ANOTASI BIBLIOGRAFI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING
Oleh
Hendrison Baulu
1. Ricchard I. Arends 2007. Learning to teacch
. Avenue of the Americas, New York
Dalam
Buku ini pada bab II menjelaskan bahwa esensi PBL berupaya
menyuguhkan berbagai situasi dan masalah yang autentik dan bermakna kepada
siswa , yang dapat berpfungsi sebagai batu loncatan untuk infestigasi dan
penyelidikan . PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan
informasi dengan jumlah besar kepada siswa.pengajaran langsung dan ceramah
lebih cocok untuk maksud ini.
Ketrampilan berpikir dan
ketrampilan mengatsi masalah. Beragam ide dan kata-kata yang
membingungkan digunakan untuk mendiskripsikan tentng cara orang
berpikir.tetapi apa sebenarnya yang terlibat dalam berpikir ? apasajakah
ketrampilan berpikir itu dan, khususnya, apa sajakahketrampilan bepikir tingkat
tinggi itu. Sebagaian besar definisi yang ada mendeskrisika tentang
proses-proses intelektual abstrak, misalnya : siswa bekerja dalam tim untuk
mencapai tujuan.
Ø Berpikir adalah sebuah sebuah proses yang melibatkan
operasi-operasi mental , seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.
Ø Berpikir adalah sebuah proses presentasi secara simbolis ( melalui
bahasa)berbagai objek dan kajian riil dan mengunakan representasi simbolis itu
untuk menemukan prisip-prinsip esensial objek dan kejadian tersebut.
Ø Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan
mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau judgment yang baik.
PBL berusaha untuk membantu siswa
untuk menjadi pembelajar yang indevenden dan self-regulated. Dibimbing oleh
guru yang senantiasa memberi semangat dan reward ketika mereka mengajuan
pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa
untuk melaksanakan tugasnya secara mendiri.
2. M.
Taufik Amir, 2009. Inovasi pendidikan melalui problem based learning: bagaimana pendidikan memberdayakan
pemelajar di era pengetahuan, Pradana Media Grup, Rawamangun-Jakarta
Buku ini
terdiri dari 9 bab, baba I menjelaskan tentang “memberdayakan Pemelajar di era
pengetahuan “ kemudian pada bab II tentang “ PBL dan Masalah dalam
pembelajaran, bab III tentang “ merancang masalah dalam dalam PBL. Bab IV
memfasilitasi proses PBL, bab V “ PBL dan Proses dalam kelompok, bab VI “
merasakan proses PBL, baba VII menjadi individu yang independen, baba VIII
tentang penilaian proses PBL, baba IX “ PBL dan institusi yang
berubah.
Buku
ini menjelaskan tentang bagaimana pembelajar harus mengambil peran
aktif dalam memilh mengelolah informasi, mengkonstruksi hipotesisnya,
memutuskan dan kemudian mereflesikan pengalaman mereka untuk menentukan
bagaimana pengetahuan itu dapat mereka transfer ke berbagai situasi yang lain.
Pemelajar perlu memahami apa tang mereka pelajari dan tahu kapan , di mana, dan
bagaimana menggunakan pengetahuan itu. keefektipan pembelajaran sangat
ditentukan oleh memehami pengetahuan.
Salah satu
metode yang banyak diadopsi memperdayakan pembelajaran adalah problem based
learnung (PBL). Donald Woods (2000) menyebutkan PBL lebih dari sekedar
lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat
mambantu pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan
masalah, kerja sama tim, dan komonikasi.
Dalam proses PBL sebelum pembelajaran dimulai,
pemelajar akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang diberikan adalah masalah
yang memilki konteks dengan dunia nyata. Semakan dekat dengan dunia nyata, akan
semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pemelajar. Dari masalah
yang diberikan ini, pemelajar bekerja sama dengan kelompok, mencobah
memecahkanya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari
informasi-informasi baru yang relevan untuk soslusinya.
Meskipun kemandirian pemelajar, baik dalam diskusi, mencari sumber
pembelajaran, membuat laporan serta mempresentasikannya, PBL yang baik
tetap memerlukan dukungan pendidik.
3. Abduorrakhman
Gintings, 2008. Esisnsi Praktis Belajar dan pembelajaran, Humaniora Ikapi Buah
Batu- Bandung
Dalam buku ini pada baba 13 telah
menjelaskan tentang problem based Learning, dalam bab ini telah menegaskan
bahwa model pembelajaran based learning diorientasikan pada pemecahan berbagai
masalah terutama yang terkait dengan aplikasi materi pelajaran didalam
kehidupan nyata. Selama siswa melakukan kegiatan memecahkan masalah, guru
berperan sebagai tutor yang akan yang akan membantu mereka mendefinisikan apa
yang mereka tidak tahu dan apa yang mereka perlu ketahui untk memahami dan atau
memecahkan masalah,(Newble dan Cannon
Pengembangan model ini didasari oleh :
Ø Prinsip
Enquiry Learning yang mengandung belajar adalah upaya untuk menemukan sendiri
pengetahun.
Ø Teori-eori
psikologi belajar dan pembelajaran moderen yang menjelaskan bahwa pengetahuan
akan lebih diingat dan dikemukakan kembali secara efektif jika belajar dan
pembelajaran didasarkan dalam konteks manfaatnya dimasada depan.
Perbedaan yang mencolok disebabkan dalam PBL siswa
lebih menyenangi pendekatanini, menjadi metovasi untuk belajar. Akan tetapi
pertimbangan yang komperhensip terutama aspek-aspek spesipik seperti kematangan
intelektual siswa dan krakteristik materi yang diajarkan serta competensi yang
akan dicapai, dan berbagai aspek praktis maka PBL dapat diterpkan dalam
berbagai bidang dan jenjang pendidikan yang diracik dalam kemasan yang khas.
4. Muslimin
Ibrahim, Mohamad Nur, 2005. Pengajaran berdasarkan masalah, Unesa-University
Press, Surabaya
Dalam buku
ini telah menjelskan bahwa pelajaran berdasarkan masalh dimulai, sama dengan
tipe pelajaran yang lain, guru seharusnya mengkomunikasikantujuan pembelajaran
secara jelas, menumbuhkan sikap-sikap positf terhadap pelaran dan memberikan
apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Kapada siswa yang lebih muda
atau siswa yang belum pernah terlibat dalam PBL, guru perlu memberikan
penjelasan tentang proses-proses dan prosedur-prosedur meodel tersebut.
Guru perlu untuk menyajikan situasi masalah dengan
hati-hati tau dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam
identifikasi masalah. Situasi atau masalah harus disampaikan kepada siswa semenarik
dan setepat mungkin. Biasanya memberikan kesempatan siswa untuk melihat,
merasakan, dan menyentuh sesuatu dapat memunculkan ketertarikan dan motivasi
inkuiri. Sering mengunakan kejadian – kejadian yang tak terduga dapat menggugah
minat siswa.
5. Costa, Luis R.J. ; Honkala, Mikko ; Lehtovuori, Anu (2007) Circuit Analysis; Education; Engineering
Education; Problem-Based
Learning (PBL) [online] http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=130480 (maret 2009)
Masalah-mendasarkan belajar (PBL) adalah satu
memotivasi, masalah-memusat mengajar metoda. Metodologi dan aplikasi nya kepada
pendidikan di/dalam analisa rangkaian dasar adalah diskusikan dengan rinci.
Oleh karena batasan administratif, kursus menerapkan tidak dengan keras melekat
ke metodologi PBL dalam perasaan bahwa kurikulum kursus adalah dengan keras
yang didefinisikan. Juga, siswa PBL menangani ujian ketika siswa sama di
tradisional membentuk kursus
Pengalaman belajar dalam formulir/bentuk dua putaran
adalah membandingkan melalui satu respon daftar pertanyaan dan hasil ujian.
Perbandingan kelompok dari kedua-duanya nampak untuk menunjukkan
bahwa metoda PBL adalah satu cara lebih baik dari menyampaikan pendidikan dalam
analisa rangkaian, atau bahkan teknologi secara umum. Siswa PBL nampak untuk
menyerap seluk-beluknya lebih baik dan keseluruhan gambar dari isu mengajar.
Selain dari pada pokok, kursus PBL siswa belajar keterampilan sosial melalui
interaksi dalam kelompok kecil, bagaimana untuk mengidentifikasikan dan
mendefinisikan satu masalah, dan bagaimana untuk mencari serta menyaring
informasi relevan. Keterampilan Presentasi adalah juga berlatih.
7. Claire H. Major, Betsy
Palmer, 2001. Assessing the Effectiveness of Problem‑ Based Learning
in Higher Education: Lessons from the Literature [Online] tersediahttp://www.rapidintellect.com/AEQweb/mop4spr01.htm
[09 Juni
2009]
Dalam artikel ini memfokuskan pada perubahan
dalam pengetahuan dan keterampilan mengukur yang terjadi dengan instruksi PBL.
Beberapa penelitian pertunjukan melalaikan pengurangan di/dalam pengetahuan
[dari] ilmu pengetahuan dasar (Albanese & Mitchell, 1993). Penelitian Lain
menunjukkan bahwa di atas/terhadap test [dari] pengetahuan medis, siswa
di/dalam program tradisional membuat skor lebih tinggi dari siswa di kurikulum
PBL (Schmidt, Dauphinee, & Patel, 1987; de Vries, Schmidt, & de Graaff,
1989). Keseluruhan, sebagian besar pertunjukan penelitian tidak ada perbedaan
signifikan antara pengetahuan dimana siswa PBL dan siswa non-PBL memperoleh
tentang ilmu pengetahuan (Albanese & Mitchell, 1993).
Bagaimanapun, siswa yang mengakuisisi pengetahuan
dalam konteks memecahkan permasalahan telah diperlihatkan untuk lebih mungkin
untuk menggunakan itu secara spontan untuk memecahkan permasalahan baru
dibandingkan individu yang memperoleh informasi sama di bawah metoda yang lebih
tradisional terpelajar fakta dan konsep melalui kuliah (Bransford, Cap kiriman
bebas, Vye, & Sherwood, 1989). Selain dari pada itu, siswa dalam
masalah-mendasarkan belajar lingkungan telah berkembang kemampuan klinis yang
lebih kuat walaupun perbedaan [adalah] kecil dan bukan-signifikan (de Vries,
Schmidt, & de Graaff, 1989). Sebuah penelitian melakukan dalam satu nutrisi
dan kursus dietetics ditemukan PBL itu siswa merasa bahwa mereka mengembangkan
pemikiran serta keterampilan pemecahan masalah lebih kuat, keterampilan
komunikasi efektif, dan perasaan dari tanggung jawab personal dibandingkan melakukan
siswa yang diterima kuliah (Lieux, 1996).
8. Zulharman,
M.Med.Ed (2008) Problem Based Learning [online] tersedia dalam .wordpress.com/2008/02/15/pendahuluan-problem-based-learning/#more-65 (08 April http://zulharman79 2009)
Problem Based Learning (PBL) ternyata memiliki daya
tarik. Setelah beberapa lama saya memposting mengenai PBL di blog ini banyak
tanggapan dari para pengunjung. Saya minta maaf kalau posting PBLnya singkat
dan menjawab comment dari pengunjung mungkin tidak memuaskan. Saya akan mencoba
untuk memposting mengenai PBL ini dimulai dari pendahuluan yang akan
menjelaskan prinsip dasar tentang PBL. InsyaAllah selanjutnya tentang cara
merancang PBL dan terakhir cara mengevaluasi PBL. Mengikuti perkembangan
comment tentang PBL di blog ini (terimakasih atas commentnya), saya ingin
mencoba menyimpulkan hal-hal yang perlu atau sering ditanyakan.
1. PBL
menggunakan triger berupa masalah (skenario kasus) sebagai titik awal
pembelajaran. Trigger ini disusun berdasarkan masalah nyata yang dihadapi (real
case) sehingga akan memancing keingintahuan (curiosity) dan mengaktifkan prior
knowledge (pengetahuan awal).
2. PBL dilakukan
dalam kelompok kecil (7-10 orang) yang dipandu oleh seorang tutor yang
bertindak sebagai fasilitator.
3. PBL
berlandaskan kepada teori belajar konstruktivis, dimana belajar adalah sebuah
proses membentuk pengetahuan atau pengalaman baru berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman lama knowledge..
4. Banyak
literatur yang menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan self directed learning,
reflection, critical thingking, problem solving, teamwork, ketrampilan
komunikasi, namun hal ini masih perlu diteliti karena ada juga yang
menyangsikan.
5. PBL dapat
sebagai learning method/strategies/approach bahkan sebuah kurikulum. Saya
berasumsi karena kurikulum nasional kita sudah ditetapkan namanya dengan
istilak KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sehingga PBL mengarah kepada metode
belajar (walaupun PBL ini sudah menghiasi kehidupan belajar dari pertama masuk
sampai lulus).
9. De
Gallow, Director, Instructional Resources Center, What is Problem-Based
Learning? [Online] tersediahttp://www.pbl.uci.edu/whatispbl.html
[09 Juni
2009]
Problem-Based Learning adalah bahwa
siswa-memusat. “Siswa-memusat” mengacu pada belajar peluang [yang] adalah
relevan ke/pada siswa, tujuan adalah sedikitnya sebagian ditentukan oleh siswa
sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa guru melepaskan otoritas nya untuk
membuat pertimbangan mengenai apa penting untuk siswa untuk belajar; cukup,
fitur ini menempatkan tanggung jawab parsial dan tegas di terhadap siswa’ pikul
untuk milik mereka sendiri belajar. Membuat penugasan dan
aktivitas-aktivitas yang memerlukan input siswa kiranya juga meningkatkan
kemungkinan siswa sedang termotivasi untuk belajar.
Sebuah
kritik umum siswa-memusat belajar adalah siswa itu, sebagai orang baru, tidak
dapat diharapkan untuk tahu apa penting untuk mereka untuk belajar, terutama
dalam satu tunduk kepada yang mana mereka nampak pada tidak mempunyai eksposur
lebih dulu. Literatur terhadap pakar orang baru belajar tidak seluruhnya
memperdebatkan pernyataan ini; cukup, itu benar-benar menekankan itu siswa kita
datang sampai kita/kami, bukan sebagai batu tulis kosong jadi pepatah, tetapi
sebagai individu belajar utama/lebih dulu bisa sangat berdampak pada arus
mereka belajar (Scardamalia, Bereiter, 1991) .
Konteks
untuk belajar dalam PBL adalah benar-benar konteks-spesifik. Itu melayani
untuk mengajar isi dengan cara mempresentasikan siswa dengan satu tantangan
dunia nyata serupa dengan satu mereka mungkin pertemuan adalah satu praktisi
dari disiplin ilmu. Mengajar isi melalui keterampilan adalah salah satu
dari fitur pembeda dari PBL primer. Lebih pada umumnya, instruktur
memperkenalkan siswa kepada guru menentukan isi melalui kuliah dan teks.Setelah
satu sejumlah isi spesifik disajikan, siswa diuji terhadap pemahaman mereka
dalam berbagai cara. PBL, di lain pihak, adalah lebih induksi: siswa
belajar isi sebagaimana mereka mencoba untuk menyelesaikan satu masalah.
10. John
R. Savery and Thomas M. Duffy,(1995),Problem Based Learning:An instructional
model and its constructivist fr amework,Indiana University
(Bloomington).Online].Tersedia:http://crlt.indiana.edu/publications/dutty-pub16. pdf. [17 Februari 2009]
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk
memberikan link yang jelas antara prinsip-prinsip tentang teori
constructivism, praktek pelajaran desain, dan praktek mengajar. untuk salah
satu yang terbaik exemplars dari constructivist lingkungan belajar - Masalah
Belajar berbasis seperti yang dijelaskan oleh Barrows (1985, 1986, 1992)
Pengetahuan tentang perkembangan sosial melalui
negosiasi dan melalui evaluasi dari kelangsungan hidup pada pemahaman individu.
Lingkungan sosial penting untuk pengembangan pemahaman kita masing-masing serta
untuk tujuan pembangunan yang kami ketahui dari pengetahuan. Di tingkat
individu, individu lain adalah dasar mekanisme untuk menguji pemahaman kami.
Kolaborasi kelompok penting karena kita dapat diuji sendiri tentang pemahaman
dan memeriksa pemahaman orang lain sebagai mekanisme mencari kebenaran,
interweaving, dan kami memperluas pemahaman tentang isu-isu tertentu atau
fenomena. Sebagai mana vonGlaserfeld (1989) telah mencatat, orang lain adalah
orang yang paling pandai dalam mencari alternatif ketika melihat tantangan, dan
ini dilihat sebagai sumber dalam merangsang untuk belajar
Tujuan PBL (Problem Based Learning) sebagai
model dan instruksi rinci untuk menampilkan bagaimana PBL adalah konsisten
dengan prinsip-prinsip instruksi yang timbul dari constructivism. Kami berusaha
memberikan link yang jelas antara teori dan praktek.. Siswa didorong dan
diharapkan untukberpikir kritis dan kedua kreatif untuk memantau
dan pemahaman mereka sendiri yaitu fungsi pada
tingkat metacognitive. Realitas sosial berarti sebagai alat negosiasi
yang penting dari masalah. PBL sebagai pendekatan belajar yang berbasis pada
permasalahan Belajar tujuan dan sumber daya disajikan bersama dengan kasus. PBL
adalah pendekatan kognitif difokuskan pada kedua domain pengetahuan dan
pemecahan masalah terkait dengan pengetahuan yang domain atau profesi. Peserta
didik yang memiliki kepemilikan masalah. Fasilitasi yang tidak didorong oleh
pengetahuan, tetapi itu difokuskan pada metacognitive pros
11. Zulharman (2008) Mengapa harus
Problem based Learning? Tersedia dalam http://zulharman79.wordpress.com/2008/02/15/pendahuluan-problem-based-learning/#more-65[online] (08 April 2009)
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan
strategi pendekatan problem based learning (PBL) merupakan sebuah inovasi
pendidikan kedokteran yang sedang dikembangkan di Indonesia. Banyak institusi
pendidikan yang mengeluhkan penerapan PBL karena memerlukan dana yang besar,
sumber daya manusia yang banyak dan manajemen yang komplek. Sebenarnya mengapa
sih harus PBL? Penulis juga lama merenunginya tentang latarbelakang PBL dan
kelebihannya. Di sini penulis mencoba menganalisanya.
Teori yang melandasi PBL ditunjang oleh beberapa teori
psikologi pendidikan yang terkenal. Misalnya, Albanese mengungkapkan teori yang
melatarbelakangi PBL yaitu information processing theory, cooperative learning
theories, self determination theory and control theory (Albanese, 2000). Contoh
untuk teori information processing terdiri dari tiga komponen yaitu aktivasi
prior knowledge, encoding specificity dan elaboration of knowledge. (Albanese
2000, Schmidt, 1983). Dalam PBL tiga komponen ini dapat dilihat dari kasus yang
dapat mengaktifkan prior knowled pelajar, kasus juga berdasarkan situasi nyata
yang membuat belajar menjadi kontektual, elaboration yang dapat dilihat dari
proses diskusi.
Problem
Based Learning, maksudnya pembelajaran bertolak dari problem yang ada dalam
kontek nyata. Integration, maksudnya ada integrasi dalam bidang disiplin
ilmu. Contohnya dalam pendidikan dokter yaitu penerapan sistem blok dimana ada
integrasi beberapa disiplin ilmu dalam satu blok. Integrasi ini ada horizontal
integration dan vertical integration.
12. Wong, Donna Kam Pun; Lam, Debbie Oi Bing [ 01 2007] social work education; problem-based
learning; learning motives; learning strategies [online]
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=152729 (05 april 2009)
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=152729 (05 april 2009)
Artikel ini mengevaluasi efek dari
masalah-mendasarkan belajar (PBL) dalam pendidikan pekerjaan sosial. Peserta
adalah 132 siswa pekerjaan sosial tahun-kedua yang mengambil/menangani kursus
inti dari Pekerjaan sosial Theory dan Practice serta Skills Laboratory di gaya
PBL. A 40-item skala adalah digunakan untuk ukuran siswa’ persepsi dari
pengetahuan pekerjaan sosial mereka, keterampilan, dan nilai, Biggs Study
Process Questionnaire dan Revised Study Process Questionnaire adalah
dipekerjakan untuk menguji mereka belajar pendekatan. Hasilnya menunjukan hasil
belajar yang positif, dengan keuntungan yang paling signifikan terjadi dalam
pengetahuan dan lebih sedikit meningkatkan sedang dibuat di keterampilan serta
nilai. Penemuan meyakinkan siswa itu dengan alasan dan pendekatan belajar yang
dalam menuai sebagian besar mendapat manfaat dari PBL.
13. A
Newsletter of the Center for Teaching Effectiveness January 1995,PBL and
the Lively Classroom Kurt Burch Political Science & International
Relations
Masalah-mendasarkan belajar (PBL) adalah keduanya,
yaitu satu umum dikenal mengajar pendekatan dan satu inovasi dramatis dimana
mentransformasikan pengalaman kelas untuk siswa serta guru. Bekerja golongan
sendiri, siswa menghadapi satu masalah nyata (tangible) diagnosis medis,
perselisihan hukum, proposal kebijakan, dilema etis untuk memecahkan. Sejak
siswa kekurangan informasi dan pengalaman signifikan, mereka menanyakan
pertanyaan. Query persediaan "mengapa kita perlu untuk tahu hal ini?"
adalah tiba-tiba diganti oleh pertanyaan "apa kita perlu untuk tahu?"
Melalui pertanyaan, disebut "belajar isu", siswa menjadi
bertanggungjawab untuk milik mereka sendiri belajar; mereka mengetukan ke sumber-sumber
daya kreatif mereka; dan mereka mengembangkan arah/arahan serta fokus. Dalam
guru setting ini menjadi penasihat dan fasilitator. Mereka pindah/bergerak di
antara kelompok, siswa pengarahan' diskusi dan energi ketika sesuai. Bukannya
informasi kuliah atau mengelola perilaku, guru menanami keterampilan, usaha
fokus, membantu perkembangan kepanjangan daya akal, dan memelihara satu iklim
interaktif terpelajar.
PBL berputar mengelilingi satu masalah focal, kerja
kelompok, umpan balik, diskusi kelas, pengembangan keterampilan, dan pelaporan
akhir. Guru mengorganisir dan mengemudikan siklus dari aktivitas, kemudian
mengajar keterampilan di dalam konteks itu. Mengundang siswa ke dalam satu
pengalaman belajar yang memungkinkan mereka untuk hitungkan itu di/dalam
istilah milik mereka sendiri, teknik ini menyediakan kesempatan untuk aktif
belajar. Juga, PBL menyediakan kesempatan untuk mengintegrasikan unsur-unsur
berbeda, seperti studi kasus ,kerja kelompok (tim siswa), pemecahan masalah
(learning-by-doing kejuruan), Metoda Smemperocratic (interaksi guru dengan
kelompok), dan diskusi kelas.
14. Dr
Kelvin Foong 1997 . Problem Based Learning - A bold new approach to dental
education in the Faculty of Dentistry. [Online] tersediahttp://www.dentistry. nus. edu.sg/faculty/mirror/mirror1/page1.htm
[09Juni 2009]
Proses PBL start dengan satu "kasus". Kasus
menyediakan satu struktur untuk satu diskusi yang memungkinkan siswa untuk
menemukan apa mereka telah tahu, apa mereka tidak tahu dan apa mereka perlu
untuk belajar. Proses belajar mengarahkan siswa untuk menyelidiki pengetahuan
berhubungan dengan masalah, dan untuk memperluas terhadap perbatasan
pengetahuan milik mereka sendiri. Di dalam siswa proses belajar
mengidentifikasikan permasalahan, menyarankan penyebab mungkin, mengingat
pengetahuan utama mereka, menjelaskan penalaran mereka dalam kaitan dengan
mekanisme dasar, menyelidiki batas dari pemahaman mereka serta menanyakan
pertanyaan spesifik, menyertakan informasi baru dan meninjau kembali pemikiran
mereka.
Kritikus berpendapat masalah-mendasarkan itu belajar
cenderung mengacaukan siswa dari isu riil dari masalah. Arah belajar dapat
berkelakuan kasar jika siswa dipikat pada satu isu. Ketetapan dari fasilitator
staf memastikan siswa bukan kejauhan terlepas dari jalur. Sementara itu
ekspansi dari perbatasan pengetahuan adalah satu keuntungan terbatas dari
konsep PBL, hilang memfokuskan pada hal-hal penting dari masalah adalah mudah.
Sebuah timbangan baik diperlukan dan peran dari fasilitator staf dalam
mengemudikan siswa' diskusi adalah oleh karena itu penting.
15. Trihadiyanti
, 2008. Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah,
[online] tersedia dalam http:
//www.sd-binatalenta .com /images/artikel_tri.pdf. [23 Mei 2009]
Dalam artikel menjelaskan bahwa Pembelajaran berbasis
masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa
belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil
menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses
belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas,
2003). Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memahami konsep suatu materi
dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan
baik) atau open ended yang disajikan pada awal pembelajaran,
sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi
masalah yang diberikan.
Menurut Ismail (Ratnaningsih 2003) pembelajaran
berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:
a. Orientasi
siswa pada masalah dengan cara guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan
logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah.
b. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar dengan cara guru membantu siswa dalam mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
c. Membimbing
penyelidikan individual dan kelompok dengan cara guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya dengan cara guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan.
e.
Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
siswa dan proses yang digunakan.
Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal
pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari
pemecahan masalah tersebut. Menurut Torrance (1976) model pembelajaran yang
berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi yang
dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Situasi masalah
yang disajikan dalam pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang dapat
mendorong potensi kreativitas dari siswa terutama dalam hal pemecahan masalah
yang dimunculkan.
16. John
R. Savery and Thomas M. Duffy,(1995),Problem Based Learning:An instructional
model and its constructivist framework,Indiana University
(Bloomington).[Online]. Tersedia:http://crlt.indiana.edu/publications/dutty-pub16.pdf. [15 Februari 2009]
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk hadir PBL
(Problem Based Learning) sebagai model dan instruksi rinci untuk menampilkan
bagaimana PBL adalah konsisten dengan prinsip-prinsip instruksi yang timbul
dari constructivism. Kami berusaha memberikan link yang jelas antara teori dan
praktek. Beberapa fitur dari PBL lingkungan adalah bagi peserta didik akan
secara aktif terlibat dalam kerja di tugasnya dan kegiatan asli dalam
lingkungan di mana mereka akan digunakan. Fokus pada peserta didik adalah
sebagai constructors sendiri dalam mencari pengetahuan dalam konteks yang
hampir sama dengan konteks di mana pengetahuan yang akan dapatkan. Siswa
didorong dan diharapkan untuk berpikir kritis dan kedua kreatif untuk memantau
dan pemahaman mereka sendiri yaitu fungsi pada tingkat metacognitive.
Realitas sosial berarti sebagai alat negosiasi yang
penting dari masalah. PBL sebagai pendekatan belajar yang berbasis pada
permasalahan. Sebagian besar kasus berbasis strategi belajar sebagaimana
diungkapkan Williams (1993) menggunakan kasus ini sebagai sarana untuk
pengujian satu's pemahaman. Kasus disajikan setelah topik yang tercakup dalam
rangka untuk membantu tes pemahaman dan dukungan sintesis. Sebaliknya, dalam
PBL, semua belajar timbul dari pertimbangan masalah. Dari awal, belajar adalah
synthesized dan diatur dalam konteks masalah.
Belajar tujuan dan sumber daya disajikan bersama
dengan kasus. Pendekatan ini menggunakan kasus sebagai sebuah
"contoh" dan tidak terfokus pada pembangunan yang terkait dengan
keterampilan metacognitive pemecahan masalah atau profesional dalam kehidupan.
PBL adalah pendekatan kognitif difokuskan pada kedua domain pengetahuan dan
pemecahan masalah terkait dengan pengetahuan yang domain atau profesi. Peserta
didik yang memiliki kepemilikan masalah. Fasilitasi yang tidak didorong oleh
pengetahuan, tetapi itu difokuskan pada metacognitive proses
17. Massey, Anne P.; Ramesh, V.; Khatri, Vijay (2006) Cross-Disciplinary
Teams; Mobile Applications
Development; Mobile Technologies;Pedagogical
Enviroment; Problem Based
Learning [online] tersediahttp://lib. atmajaya. ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=130480.[07April 2009]
Makalah ini menggambarkan upaya untuk mengembangkan
suatu lingkungan bersifat pendidikan yang mencari untuk mempengaruhi pengalaman
dari siswa belajar sebagai end user aplikasi mobile, pengembang, dan pembuat
keputusan. Khususnya, melalui satu usaha kolaboratif menyertakan sponsor
industri, layanan teknologi universitas, dan berbagai unit akademis terlibat
dalam pendidikan teknologi informasi, satu kursus level-lulusan yang disebut
Mobile Applications Development.
Inti innovativeness dalam struktur pengiriman nya
sebagai sebuah masalah-mendasarkan belajar kursus-memusat di atas/terhadap
muncul teknologi suka teknologi-itu mobile membawa bersama-sama siswa dengan
latar belakang berbeda dari unit akademis yang berbeda melintasi kampus.
memuncak dalam satu kompetisi industri-disponsori, dimana tim siswa menyajikan
solusi mobile mereka ke/pada satu panel dari hakim pakar dari industri dan
pendidikan tinggi. Melalui dan kompetisi berhubungan, siswa, fakultas, dan
mitra institusional bisa menyelidiki peluang serta tantangan berhubungan dengan
teknologi-mobile. Kertas/makalah ini mendiskusikan bagaimana
masalah-mendasarkan belajar prinsip memandu desain dan implementasi. Sebuah
pengkajian multiperspective sukses adalah ditawarkan. Akhirnya, pelajaran kunci
belajar dan panduan untuk membantu para pendidik lain adalah juga menawarkan.
18. Ellen
Breen and Helen Fallon Developing student information literacy to Support
project and problem-based learning , [ Online] tersediahttp://74. 125. 153. 132/ search?q=
cache:ZQ51PdoKPfEJ: www.aishe .org /readings / 2005-2/ chapter17. pdf
+ annotation + bibliografi + problem + based
+ learning&cd= 7&hl = id&ct=clnk&gl=id. [06 juni 2009]
Bab ini menyoroti pentingnya informasi melek huruf
pada implementasi sukses dari proyek dan Problem-based Learning. Siswa hari ini
berhadapan dengan satu serbaragam sumber-sumber daya informasi dan adalah
secara kontinyu ditantang di/dalam upaya mereka untuk secara efektif
mengidentifikasikan serta informasi kualitas akses di/dalam dukungan penelitian
mereka. Terlalu banyak informasi “informasi memberi muatan berlebih” atau
“ketertarikan informasi”bisakah menyajikan satu tantangan signifikan untuk
siswa.Pustakawan, bekerja bersama dengan kolega akademis mereka, bermain satu
peran kunci dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan yang diperlukan
untuk melayari satu informasi yang semakin banyak kompleks dan berbeda
lingkungan. Ini mencakup membuat peluang dan konteks belajar sesuai siswa bisa
mengembangkan keterampilan yang mengijinkan mereka untuk secara efektif
menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi.
Bab ini menekan pentingnya informasi melek huruf dan
mendorong academics ke/pada mengintegrasikan keterampilan melek huruf informasi
ke dalam masalah dan proyek-mendasarkan belajar curricula. Informasi Sukses
melek huruf program tidak hanya memfokuskan pada mengajar keterampilan
informasi, mereka memfokuskan pada perancangan belajar pengalaman yang
memerlukan penggunaa
19. I
Wayan Warmad. Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi
(ICT). [Online
] tersedia http://74.125.153.132/search?q=cache: SPwRGYq Nzp UJ:elearning.unimal.ac.id/upload/materi/pbl-ict.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk& gl = id, [06 Juni 2009]
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
(Suradijono, 2004).
• Mahasiswa
memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna
untuk memec-ahkan masalah-masalah keteknikan yang dijumpainya,
• Student-centered:
mahasiswa belajar secara aktif dan mandiri (sebagai adult learner) dengan
sajian materi terintegrasi (horisonal dan vertikal) dan relevan dengan real
setting (profesionalism),
• Mahasiswa
mampu berpikir kritis, mengembangkan inisiatif,
• Mahasiswa
menjunjung tinggi etika engineering dan memperhatikan legal.
Di sini akan
timbul beberapa perubahan baik paradigma maupun implementasinya:
• Dosen
sebagai fasilitator,
• Perubahan
format kurikulum, misalnya Fakultas Kedokteran UGM menerapkan sistem
blok dengan total 23 blok di mana
tahun pertama sampai tahun ketiga masing-masing terdiri atas 6 blok/tahun. Tiap
blok terdiri atas kelompok bidang ilmu yang saling berintegrasi atau saling
berkopetensiyang dapat dipakai untuk menyelesaikan problem real yang dijadikan
topik dalam PBL,
• Penyediaan
fasilitas pembelajaran (fasilitator menyediakan buku bahan ajar atau tutorial),
• Penyediaan
sumber belajar (perpustakaan, internet, dll),
• Penataan
kembali jadwal pembelajaran
20. Wianti
aisyah, yola desnera dan rizki amelia 2008. Pembelajaran melalui metode
pbl (problem based learning) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan' [online
] tersedia http://wianti.multiply.com/journal/item/7[07 juni 2009]
Artikel ini menjelaskan bahwa definisi PBL adalah
sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)
dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
(knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana
agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.
BL adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini
mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari
prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi
dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
PBL merupakan satu proses pembelajaran di mana masalah
merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran tersebut. Boud dan Tamblyn (1980)
mendefinisikan PBL sebagai ...the learning which result from the process of
working towards the understanding of, or resolution of, a problem.
Menurut Duch (1995), PBL adalah metode pendidikan yang
medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok
untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah
digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari
suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis,
serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Margetson (1991) pula menganggap PBL sebagai konsep
pengetahuan, pemahaman dan pendidikan secara mendalam berbeda daripada
kebanyakan konsep yang terletak di bawah pembelajaran berasaskan mata
kemahasiswaan. Dengan menggunakan pendekatan PBL ini, mahasiswa akan bekerja
secara kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan
yang paling penting membina kemahiran untuk menjadi mahasiswa yang boleh
belajar secara sendiri (Hamizer, dkk, 2003).Mahasiswa akan membina kebolehan
berpikir secara kritis secara kontinu berkaitan dengan ide yang dihasilkan
serta apa yang akan dilakukan dengan maklumat yang diterima. (Gallagher, 1997).
Di dalam melaksanakan proses pembelajaran PBL ini, Bridges (1992) dan Charlin
(1998) telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama yang perlu ada di dalamnya
seperti berikut:
1 Pembelajaran
berpusat atau bermula dengan masalah.
2. Masalah
yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi
oleh mahasiswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3.
Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa semasa proses pembelajaran
disusun berdasarkan masalah.
4. Para
mahasiswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Mahasiswa akan bersifat aktif dengan pemrosesan maklumat.
5. Mahasiswa akan bersifat aktif dengan pemrosesan maklumat.
6.
Pengetahuan sedia ada akan diaktifkan serta menyokong pembangunan pengetahuan
yang baru.
7. Pengetahuan
akan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Mahasiswa
berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9.
Kebanyakan pembelajaran berlaku dalam kumpulan kecil dibanding menerusi kaidah
perkuliahan.
21. Suyatno.2008. Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) [Online] tersedia dalamhttp://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html
[24 Maret
2009]
Problem based learning adalah proses pembelajaran yang
titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari
masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan
pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama
dalam penerapan PBL.
Tidak selamanya proses belajar dengan metode PBM
berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling
sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain
adalah kurangnya waktu. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih
banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan
yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban
kurikulum.
Dengan menggunakan pendekatan PBM ini, siswa akan
bekerja secara kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya
dan yang paling penting membina kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar
secara sendiri (Hamizer, dkk, 2003). Siswa akan membina kemampuan berpikir
secara kritis secara kontinu berkaitan dengan ide yang dihasilkan serta yang
akan dilakukan.
22. Andrew
Walker and Heather Leary.2008. A Problem Based Learning Meta Analysis:
Diff erences Across Problem Types, Implementation Types, Disciplines, and Assessment
Levels [online] tersediahttp://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/ [09 Juni 2009]
PBL ditandai sebagai suatu pendekatan ke arah belajar
dimana siswa diberikan lebih banyak Kendali pada mereka belajar dibandingkan
satu pendekatan tradisional, pekerjaan diminta dalam kelompok kecil, dan paling
penting memperoleh pengetahuan baru hanya sebagai sebuah tahap yang diperlukan
dalam memecahkan asli, sakit-tersusun, dan representatif permasalahan
menyeberang-teratur praktek profesional .
Pendekatan
belajar ini muncul, pada sebagian, dari satu tajam memperlihatkan
pernbedaan antara pengalaman pada permulaan dan akhir sekolah medis. Selama fi
rst dua tahun, siswa telah diletakkan terlepas dari dengan cara belajar
sejumlah besar [dari] informasi berdasar fakta, tak percaya dari koneksi nya ke
masa depan mereka mempraktekan. Selama tempat kediaman mereka bagaimanapun,
mereka cenderung untuk adalah bermotivasi tinggi sementara melibatkan dengan
pasien dan permasalahan mereka.
Taksonomi pindah dari kasus memberi kuliah-mendasarkan
pada masalah pengulangan tertutup mendasarkan belajar dan meliputi satu klaim
itu pendekatan pengulangan tertutup adalah terbaik diposisikan untuk
meningkatkan sedikitnya empat diff erent bidang pendidikan objektif.
Kelihatannya logis untuk mengharapkan bahwa jenis implementasi PBL mungkin
memainkan satu peran dalam belajar hasil. Lain potensial sumber perbedaan
adalah masalah mengetik siswa dengan mana melibatkan. Jonassen telah
mengusulkan satu ilmu bentuk tubuh dari permasalahan (mulai dari logis
permasalahan pada dilema) bahwa meliputi fitur suka aktivitas-aktivitas belajar
yang berhubungan, input, ukuran-ukuran sukses, konteks, structuredness, dan
abstractness (2000).
23. Marcellinus Nur 2007 Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah sebagai Upaya Perbaikan Kualitas Pendidikan di Indonesia [ online ]
tersediahttp://eduplus.or.id/artikel.php?mod=detail&a=384&t=13 [ Februari 2009]
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah maupun dari segenap
anggota masyarakat. Mengapa? Karena pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sementara pendidikan yang
terjadi di Indonesia saat ini masih belum mampu menciptakan manusia-manusia
Indonesia yang unggul, artinya manusia yang cerdas dan berkepribadian baik.
Lihat saja fenomena anak muda saat ini, dimana kekerasan merupakan hal yang
biasa. Budaya korupsi terjadi di semua unsur kehidupan masyarakat di Indonesia,
tidak hanya pada instansi pemerintah, tetapi juga pada lembaga-lembaga swasta.
SPBM menurut Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. mempunyai 3 ciri
utama, yaitu (1) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa seperti
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,
artinya dengan menyelesaikan masalah, siswa akan mengalami proses pembelajaran;
(3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah, sehingga siswa tidak hanya mengandalkan naluri semata.
Keunggulan dari diterapkannya SPBM adalah sebagai
berikut (Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.)
a. Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui
pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g. Pemecahan
masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
24. Labels
. 2008, Pembelajaran
Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) [omlile] teresediahttp://pembelajaran.org/search/label/Pembelajaran %20Berbasis %20 masalah, [23-02-2009]
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemauan berpikir tingkat tinggi. Masalah adalah suatu persoalan
yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya.
Sajikan masalah yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa
dapat berpikir optimal.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk
memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa, melainkan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
memecahan masalah dan keterampilan intelektual. Yang dihasilkan adalah
keterampilan berpikir tingkat tinggi, yakni: tidak bersifat algoritmik
(spontan-takterduga), kompleks, multi-solusi, melibatkan pertimbangan dan
interpretasi, seringkali melibatkan ketidakpastian, pencarian makna menemukan
struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur.
25. Alim Bahri 2009 Sistem Pembelajaran
Abad 21 dengan Project Based Learning (PBL)[online] tersedia, http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?
judul=
Sistem%20Pembelajaran%20Abad%2021%20dengan%20%3CQ%3EProject%20Based%20Learning%20(PBL)%3C/Q%3E&&nomorurut_artikel=252 [ 09 Juni 2009]
Kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh sekolah
dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan
anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning
skils). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan
masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila
guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan
yang menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan
yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam
setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah
Assessmen. Guru harus mampu merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu -
ongoing assessmen - sejak siswa melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai
melaksanakan kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara siswa sebagai
feedback, oleh guru dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja
serta produk yang mereka hasilkan.
Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi guru adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL). Di dalam mengembangkan PBL, guru dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya.
Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi guru adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL). Di dalam mengembangkan PBL, guru dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya.
Di dalam unit plan, guru harus mengarahkan rencana
proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam
kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk
mengarahkan siswa dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan
yang telah direncakan.
Guru harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek siswa, demikian pula siswa harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya siswa mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.
Guru harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek siswa, demikian pula siswa harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya siswa mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.
26. Anderson
Ph.D, William L. and Glew Ph.D., Robert H. (2002) Support of a Problem-Based Learning
Curriculum by Basic Science Faculty.[Journal (On-line/Unpaginated)][online]
tersedia http://cogprints.org/2588/ [09 juni 2009]
Jurnal ini menggambarkan manfaat kepada siswa
terpelajar dalam satu masalah-mendasarkan, lingkungan siswa-memusat, pertanyaan
telah tetap berlaku tentang komitmen waktu fakultas berlebihan berhubungan
dengan implementasi dari ilmu mendidik PBL. Argumentasi telah dikemukakan bahwa
fakultas berlebihan biaya suatu kurikulum tidak dapat dibenarkan didasarkan
pada manfaat potensial kepada siswa. Oleh karena itu, untuk mengevaluasi biaya
ini - pertanyaan manfaat, kita meneliti komitmen waktu fakultas ilmu
pengetahuan dasar aktual dalam satu kurikulum PBL hibrid selama tahap pertama
18 bulan mahasiswa belum bergelar medis pendidikan. Hasilnya dari analisa ini
benar-benar mendemonstrasikan satu peningkatan dalam komitmen waktu fakultas
tetapi jangan mendukung argumentasi dimana ilmu mendidik PBL adalah terlalu
sering mahal dalam kaitan dengan waktu fakultas.
Disimpulkan bahwa satu kurikulum PBL tidak
menempatkan permintaan tidak beralasan di terhadap tanda waktu ilmu pengetahuan
dasar. Permintaan dalam konteks komitmen lain mereka, tidak dapat dievaluasi.
Lebih dari itu, jenis ini [dari analisa menyediakan satu perangkat (tool) yang
digunakan untuk membuat alokasi sumber daya fakultas
27. Yani
Kusmayani.2008, Problem Based Learning (PBL) Melalui Metode De Bono.[Online]
tersedia ,http://khumairo78.multiply.com/journal/item /43/Problem Based Learning
PBL Melalui Metode De Bono . [06 juni 2009]
PBL adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang didengar, dilihat, dan
dirasakan oleh anak. Melalui pendekatan pembelajaran seperti ini, diharapkan
dapat mencapai visi pendidikan membangun generasi khalifah fil ardhdengan
membangun 3 potensi dasar manusia, yaitu (1). Mind : pola pikir &
kecerdasan ; (2). Soul : jiwa ; (3). Creativity : kreatifitas berpikir &
menghasilkan karya.
Apa saja target/sasaran yang dapat dimiliki anak melalui stimulasi-stimulasi dalam PBL?
(1). Mind. Anak diharapkan memiliki : daya ingat yang tinggi, konsentrasi
yang baik, rasa ingin tahu yang kuat, dan dapat berpikir kritis dan logis
terhadap sesuatu hal.
(2). Soul. Anak diharapkan memiliki : akhlak yang baik, kepedulian, mau
berbagi, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain, kemampuan dalam mengambil
keputusan, serta keterampilan dalam berkomunikasi.
(3). Creativity. Anak diharapkan dan dilatih untuk berpikir Lateral
(melihat dari berbagai sudut pandang), bebas berekspresi dan mengungkapkan
keinginan serta pikirannya.
PBL memiliki unsur-unsur mendasar dalam pola pendidikannya :
(1) Integrated Learning
- Pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran
- Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan anak
- Anak membangun pemikiran melalui pengalaman langsung
(2) Contextual Learning
- Anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupannya
- Anak merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya
(3) Constructivist Learning
- Anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on
experiences)
- Learning by doing
(4) Active Learning
- Anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan, melakukan, dan
mengevaluasi pelajaran (PLAN – DO – REVIEW).
(5) Learning Interesting
- Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak
terlibat menentukan masalah.
Dari metode belajar PBL yang diterapkan secara konsisten dan kontinu,
diharapkan hasil akhir yang diperoleh : akan terbentuk karakter anak yang baik.
Anak dapat menjadi
1. Pemikir yang kritis dan mampu memilih
2. Pendeteksi dan pemecah masalah
3. Kreatif, imajinatif, inovatif, dan berwawasan luas
4. Peduli terhadap masyarakat, Negara, dan lingkungan
Kesimpulan
Model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dari konsep yang esensial dari materi pelajaran.
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dari konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Dari pengalaman memecahakan masalah sendiri tanpa
bantuan dari guru
mengakibatkan siswa tersebut lebih paham maka dapat membawa hasil dengan
prestasi belajar. Prestasi belajar adalah keluaran atau output dari siswa setelah
memperoleh pengalaman belajar dari guru Efektifitas adalah berhasil guna atau membawa hasil. Sehingga kita dapat mengetahui apakah model pembelajaran
tersebut efektif untuk meningkatkan prestasi belajar.
mengakibatkan siswa tersebut lebih paham maka dapat membawa hasil dengan
prestasi belajar. Prestasi belajar adalah keluaran atau output dari siswa setelah
memperoleh pengalaman belajar dari guru Efektifitas adalah berhasil guna atau membawa hasil. Sehingga kita dapat mengetahui apakah model pembelajaran
tersebut efektif untuk meningkatkan prestasi belajar.
Pada proses pembelajaran siswa juga sangat aktif untuk
mencari jawaban dari
pertanyaan yang diberikan.Berdasarkan uraian dari berbagai sumber di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning sebagai alternatif menyampaikan materi selain ceramah.
pertanyaan yang diberikan.Berdasarkan uraian dari berbagai sumber di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning sebagai alternatif menyampaikan materi selain ceramah.
Sehingga kondisi kelas nantinya tidak monoton dan
sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menginginkan pembelajaran yang aktif,
kreatif dan efektif.
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menginginkan pembelajaran yang aktif,
kreatif dan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar