Minggu, 21 Juni 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CARD SORT DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 20 AMBON

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CARD SORT DENGAN HASIL BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS VII
SLTP NEGERI 20 AMBON




Skripsi




OLEH

Hendrison Baulu





Unpatti3





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini selalu dititik beratkan pada usaha peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan proses yang berperan penting dalam menentukan corak dan mutu masyarakat di masa depan (Basir, 1988 : 1).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus bekerja sama atau saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Thopson dan Smith (Ratumanan, 2004 : 130), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lainnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar bisa bekerja sama dengan baik di alam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketentuan. Slavin, 1995 (Ratumanan, 2004 : 130).
Masalah yang ambil dalam judul ini karena melihat bagaimana proses pembelajaran yang ada pada SMP Negeri 20 Ambon pada umumnya 90% yaitu guru yang memulai atau melakukan proses belajar mengajar sampai selesai sehingga siswa itu acuh untuk melakukan proses pembelajaran. Karena mereka tahu bahwa pelajaran yang mereka dapat sampai pada pertanyaannya semua guru yang menjawab, sehingga rasa tanggung jawab atau proses pembelajaran yang dilakukan kelihatan biasa-biasa saja. Dan kadang tugas yang diberikan guru kepada siswa kadang tidak dimengerti karena pada proses pembelajaran guru yang memulai sampai akhir dan kadang diberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasah otaknya sendiri.
Menurut Joyonegoro Soetopo, (2005 : 91) keberhasilan suatu bangsa bukan ditentukan oleh kekayaan alam yang dipunyainya, melainkan sumber daya manusia yang dimilikinya. Walau upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang telah dijalankan. Namun kenyataan yang masih ditemui pada sekolah-sekolah khususnya Kota Ambon hasil belajar yang dicapai siswa secara keseluruhannya pada mata pelajaran geografi  masih banyak yang harus diperbaiki sehingga tidak timbul keresahan dari pada guru.
Hasil belajar yang tidak maksimal disebabkan oleh banyak faktor baik dari guru, siswa maupun dari sarana dan prasarana yang kurang memadai. Dari pihak siswa, banyak yang berpendapat bahwa ilmu geografi itu sulit.
Salah satu pengaruhnya terletak pada cara mengajar atau metode yang digunakan guru dalam penyampaian materi di kelas. Realita yang ditemui dalam PBM di sekolah-sekolah ternyata guru lebih berperan aktif daripada siswa sehingga siswa menjadi malas belajar dan tidak tertarik perhatiannya pada pelajaran. Hal ini disebabkan model-model pembelajaran yang digunakan oleh guru  tidak berpusat pada siswa untuk bagaimana menunjukkan kemampuannya dalam penguasaan materi yang diberikan guru. Inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang baik. Dalam rangka perbaikan hasil belajar, maka muncul berbagai model pembelajaran baru yang perlu diterapkan.
Menurut (Soetopo, 2005 : 152) model mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan model mengajar yang tepat yang dilaksanakan secara benar dapat membantu siswa memahami materi sehingga pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar yang diperoleh siswa memuaskan.
Pembelajaran sejarah  menggunakan model ini, memberikan penekanan kepada siswa untuk menciptakan situasi dimana keberhasilan kelompoknya, dan bagaimana motivasi dalam proses pembelajaran agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan serta menumbuhkan suatu keadaan bahwa belajar itu penting bermakna dan menyenangkan.
Berdasarkan definisi baik menurut kamus maupun uraian-uraian para ahli salah satunya, maka dapat dianalisis bahwa pelajaran sejarah dengan pendekatan card sort merupakan suatu pembelajaran yang dimana para siswa terlibat aktif dalam proses belajar melalui berbagai kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis dipandang sebagai proses kerjasama yang biasa digunakan untuk mengerjakan fakta informasi berdasarkan informasi yang diterima langsung dari guru mata pelajaran maupun siswa kelas VII SMP Negeri 20 Ambon, bahwa model-model pembelajaran yang digunakan yakni pembelajaran konvensional  atau metode ceramah sehingga menimbulkan minimnya aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan pengalaman belajar yang kurang menarik akibat dari penggunaan metode serta model pembelajaran yang belum tepat dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu, diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe card sort ini dalam proses pembelajaran (PBM) sejarah, siswa lebih berperan aktif terutama untuk  keberjasama dengan teman-teman dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Card Sort Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas VII SMP Negeri 20 Ambon”.
B.     Permasalahan
Apakah ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe card sort bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Ambon.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe card sort bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Ambon.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Sebagai bahan informasi untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan kualitas serta minat belajar kepada siswa SMP Negeri 20 Ambon.
2.      Motivasi guru agar kreatif dalam mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran di kelas yang menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan maksimal.
3.      Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam menggunakan model pembelajaran.
4.      Bahan informasi kepada peneliti sekaligus sebagai pedoman dan pengalaman dalam penelitian.
5.      Menjadi bahan bacaan untuk semua mahasiswa program studi sejarah, agar memahami penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe card sort
E.     Variabel Penelitian
Variabel yang dilihat dalam penelitian ada 2, yaitu variabel X danY.
1.      Variabel X yakni menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe card sort dengan indikator :
-          Perumusan masalah dipecahkan siswa 
-          Siswa menerima informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan hipotesis
-          Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
-          Mengaplikasi kesimpulan atau generalisasi
2.      Variabel Y dengan indikator tes sesudah pembelajaran diakhiri.
F.     Penjelasan Istilah
Agar tidak menimbulkan masalah atau salah tafsir dalam mengalami makna judul maka penulis perlu menjelaskan atau memberi batasan secara operasional tentang masalah yang berhubungan dengan penulisan ini.
-    Hasil Belajar    : Hasil akhir atau nilai yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajarnya yaitu kecerdasan, pengetahuan, sikap dan cita-cita (Sudjana, 1990).
-    Kooperatif       :  Sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang diatur dalam kelompok, dalam pencapaian tujuan bersama (Sohlatin, 2008:4)
-    Card sort         :  Suatu pembelajaran yang dimana para siswa terlibat aktif dalam proses belajar melalui berbagai kegiatan (Nurhadi, 2004:63).









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, belajar merupakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup (Slamato, 2003:2). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ditekankan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu, berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya. (Button dan Uzer Usman, 1995 : 2). 
Slamento, (2003 : 13) memberikan 2 definisi tentang belajar yaitu :
1.    Belajar      :  adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2.    Belajar      :  adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari interaksi.
Pengertian belajar yang dikemukakan di atas, yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

S. Tambrani (1989:8), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dialami dan dilakukan oleh setiap manusia.
Konsep para ahli Psikologi Pendidikan, “daya” juga “Vermogens Psychology”, manusia mempunyai daya misalnya daya mengenal, daya ingat, daya berfikir. Dalam hal ini secara global ada 3 teori yakni :
1.      Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya.
Teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya tersebut dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat digunakan sebagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka. Begitu pula dengan hal-hal yang lain yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan materinya melainkan hasil dari pembentukan daya-daya itu.
2.      Teori belajar menurut ilmu jiwa GESTAL.
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian atau unsur, sebab keberadaannya. Keseluruhan itu juga lebih dahulu sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan ini penting dilakukan secara menyeluruh, tokoh penting yang merumuskan penerapan dari kegiatan pengamatan ke kegiatan belajar.
3.      Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi.
Menurut Sri Esti Wuryani Djiwado, (2006 : 59) bahwa Ilmu Jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsur.
B.     Tes Sesudah Pembelajaran
Tes sesudah pembelajaran yang diberikan sebelum pelajaran dimulai, dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan ketrampilan) yang akan diajarkan. Dalam hal ini fungsi tes sesudah pembelajaran adalah untuk melihat sampai dimana keefektifan pengajaran, setelah hasil tes sesudah pembelajaran nantinya dibandingkan dengan hasil tes sebelum pembelajaran.
Tes dapat disebut valid, jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes dapat digunakan mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain sebagai alat  evaluasi tes sesudah pembelajaran merupakan alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami sehingga akhirnya merupakan standar. Suatu tes sesudah pembelajaran disebut jika tes tersebut menunjukan ketelitian dalam pengukuran. Ketelitian ini berlaku untuk setiap orang yang diukur dengan tes yang sama. Dengan kata lain, keadaan suatu tes sesudah pembelajaran dapat ditentukan dengan tes yang sama pada kelompok murid yang sama dalam kondisi yang sama. Jika tes sesudah pembelajaran itu andal, maka skor hasil tes yang dibuat murid tetap sama (M. Ugalim Purwanto, 1986 : 10).
C.    Tes Sebelum Pembelajaran
Tes sebelum pembelajaran yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran. Tujuan tes sebelum pembelajaran ialah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan maupun ketrampilan) setelah mengalami suatu kegiatan belajar.
Seperti telah dikatakan di atas, jika hasil post tes dibandingkan dengan hasil pre test maka keduanya berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana keefektifan pelaksanaan program pengajaran guru atau pengajar dapat mengetahui apakah kegiatan itu berhasil baik atau tidak, dalam arti apakah semua atau sebagian besar tujuan instruksional yang telah dirumuskan telah dapat dicapai.
Tes hasil belajar ialah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil  pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa-siswanya dalam jangka waktu tertentu.
Proses penilaian dalam pendidikan terdapat bermacam-macamm alat penilaian yang dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Untuk melaksanakan evaluasi hash mengajar belajar seorang guru atau dosen dapat menggunakan dua macam tes buatan guru atau dosen sendiri. (M. Ugalim Purwanto, 1986 : 25).
Merencanakan penyusunan tes diperlukan adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistimatis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Para ahli penyusun tes maupun para pengajar umumnya telah menyepakati langkah-­langkah sebagai berikut :
1.      Menentukan/merumuskan tujuan tes
2.      Mengidentifikasikan hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes
3.      Menentukan/menandai hasil-hasil belajar yang spesifiik yang merupakan tingkah laku yang dapat diamati.
4.      Merinci mata pelajaran/bahan pelajaran yang diukur dengan tes.
5.      Menyiapkan tabel.
Merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik, seorang guru atau pengajar memikirkan apa dan lunasi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya.
D.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat pengusaan yang dicapai oleh siswa selama mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. S. Tambrani (1989:1), menjelaskan hasil belajar adalah suatu proses tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk pengusaan, penggunaan dan penilaian terhadap pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat di dalam bidang studi tertentu atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir. Dengan demikian hasil belajar ini dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku dalam bentuk nilai atau angka berdasarkan penilaian guru, melalui evaluasi. Dari pendapat yang diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa tingkat penguasaan dari proses belajar sangat dipengaruhi dengan adanya hubungan timbal balik dari individu dengan lingkungan disertai dengan bakat, minat dan kemampuan yang memadai.
Unsur yang ikut menunjang hasil belajar yaitu motivasi untuk belajar dan penguatan-penguatan secara baik sehingga hasil belajar tersebut bersifat menetap. Hasil belajar juga merupakan suatu pembawaan untuk melakukan tindakan dan latihan berpikir kritis sehingga menghasilkan suatu perubahan baik pengetahuan pemahaman maupun keterampilan yang diperoleh dari pengalaman belajar.
E.     Pembelajaran Kooperatif Tipe Card Sort
Card sord pertama kali dikenal oleh seorang ahli pendidikan yaitu Melvin Silbeman dan kawan-kawannya dari Universitas MC Gill University Kanada dan kemudian diadopsi oleh Slavin dan kawan-kawannya (Nurhadi, 2004 : 63).
Silbeman. M, dalam Nurhadi (2004 : 84), menyatakan bahwa dalam tipe card sort yang terkenal dengan metode STAD (Student Team Achivement Divisions). Metode ini sangat besar manfaatnya dalam proses belajar mengajar. Pada umumnya metode ini digunakan dalam pembelajaran.
Zaini. H (2002 : 155) menegaskan bahwa ada 5 tahapan yang harus ditempuh dalam melaksanakan cart sort, yaitu :
a.         Perumusan masalah dipecahkan siswa
b.        Menetapkan jawaban sementara/lebih dikenal dengan istilah hipotesis
c.         Siswa menerima informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan hipotesis.
d.        Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
e.         Mengaplikasikan kesimpulan generalisasi yang baru
Menurut Silberman. M dalam Nurhadi (2004 : 15), bahwa kenyataan sejarah menunjukkan bahwa yang digunakan oleh para cendekiawan dalam mendekati beranekaragam permasalahan sesuai dengan tingkat cart sortnya.
Berdasarkan definisi baik menurut kamus maupun uraian-uraian para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pelajaran geografi dengan pendekatan cart sort merupakan suatu proses pengajaran yang dimana para siswa terlibat aktif dalam proses belajar melalui berbagai kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh para guru dalam proses pengembangan belajar dengan pendekatan cart sort dipandang sebagai proses kerjasama yang biasa digunakan untuk mengajar.
Jadi ide cart sort adalah bagaimana memotivasi siswa dalam proses pembelajaran agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu keadaan bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan.
Menurut Silberman (1996 : 103) adapun kelebihan dari tipe cart sort ini adalah sebagai berikut :
1.        Meningkatkan sikap tenggang rasa
2.        Meningkatkan hidup bergotong royong
3.        Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4.        Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan agama.
5.        Meningkatkan hubungan positif antara siswa dan guru
6.        Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
7.        Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
Disamping tipe cart sort memiliki banyak siswa dan guru juga memiliki kelemahan-kelemahan, karena sebuah model pembelajaran tidak selamanya cocok atau sesuai dengan semua situasi, kondisi waktu dan tempat yang ada.
Silberman (1996 : 10), adapun kelemahan dari tipe card sort ini adalah sebagai berikut :
1.      Card sort tidak dapat diterapkan apabila jumlah siswa melebihi kapasitas 35 siswa ke atas.
2.      Kurang efektivitasnya model ini apabila siswa kurang bertanggung jawab dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Zaini. H, (2002 : 155), mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dalam card short, adalah:
1.      Perumusan masalah dipecahkan siswa
2.      Menetapkan jawaban sementara/lebih dikenal dengan istilah hipotesis
3.      Siswa menerima informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan hipotesis.
4.      Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5.      Mengaplikasikan kesimpulan generalisasi yang baru. 
F.     Krangka Berpikir
X
< ---------------------------------------------------à
Y

Terdapat hubungan antara Variabel X dan Y dimana pada saat proses pembelajaran dimulai model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif tipe cord sort, dimana dalam pembelajaran ini siswa diharuskan dapat memperharikan saat proses belajar mengajar, dimana langkah-langkah pembelajaran dan Y = hasil pada saat akhir dari proses belajar. Sehingga kita dapat melihat ada hubungan atau tidak ada hubungan dengan menggunakan model pembelajaran tipe card sort.
G.    Hipotesis
Bertolak dari konsep/pendapat di atas, dikaitkan dengan masalah yang ada maka, Hipotesa yang penulis pakai adalah:
Jika Ha : Terdapat Hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe card sort dengan hasil belajar.
Jika Ho: Tidak Terdapat hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe card sort dengan hasil belajar.
















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Tipe Penelitian
Tipe penelitin yang digunakan dalam penelitian ini bersifat korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe card sort dengan hasil belajar mata pelajaran sejarah kelas VII SMP Negeri 20 Ambon.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
  1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 20 Ambon (Nania).
  1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 03 Agustus – 03 September 2015.
C.    Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 20 Ambon yang berjumlah ........ orang yang terdiri dari …. kelas.
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan random sampling dengan cara acak. Maka kelas yang terpilih adalah kelas VII3 dengan jumlah siswa 35 orang.
D.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal-soal uraian objektif berupa tes awal dan tes akhir dari hasil belajar sejarah untuk mengukur sejauh mana siswa mengerti materi yang diberikan.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini memperoleh data menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.      Tes
Digunakan untuk dapat data tentang hasil belajar siswa dengan menjawab soal-soal yang telah disiapkan.
2.      Partisipasi
Penulis terlibat langsung dalam proses pembelajaran sampai pada tahap tes
F.     Teknik analisis Data
Teknik analisa data yang penulis gunakan untuk mengetahui hubungan antara penggunan model pembelajaran dengan hasil belajar dengan menggunakan korelasi product moment.
Suharisimi Arikunto (1986:146)
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
rxy      :  Besarnya korelasi variabel x yakni penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe card sort.
Y       :  Yakni hasil belajar siswa.
N       :  Jumlah responden
∑X    :  Keseluruhan jumlah dari penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe card sort.
∑X2   :  Hasil kuadrat dari sebaran variabel x.
∑Y    :  Keseluruhan jumlah dari variabel hasil belajar siswa.
∑Y2   :  Hasil kuadrat dari sebaran variabel y.
∑XY : Hasil perkalian dari variabel dalam proses belajar mengajar.
(Sumber : Nana Sudjana, 1989)
















BAB IV
PEMBAHASAN

A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMP 20 Ambon adalah salah satu sekolah negeri yang berada di Negeri Nania Kota Ambon dengan luas halaman …. M2 dan luas bangunan … M2. SMP Negeri 20 Ambon dipimpin oleh Kepala Sekolah dibantu seorang Wakil Kepala Sekolah dan tata usaha.
1.       Keadaan Siswa SMP Negeri 20 Ambon
Keadaan siswa SMP Negeri 20 Ambon mengenai lebih jelas terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 1: Keadaan Siswa SMP Negeri 20 Ambon Tahun Ajaran
                   2015 / 2016
No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki-laki
Perempuan
1
2
3
VII
VIII
IX




Jumlah




Sumber : Dokumentasi SLTP Negeri 20 Ambon, Tahun Ajaran 2015/2016

Tabel 1 di atas, terlihat bahwa jumlah siswa pada SLTP 20 Ambon untuk tahun ajaran 2015/2016 berjumlah …… siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak ….. dan siswa perempuan sebanyak …. siswa kelas VII berjumlah ….. orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak … orang dan siswa perempuan sebanyak ….. orang dan siswa kelas VIII berjumlah ….. orang yang terdiri siswa laki-laki sebanyak …. dan siswa perempuan sebanyak … dan kelas IX berjumlah … orang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak …. dan siswa perempuan sebanyak ….. orang.
Kesimpulan dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah perempuan kelas VII lebih besar atau lebih banyak dari laki-laki begitu juga kelas VIII jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki dan kelas IX jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki maka kita ketahui bahwa siswa SMP Negeri 20 Ambon jumlah siswanya perempuan lebih besar dari laki-laki.
2.       Jumlah Guru SMP Negeri 20 Ambon Menurut Tingkat Pendidikan.

Jumlah guru SMP Negeri 20 Ambon dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2: Tentang Guru SLTP Negeri 6 Ambon Menurut      Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
1
2
3
4
S1
D3
D2/D1
Sertifikasi
… orang
… orang
… orang
… orang


JUMLAH
….
100
Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 20 Ambon Tahun Ajaran 2015/2016

Tabel 2 di atas, terlihat bahwa jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan S1 sebanyak … orang sedangkan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan D3 sebanyak … orang dan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan D2/D1 sebanyak …. orang.
Kesimpulan dari tabel 2 bahwa tingkat pendidikan pada guru SMP Negeri 20 Ambon tingkat pendidikan S1 lebih banyak dari pada D3 dan D2 serta D1. Guru tetap … orang  dan guru tidak tetap … orang.

3.       Sarana dan Prasarana SMP Negeri 20 Ambon
Sarana dan prasarana SMP Negeri 20 Ambon dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3: Sarana dan Prasarana SMP Negeri 20 Ambon
No
Nama Ruang/Kelas
Jumlah Ruangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha
Guru
Perpustakaan
Kelas
Kesiswaan
Osis
Komputer
Kantin
WC Guru
WC siswa


Jumlah

Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 20 Ambon Tahun Ajaran 2015/2016

Tabel 3 di atas, terlihat bahwa jumlah ruang pada SMP Negeri 20 Ambon berjumlah …. ruang semuanya penunjang proses belajar mengajar.
Kesimpulan dari tabel 3 adalah SMP Negeri 20 Ambon mempunyai saran dan prasarana yang lengkap sehingga dapat memudahkan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
B.      Karakteristik Responden
Karakteristik dari pada responden ada bermacam-macam tetapi yang saya tulis adalah karakteristik menurut kelas dan jenis kelamin yang tercantum dibawah ini yaitu pada kelas VII3.

Tabel 4: Tentang Responden Menurut Kelas dan Jenis Kelamin
No
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah Keseluruhan
Laki-laki
Perempuan
1
VII3
16
19
35
      Sumber : Hasil Penelitian 2010


Data pada Tabel 4 di atas, terlihat bahwa jumlah kelas VII3 sebanyak 35 siswa yang terdiri dari laki-laki 16 orang dan perempuan 19 orang.

C.      Analisis Hasil Penelitian
Analisis penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (card sort) untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran geografi pada proses belajar mengajar dan mendeskripsi siswa pada saat ada dalamkelompok dengan melihat siswa aktif dengan memberikan nilai pada saat berdiskusi dengan nilai yang diberikan mulai dari 6,7,8, 9.
Tabel 5.: Nilai Siswa Pada Saat Pembelajaran Menggunakan
                         Card Sort
No
Hasil tes awal sebelum pembelajaran
F
%
1
2
3
4
6
7
8
9
15
10
10
-
44
28
28
-
Jumlah
35
100
Sumber : Hasil Penelitian 2010

Tabel diatas telihat bahwa dari 35 siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 15 orang dan yang mendapat nilai 7 sebanyak 10 dan yang mendapat nilai 8 adalah 10 orang. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang guru gunakan kurang menarik siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas VII3 diperoleh dari evaluasi setelah proses pembelajaran selesai yang diambil dalam satu pokok bahasan dilihat pada tabel berikut.
      Tabel 6.: Hasil Belajar Geografi
No
Nilai Hasil Belajar Geografi
F
%
1
2
3
4
6
7
8
9
8
10
8
9
20
20
31
28

Jumlah
35
100
Sumber : Hasil Penelitian 2010

Tabel di atas, terlihat bahwa dari 35 siswa yang memperoleh nilai 6 adalah 8 siswa, nilai 7 sebanyak 10 siswa, nilai 8 sebanyak 8 siswa dan nilai 9 sebanyak 9 siswa.
Kesimpulan tabel 6 adalah jumlah siswa yang mengerti dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat menyelesaikan soal sampai selesai dan mendapat nilai 9 adalah 10 orang dan siswa yang kurang aktif dalam kelompok yaitu dalam proses pembelajaran ketika menyelesaikan soal diberi nilai 6 karena tidak tuntas sedangkan siswa yang lainnya diberi nilai 7 dan 8. Mengenai test awal sebelum pembelajaran dimulai dengan hasil belajar pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada tabel berikut :



    Tabel 7: Perhitungan Nilai Siswa Pada Saat Proses Pembelajaran Dimulai Dengan Menggunakan card sort (X) dan Perhitungan Hasil Belajar Sesudah Pembelajaran Dimulai Pada Mata Pelajaran Geografi (Y)
No Soal
X
Y
X2
Y2
XY
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
8
6
6
8
6
6
7
6
7
6
7
7
7
7
8
6
6
6
7
8
6
6
8
6
7
8
8
7
7
8
6
6
8
8
6
9
7
7
9
8
6
8
6
8
6
8
8
8
8
9
6
6
7
8
9
7
7
9
7
8
9
9
8
8
9
6
6
9
9
7
64
36
36
64
36
36
49
36
49
36
49
49
49
49
64
36
36
36
49
64
36
36
64
36
49
64
64
49
49
64
36
36
64
64
36
81
49
49
81
64
36
64
36
64
36
64
64
64
64
81
36
36
49
64
81
49
49
81
49
64
81
81
64
64
81
36
36
81
81
49
72
42
42
72
48
36
56
36
56
36
56
56
56
56
72
36
36
42
56
72
42
42
72
42
56
72
72
56
56
72
36
36
72
72
42
N = 35
240
262
1670
2109
1874

Diketahui :
N             = 35
∑X          = 240
∑Y          = 262
∑X2         = 1670
∑Y2         = 2109
∑XY       = 1874
   
Angka 0,1292  tersebut artinya hasil perkalian pada angka-angka diatas dari hasil perhitungan koefisien korelasional (r) untuk hubungan antara model pembelajaran (X) dengan hasil belajar siswa (Y), maka diperoleh rxy atau r hitung = 0,1292 untuk lebih jelas mengenai kategori hubungan dapat dilihat pada lampiran 10 atau 11. Dengan demikian maka untuk mengetahui apakah rxy itu disignifikasikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada r tabel pada derajat bebas db = 35 – 2 = 33 artinya nilai r yang mendekati 35. Pada tabel ini nilai-nilai r db sebesar 33 tidak ada maka kita menggunakan db yang terdekat yaitu 35 pada taraf signifikan 5% = 0,325 dan pada taraf 1% = 0,418 sehingga 0,1292 > 0,325 < 0,418 untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 11. sehingga kita tau bahwa tidak ada hubungan antara model pembelajaran tipe card sort dengan hasil belajar siswa SLTP Negeri 6 Ambon dimana r hitung atau hasil lebih kecil dari r tabel 5% dan pada taraf signifikan dan juga sama 1%.
Tidak terdapat hubungan antara model pembelajaran tipe card sort dengan hasil belajar geografi hal ini terbukti bahwa r hitung sebesar 0.1292 < r tabel sebesar 0.325. Dengan demikian Ho ditolak sehingga pada taraf signifikansi pada 5% dan 1% = 0.418.












BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan uji hipotesis terhadap hasil belajar pada siswa SLTP Negeri 6 Ambon pada materi keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampak terhadap kehidupan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe card sort.
1.     Terdapat peningkatan hasil belajar geografi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe card sort dimana siswa terlihat aktif dalam proses belajar mengajar.
2.     Tidak terdapat hubungan antara model pembelajaran tipe card sort dengan hasil belajar geografi hal ini terbukti bahwa r hitung sebesar 0.1292 < r tabel sebesar 0.325. Demikian Ho ditolak sehingga pada taraf signifikansi pada 0.5% dan 1% = 0.418.
3.     Model pembelajaran ini paling efektif dan mengundang keaktifan siswa baik individu maupun kelompok. Hal ini terbukti dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi dari masing-masing siswa terhadap tugas yang diberikan dalam kelompok saat proses belajar mengajar.




B.    Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan bahwa para guru khususnya pada guru mata pelajaran geografi agar lebih untuk sering menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe card sort dalam proses belajar mengajar karena model ini lebih mengarahkan siswa untuk memberikan penjelasan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar