelajaran
kooperatif, mulai dari karakteristiknya, prinsip dasar kooperatif, kompetensi
yang dicapai melalui pembelajaran kooperatif, materi yang sesuai disajikan
dengan pembelajaran kooperatif sampai dengan prosedur pembelajarannya yang
terdiri dari tahap (1) orientasi, (2) kerja kelompok, (3) tes/kuis, (4)
penghargaan kelompok, dan (5) evaluasi. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan dengan berpijak kepada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu
meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa. Beberapa pendekatan tersebut
diintegrasikan yang terdiri dari belajar aktif, konstruktivistik dan
kooperatif.
Komentar:
Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan disamping
kekuatan yang ada padanya. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu
yang cukup panjang dan fleksibel. Tetapi jika kelemahan tersebut dapat
diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar
yang dapat memacu peningkatan potensi mahasiswa secara optimal.
28. Ledlow, Susan. (1999). Cooperatif Learning In Higher Education. Center
For Learning And Teaching Excellence. [Online]. Tersedia: http://clte.asu.edu/active/clinhighed.pdf. [25 Mei
2009]

Diawali dengan penjelasan singkat mengenai cooperative learning,
penulis memusatkan kajiannya kepada enam bagian yang berbeda dalam pembelajaran
kooperatif yang harus diperhatikan. Enam bagian tersebut ialah pengaturan
kondisi pembelajaran, formasi kelompok, membangun kelompok, meningkatkan
keterampilan kooperatif, disain pembelajaran kooperatif, dan yang terakhir
yaitu manajemen kelas. Cooperative learninglebih dari permintaan
sederhana siswa untuk membuat kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan
tugasnya.
Komentar:
Keberhasilan pembelajaran kooperatif harus menyeimbangkan beberapa bagian
penting dalam pembelajaran kooperatif, bukan hanya memperhatikan materi
pelajaran. Mengulas balik bagian tersebut setelah membangun pembelajaran atau
aktivitas belajar yang baru membantu guru mendapatkan umpan balik mengenai apa
yang sudah berjalan baik atau belum berjalan dengan baik pada gaya mengajar,
siswa dan materi pembelajaran.
29. Karlina, Ina. (2006). Pembelajaran Kooperatif Sebagai
Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf. [20 Mei
2009]
Perubahan yang harus dilakukan dalam pembelajaran merupakan latar belakang
dalam artikel ini yaitu perubahan dari paradigma teori tabula rasa John
Locke, harus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan.
Artikel ini terdiri dari tiga bagian, pada bagian pertama berisi mengenai
pengeratian pembelajaran kooperatif, bagian kedua menjelaskan karakteristik
pembelajran kooperatif, dan bagian terakhir memaparkan teknik-teknik
pembelajaran kooperatif antara lain teknik mencari pasangan, bertukar pasangan,
kepala bernomor, keliling kelompok, kancing gemerincing dan dua tinggal dua
tamu. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.
Komentar:
Artikel ini menjelaskan manfaat pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dalam membangun pengetahuan, terutama dalam menghasilkan
gagasan yang kreatif dan membantu mempermudah menyelesaikan tugas.
30. Jones, et al. (1994). Cooperative Learning: Based On
Excerpts From The Expert Educator. [Online]. Tersedia: http://www.neiu.edu/~sdundis/hrd310/cooperative.doc.pdf. [29 Mei
2009]
Diawal artikel penulis memaparkan mengenai pembelajaran kooperatif, yang
bukan merupakan sesuatu hal yang baru dalam pendidikan. Kemudian diikuti
penjelasan mengenai kekuatan atau tujuan khusus pembelajaran kooperatif,
kelemahan atau keterbatasannya, petunjuk untuk mendapatkan manfaat yang
maksimum dari pembelajaran kooperatif yaitu dengan memperhatikan elemen-elemen
penting dalam pengaplikasiannya dikelas, dan diakhir artikel penulis
menjelaskan hal-hal penting yang harus dipikirkan pada saat membentuk kelompok.
Cooperative learning bisa digunakan dalam mencapai keberhasilan
belajar dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran lainnya. Siswa
menjadi semangat belajar dengan bekerjasama karena mereka berperan aktif dalam
pembelajaran, yang mengubah mereka dari pembelajar yang pasif menjadi
pembelajar aktif.
Komentar:
Cooperative learning bukan merupakan cara mudah untuk mengajar,
tetapi jika digunakan secara efektif dapat membantu pengajar menjadi pengajar
yang baik, memuji dan mendukung pembelajaran satu sama lain, dan membangun
kepentingan sosial atau keterampilan kolaborasi yang digunakan untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan.
31. Johson, David. W, Johnson, Roger.T dan Stane, Mary.B. (2000). Cooperative
Learning Methods: A Meta Analysis : University of Minnesota [Online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages/cl-methods.html). [6 Mei 2009]
Pada bagian awal artikel ini, penulis mengulas metode pembelajaran
kooperatif yang mempunyai suatu dampak positif pada prestasi siswa jika
dibandingkan dengan pelajaran kompetitif, metode belajar bersama-sama (LT)
dalam artikel ini diikuti oleh Academic Controversy, Student-Team-Achievement-Divisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT), Group
Investigation (GI),Teams-Assisted-Individualisasi (TAI),
dan Cooperative Integrated Reading dan Composition(CIRC). Pada bagian
akhir artikel ini, penulis membahas metode Cooperative
Learning sebagai suatu Analisis dengan memberikan kesimpulan
penting bahwa pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori,
disahihkan oleh riset, dan diterapkan ke dalam prosedur-prosedur yang dapat
gunakan.Jumlah, kemampuan generalisasi, aplikabilitas riset, dan kompetitif
pantas dipertimbangkan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif, dan variasi
dari metode-metode pembelajaran kooperatiftersedia bagi guru.
Komentar:
Artikel ini membahas sebesar apa riset yang sudah diselenggarakan
untuk mengesahkan prosedur-prosedur spesifik pembelajaran kooperatif, seberapa
efektif metode pembelajaran kooperatifdan riset yang sudah diselenggarakan
di dalam memaksimalkan prestasi, dan apakah karakteristik dari metode pembelajaran
kooperatif semakin efektif.
32. Fatirul, Ahmad. Noor. (2008). Cooperative Learning.
[Online]. Tersedia:http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf. [6
Mei 2009]
Ada tiga pilihan model yang bisa diterapkan dalam pembelajaran yaitu
kompetisi, individual dan pembelajaran kooperatif, dalam pendahuluan penulis
memaparkan tentang ketiga model tersebut. Selanjutnya diikuti dengan pembahasan
mengenai konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu pengertian, unsur-unsur
pembelajaran, petunjuk dan langkah-langkah pembelajaran, sampai dengan
pengelolaan kelas dalam pembelajaran kooperatif yang meliputi pengelompokan,
semangat cooperative learning dan penataan ruang kelas. Pada
bagian selanjutnya, artikel ini membahas teknik-teknik pembelajaran kooperatif,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian atau evaluasi pembelajaran kooperatif.Cooperative
learning mengacu pada kelompok kecil yang melibatkan siswa dalam
kelompok yang terdiri dari empat siswa yang mempunyai kemampuan berbeda.
Komentar:
Penerapan pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa bagaimana bekerjasama
dengan baik, dalam hal menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan
yang baik, dan cara mengajukan pertanyaan dengan benar.
33. Peterson, Reece, Miller, Courtney. (2004). Cooperative
Learning. [Online]. Tersedia:http://www.indiana.edu/~safeschl/cooperative_learning.pdf. [6 Mei
2009]
Artikel singkat yang berjudul cooperative learning ini,
diawali dengan pemaparan secara singkat munculnya pembelajaran kooperatif yang
mendapatkan perhatian di dunia pendidikan. Bagian selanjutnya membahas apa itu
pembelajaran kooperatif, yang dilihat dari sudut pandang para ahli-ahli
pendidikan. Dan membahas mengenai apa yang kita ketahui tentang pembelajaran
kooperatif meliputi konsep-konsep dasar dari pembelajaran kooperatif. Selain
memiliki pengaruh positif pada hasil belajar akademik, penerapan pembelajaran
kooperatif juga membawa pengaruh yang baik terhadap nilai dan tingkah laku
siswa seperti sikap percaya diri, penerimaan social dan lain-lain. Selain itu
pembelajaran kooperatif bisa digunakan sebagai kendaraan untuk membimbing dan
membentuk sikap siswa.
Komentar:
Strategi pembelajaran kooperatif tampaknya memiliki janji positif yang
berpengaruh terhadap siswa dengan kemampuan atau tanpa kemampuan, sebagai umpan
balik dari peningkatan hasil belajar akademik dan kemajuan sikap dan tingkah
laku sosial.
34. Fetch, Dr.Mac’s. (2003). Competitive VS Cooperative
Learning Formats. [Online]. Tersedia:http://maxweber.hunter.cuny.edu/pub/eres/EDSPC715_MCINTYRE/CoopLearning.html [25
Mei 2009]
Artikel ini membahas tentang efektifitas model pembelajaran kompetitif dengan
modelpembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalam
proses pembelajaran. Isu yang dikemukakan adalah pembelajaran kompetitif
mengandung unsur tidak ada interaksi antar murid, tidak dapat
dipertanggungjawabkan ke orang lain, bertanggung jawab hanya untuk diri, pengelompokan
homogen, satu siswa bertindak sebagai pemimpin dan keterampilan
sosial terabaikan. Sementara pembelajaran kooperatif memiliki interaksi
aktif dengan orang lain, dapat dipertanggungjawabkan ke orang lain, bertanggung
jawab kepada kelompok, penggolongan siswa secara heterogen, adanya ketergantungan
positif dan mengajar ketrampilan sosial secara langsung. Salah satu dasar
pemikiran tulisan ini adalah penggolongan anak-anak di kelas dimana
masing-masing anak mempunyai beberapa kekuatan tertentu dalam mengerjakan tugas
yang ditugaskan kepada kelompok. Pembelajaran kooperatif membuat siswa
memiliki peranan masing-masing di dalam pembelajaran sesuai dengan
kemampuannya.
Komentar:
Penegasan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif secara total
adalah sebuah tawaran meskipun itu bukanlah suatu tugas sederhana. Pembelajaran
kooperatif harus digunakan kalau kita ingin para siswa belajar lebih baik
di sekolah, seperti sikap suka satu sama lain dalam belajar dan belajar
keterampilan sosial secara lebih efektif.
SIMPULAN
Dari anotated bibliography tentang
model cooperative learning dalam pembelajaran, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan teori motivasi dan teori kognitif
2. Cooperative learning ialah suatu sikap atau perilaku
bersama dalam belajar diantara siswa dengan struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari empat sampai enam orang dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri
3. Unsur-unsur cooperative learning yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota dan evaluasi proses kelompok
4. Langkah-langkah model Cooperative learning ialah guru
menginformasikan materi kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil,
memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan
penghargaan
5. Bentuk-bentuk model cooperative learning yaitu
STAD, CIRC, TGT, Jigsaw,dan Group Investigation
6. Model cooperative learning terdiri dari beberapa
pendekatan yang diintegrasikan yaitu belajar aktif, konstruktivistik dan
kooperatif
7. Keunggulan dari model cooperative learning ialah meningkatkan
kemampuan siswa untuk belajar mandiri, mengembangkan sikap demokratis dan
keterampilan berpikir logis, suasana pembelajaran siswa menjadi lebih inovatif, meningkatkan
hasil belajar akademik siswa, hubungan interpersonal, ketepatan dalam mengambil
pendapat, kreatifitas, kepercayadirian dan ketergantungan positif
8. Cooperative learning dapat digunakan berbagai tingkat
kelas dan pada mata pelajaran IPA, bahasa, matematika, kesenian dan khususnya
IPS yang tujuan kurikulumnya dapat didukung oleh modelcooperative learning
9. Cooperative learning dapat dikombinasikan dengan teknik
pembelajaran lainnya untuk mendapatkan hasil terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar