Kamis, 12 Mei 2016

PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL DENGAN TEKNIK BEREMPATI UNTUK MEREDAM PERILAKU STEREOTIPE DAN BERKONFLIK




PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL DENGAN TEKNIK BEREMPATI UNTUK MEREDAM PERILAKU STEREOTIPE DAN BERKONFLIK
18:41 | Label: Artikel Ilmiah
Bambang Kariyawan Ys.Guru Sosiologi SMA Cendana Pekanbaru, Komplek Palem PT. CPI Rumbai,
bkariyawan@yahoo.com
Abstrak: Perilaku stereotipe berupa prasangka negatif terhadap kelompok sosial orang lain dapat menjadi benih-benih konflik yang dapat merusak keutuhan masyarakat Indonesia yang multikultural. Kondisi ini apabila dibiarkan akan merusak identitas dan karakter bangsa yang terbiasa menghargai beragam perbedaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dan untuk mengetahui apakah pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dapat meredam perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa. Sekolah sebagai pencerminan kecil masyarakat multikultural menjadi tempat pembelajaran untuk mengatasi perilaku stereotipe dan berkonflik tersebut. Pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meredam perilaku tersebut adalah dengan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati. Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tahap pembagian kelompok multikultural, tahap mengungkapkan budaya sendiri dan penilaian budaya lain, tahap memecahkan masalah keragaman budaya, tahap mengekspresikan budaya, dan tahap refleksi pembelajaran. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan instrumen penelitian berupa observasi dan angket ditemukan hasil penelitian bahwa pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dapat meredam perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa. Data penelitian menunjukkan bahwa 80% siswa menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran berempati terhadap pemahaman materi dan meredam perilaku stereotipe. Sebanyak 76% menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran berempati terhadap meredam perilaku berkonflik. Pelaksanaan teknik berempati ini dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dapat membentuk perilaku siswa agar lebih berkarakter dengan belajar menghargai beragam perbedaan.
Kata kunci: multikultural, teknik berempati, stereotipe, konflik
Abstract: Stereotype behavior like negative prejudice to the other social group could create conflict that destructing the wholeness of Indonesian multicultural community. This condition will undermine the nation’s identity and character that used to appreciate the differences. The purpose of this study is to discover the implementation of multicultural learning using emphaty technique and to determine whether the multicultural learning using emphaty technique would decrease conflicting and stereotype behavior among students. The school as a small reflection of multicultural community becomes learning place to cope the stereotype and conflicting behavior. The learning process that could be done to curb the negative behavior is multicultural learning with emphaty technique. The learning consist of the stage to forming multicultural group, expressing their own culture and assessing the other culture, solving the problem of cultural diversity, performing one kind of culture, and learning reflection. Through the use of qualitative descriptive analysis, observation, and survey questionnaire, it found that multicultural learning using empathy technique can reduce the stereotypes and the conflicting behavior among students. The result show that more than 80% students agree and strongly agree for the statement related to the effect of emphathize learning in increasing their understanding and reducing stereotype behavior. About 76% said agree and strongly agree that emphatize learning could reduce conflicting behavior. The implementation of emphatize technique can be an alternative of learning that can shape students behavior to be more character by learning to appreciate the differences.
Key words: multicultural, emphatize technique, stereotype, conflict
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Keadaan ini dapat dilihat dari sosio kultur maupun geografis yang begitu luas dan beragam dalam suku, agama, ras dan budaya. Tilaar (2004:5) mengungkapkan bahwa keragaman tersebut diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan berbagai persoalan yang sekarang dihadapi bangsa ini. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan, hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghargai hak-hak orang lain, dan sikap primordialisme yang berlebihan pada kelompoknya sendiri sebagai bentuk nyata dari multikultural itu.
Perilaku-perilaku mengkuatirkan di atas dalam teori budaya dapat dikelompokkan dalam perilaku stereotipe berupa etnosentrisme, dan primordialisme. Perilaku-perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai sumber konflik dari berbagai permasalahan sosial di dalam masyarakat. Perilaku stereotipe (prasangka), etnosentrisme (menilai dengan ukuran budaya sendiri), dan primordialisme (mengunggulkan daerah asal) sering berdampak dalam proses pembelajaran yang akan mengganggu kestabilan dan keutuhan berinteraksi siswa dalam proses belajar. Perilaku-perilaku mengedepankan prasangka dan keunggulan budaya dan daerah sendiri dapat dilihat dalam proses pembelajaran berupa penggunaan bahasa ibu, simbol-simbol budaya, dan berkelompok dengan alasan pemilihan karena sama suku atau latar belakang. Kondisi-kondisi tersebut jelas akan sangat mengganggu interaksi dalam proses belajar mengajar sebagai penanaman benih-benih konflik. Bila kondisi ini dibiarkan maka akan terbawa terus ke dalam pembiasaan anak didik di dalam masyarakat.
Kondisi ini merupakan kenyataan yang tidak bisa ditolak sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain. Realitas multikultural tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi kembali kebudayaan nasional Indonesia yang dapat menjadi integrating force (kekuatan ingin bersatu) yang mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya tersebut. Untuk membangun integrating force tersebut salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan pendidikan multikultural sebagai sarana membangun toleransi atas keragaman.
Sekolah sebagai pencerminan masyarakat multikultural menjadi tempat pembelajaran untuk menguatkan pemahaman atas keragaman tersebut. Salah satu mata pelajaran yang memiliki relevansi terhadap pemahaman keragaman latar belakang budaya adalah Sosiologi. Salah satu materi yang berhubungan dengan pemahaman keragaman budaya dan diajarkan dalam Sosiologi adalah Masyarakat Multikultural. Materi ini menjadi begitu penting ketika dihubungkan dengan pembentukan sikap saling menghargai perbedaan budaya dan masih kuatnya benih-benih perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa. Untuk itu perlu teknik yang tepat dalam proses pembelajarannya. Salah satu teknik yang tepat menurut pengalaman penulis dengan menggunakan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati?
2. Apakah pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dapat meredam perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati.
2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran multikultural dengan teknik berempati budaya dapat meredam perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial khususnya Sosiologi.
2. Memberikan alternatif upaya memecahkan benih-benih masalah sosial di kalangan siswa berupa perilaku stereotipe dan berkonflik.
Kajian Teori
A. Multikultural
Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan (2002:100) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
Hendar (2009:153) melihat bahwa multikulturalisme mengacu pada doktrin yang berbasis pada kepercayaan akan pentingnya menghargai sekaligus mengakui keanekaragaman budaya. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai ajaran sosial yang menjadi alternatif dari kebijakan asimilasi. Multikulturalisme mensyaratkan politik pengakuan atas hak-hak warganegara dan identitas kultural dari kelompok minoritas etnis yang beraneka macam, dan sebuah afirmasi atas nilai keanekaragaman budaya.
Multikulturalisme sering disejajarkan dengan kemajemukan etnis dalam wacana publik, dan pada gilirannya, disejajarkan dengan multi-rasialisme (Hendar, 2009:155). Jangkauan yang meluas dari wacana multikulturalisme adalah sebuah refleksi dari kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat barat kontemporer di mana kehadiran kaum pendatang yang membentuk komunitas-komunitas khusus menjadi faktor yang signifikan, yang tidak lagi bisa diabaikan, dalam dinamika interaksi antar kelompok dalam masyarakat yang tadinya hanya didominasi oleh orang-orang berkulit putih. Dalam konteks inilah multikulturalisme dipahami sebagai sebuah tanggapan terhadap kebutuhan nyata untuk mencegah, mengantisipasi, meminimalisasi potensi ketegangan atau gesekan antar etnis atau antar ras yang teramat mungkin terjadi.
B. Empati
Menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Empati), empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan/emosi orang lain. Empati dapat juga diartikan kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.
Empati memungkinkan seseorang untuk menghayati masalah atau kebutuhan yang tersirat di balik perasaan orang lain, yang tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata. Melalui empati, kita tidak hanya keluar diri dalam usaha memahami orang lain, tetapi juga melakukan pemahaman internal terhadap diri sendiri. Empati diperlukan dengan tiga pertimbangan berikut:
Pertama, kesadaran bahwa tiap orang memiliki sudut pandang berbeda akan mendorong siswa mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan mobilitas pikirannya, siswa dapat menempatkan diri pada posisi perannya sendiri maupun peran orang lain sehingga akan membantu melakukan komunikasi efektif.
Kedua, mampu berempati mendorong siswa tidak hanya mengurangi atau menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidaknyamanan perasaan melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan individu lain akan menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap individu itu.
Ketiga, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain membuat siswa menyadari bahwa orang lain dapat membuat penilaian berdasarkan perilakunya. Kemampuan ini membuat individu lebih melihat ke dalam diri dan lebih menyadari serta memperhatikan pendapat orang lain mengenai dirinya. Proses itu akan membentuk kesadaran diri yang baik, dimanifestasikan dalam sifat optimistis, fleksibel, dan emosi yang matang. Jadi, konsep diri yang kuat, melalui proses perbandingan sosial yang terjadi dari pengamatan dan pembandingan diri dengan orang lain, akan berkembang dengan baik (http://catur.dosen.akprind.ac.id/2009/02/06/perlunya-empati-dalam- pembelajaran/).
C. Stereotipe
Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. (http://id.wikipedia.org/wiki/ Stereotipe).
Stereotipe itu bersifat unik dan berdasarkan pengalaman individu, namun kadang merupakan hasil pengalaman dan pergaulan dengan orang lain maupun dengan anggota kelompok kita sendiri. Hewstone dan Giles dalam Sutarno (2008:15) mengajukan kesimpulan tentang proses stereotipe:
1. Proses stereotipe merupakan hasil dari kecenderungan mengantisipasi atau mengharapkan kualitas derajat hubungan tertentu antara anggota anggota kelompok tertentu berdasarkan sifat psikologis yang dimiliki. Semakin negatif generalisasi itu kita lakukan, semakin sulit kita berkomunikasi dengan sesama.
2. Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi proses informasi yang diterima atau yang hendak dikirimkan. Stereotipe berpengaruh terhadap proses informasi individu.
3. Stereotipe menciptakan harapan pada anggota kelompok tertentu dan kelompok lain.
4. Stereotipe menghambat polaperilaku perilaku komunikasi kita dengan orang lain.
D. Konflik
Christ Mitchel dalam Benyamin Molan (2009:84) mendefinisikan konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Bahkan lebih dari itu konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi (Winardi dalam Benyamin, 2009:84).
Poloma (2007:126) mengatakan bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Nyata bahwa konflik berkaitan dengan perbedaan, ketidaksesuaian, oposisi atau pertentangan. Hal ini bisa terjadi kapan saja, terutama dalam masyarakat yang multikultural dengan beraneka ragam kepentingan dan sasaran. Konflik akan timbul kalau multikultural tidak dipahami dan dikelola dengan baik.
  Metode Penelitian
A. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran multikultural merupakan salah satu pembelajaran yang mementingkan proses kerjasama antar anggota kelompok yang terdiri dari beragam latar belakang budaya. Keragaman kelompok bukan sekedar terdiri dari bermacam perbedaan latar belakang anggota namun juga terjadi proses pemahaman dan kemauan saling menerima atas perbedaan tersebut. Proses pemahaman tersebut memerlukan teknik pengajaran yang tepat yang disebut dengan teknik berempati.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan teknik berempati sebagai berikut:
1. Guru bersama siswa membagi kelas menjadi 5 kelompok multikultural dengan melihat beragam perbedaan latar belakang siswa (jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan orang tua, dan kegiatan ekstrakurikuler).
2. Setelah kelompok terbentuk, guru menugaskan pada setiap kelompok untuk pertemuan berikutnya menyiapkan bahan presentasi budaya siswa. Kelompok 1 menyiapkan bahan presentasi budaya Melayu, kelompok 2 budaya Minang, kelompok 3 budaya Batak, kelompok 4 budaya Jawa, dan kelompok 5 budaya Tionghoa.
3. Mengungkapkan ciri khas budaya, suku, dan agama masing-masing dan saling mengungkapkan pengalamannya berinteraksi dengan budaya, suku, dan agama yang berbeda.
4. Menyelesaikan kasus-kasus secara kooperatif akibat keragaman budaya.
5. Mengekspresikan kebudayaan dengan menampilkan satu atraksi budaya yang disepakati anggota kelompok.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Cendana Pekanbaru, kelas XI-IPS4 sejumlah 29 orang. Karakteristik siswa kelas yang menjadi subjek penelitian memiliki ragam perbedaan jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan orang tua, dan kegiatan ekstra kurikuler.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dengan mengamati proses pembelajaran multikultural dan angket untuk menganalisis hasil tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dengan teknik berempati.
D. Validasi Instrumen Penelitian
Validasi instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana instrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Seluruh butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada butir-butir pengukuran dengan menggunakan validasi sejawat (sesama guru Sosiologi) dan validasi ahli (supervisor kependidikan). Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan instrumen memiliki validitas isi, yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representatif yang telah sesuai dengan konsep teoritis.
E. Analisis Data
Penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Burhan, 2007:68).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh hasil kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Ketika proses pembagian kelompok multikultural berlangsung dapat diperoleh data berdasarkan pengamatan terhadap siswa sebagai berikut:
a. Proses awal ketika pendataan beragam latar siswa dengan menggunakan panduan pembentukan kelompok multikultural siswa masih berkelompok menurut jenis kelamin dan teman dekatnya saja. Kedekatan berupa kesamaan suku bangsa dan keanggotaan ekstrakurikuler.
b. Tahap ketika guru akan membagi kelompok berdasarkan beragam latar belakang budaya beberapa siswa menunjukkan sikap keberatan. Alasan yang diberikan antara lain: “Kami sudah punya kelompok yang solid. Kami sudah terbiasa bekerja sama dengan kelompok yang ada. Kami kuatir pekerjaan tidak akan selesai.”
c. Ketika proses pembagian kelompok berlangsung siswa masih berusaha menyatukan kelompok yang telah terbiasa. Hal ini terlihat dengan ajakan beberapa siswa untuk bergabung dengan kelompoknya.
d. Dengan memberikan pemahaman bahwa kelompok multikultural sebagai bagian dari proses belajar hidup bermasyarakat maka siswa mulai menerima kelompok yang telah terbentuk. Adapun contoh kelompok multikultural yang terbentuk setelah melakukan penyebaran beragam latar belakang budaya sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Kelompok Multikultural I
No. Nama Siswa (Inisial) Latar Belakang Sosial Siswa
1. FN Perempuan, Jawa, Islam, CPI, Paskib
2. DO Laki-laki, Batak, Kristen, CPI, Sispala
3. LD Perempuan, Tionghoa, Kristen, Wiraswasta, CEDS
4. SA Laki-laki, Minang, Islam, CPI, B Boy Dance
5. IG Laki-laki, Palembang, Islam, CPI, MB BCK
e. Namun proses akhir dari kelompok yang telah terbentuk, tetap ada beberapa gejolak kecil dengan alasan yang diberikan :”Susahlah Pak, kerjasama dengan si A. Dari dulu kalau kerjasama dengan dia selalu tidak pernah beres.”
2. Langkah proses mengungkapkan identitas budaya sendiri dan pengalaman berinteraksi dengan ragam budaya siswa lain diperoleh data sebagai berikut:
a. Dengan berpedoman pada penugasan yang diberikan guru. Setiap perwakilan siswa dengan latar belakang budaya tertentu tampil mempresentasikan budaya dan karakteristik budayanya.

Gambar 1. Bahan Presentasi Keragaman Budaya
Hal-hal yang diperoleh dari siswa ketika mengungkapkan budaya dirinya ditemukan beberapa pendapat yang mengarah pada mengunggulkan budayanya seperti:
“Menurut kami, orang Jawa sebagai orang yang paling sopan. Mengenal tatakrama. Suka menolong orang lain dan tulus.” (Siswa Jawa).
Berbeda dengan pendapat siswa Jawa, siswa Batak berpendapat “Menurut kami, orang Batak itu orang yang paling suka bekerja keras. Tidak suka bertele-tele. Paling kompak.” (Siswa Batak)
Namun siswa Minang berpendapat: “Menurut kami, orang Minang itu paling pintar berdagang. Sangat peduli dengan saudara.” (Siswa Minang).
”Orang Melayu paling pintar memelihara budaya” (Siswa Melayu).
Beda dengan pernyataan: ”Orang Tionghoa yang paling tekun dalam bekerja.” (Siswa Tionghoa).
b. Tahap ketika siswa memberikan pendapat tentang budaya yang berbeda dengan dirinya dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan bernada stereotipe seperti yang diungkapkan oleh siswa:
“Menurut kami orang Jawa itu selain selalu pasrah pada nasib dan terlalu banyak basa-basi.”
“Menurut kami orang Batak itu temperamental dan tidak peduli dengan orang yang berbeda suku dengannya.”
”Menurut kami orang Minang itu terlalu perhitungan.”
”Menurut kami orang Melayu itu tidak suka bekerja keras dan banyak menghayal.”
“Menurut kami orang Tionghoa itu tidak suka membaur dengan orang lain.”
c. Dengan menggunakan pedoman pengamatan terhadap proses pembelajaran tahap ini diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Terhadap Proses Pengungkapan dan Penilaian Budaya
No. Nama Kelompok Partisipasi Anggota dalam Kelompok Keterangan
1 2 3 4 5
1. I √ Baik
2. II √ Baik Sekali
3. III √ Baik Sekali
4. IV √ Baik
5. V √ Baik Sekali
Keterangan: 1: Kurang Sekali, 2: Kurang: 3: Cukup, 4: Baik, 5: Baik Sekali
3. Tahap penyelesaian kasus keragaman budaya berlangsung selama proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
a. Secara umum terhadap kasus yang diberikan siswa menjawab tidak setuju dengan perilaku memberikan kemudahan pada yang berlatar belakang budaya yang sama. Salah satu jawaban kelompok antara lain:
”Sebuah tindakan yang tidak fair, namun realitanya masih banyak kondisi yang dialami Hamid masih terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak bisa dipungkiri kedekatan itu diperlukan namun di era sekarang kalau kita mau maju maka prestasi yang diperoleh siapapun harus dijunjung tinggi.”
b. Dengan menggunakan pedoman pengamatan terhadap proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Terhadap Proses Pembelajaran Penyelesaian Kasus Budaya
No. Nama Kelompok Partisipasi Anggota dalam Kelompok Keterangan
1 2 3 4 5
1. I √ Baik Sekali
2. II √ Baik Sekali
3. III √ Baik Sekali
4. IV √ Baik
5. V √ Baik Sekali
Keterangan: 1: Kurang Sekali, 2: Kurang: 3: Cukup, 4: Baik, 5: Baik Sekali

Gambar 2. Kerjasama Siswa dalam Memecahkan Masalah Keragaman Budaya
4. Tahap siswa mengekspresikan budaya berlangsung diperoleh data sebagai berikut:
a. Siswa membawakan beragam ekspresi budaya berupa lagu daerah, pantun, dan drama singkat berisi beragam dialek bahasa daerah.
Adapun yang dihasilkan oleh setiap kelompok sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Penampilan Ekspresi Budaya Kelompok Multikultural
No. Nama Kelompok Jenis Penampilan Hasil
Angka Proses
1. I Lagu Jawa Gambang Suling 75 Ada 2 siswa yang tidak hapal dan kurang ekspresif
2. II Berbalas Pantun 78 1 siswa masih memegang teks
3. III Lagu Batak Sinanggartulo 82 Siswa tampil dengan peralatan yang lengkap
4. IV Drama Singkat Dialek Daerah 85 Semua anggota mampu berdialek dengan baik dan mengundang kelucuan
5. V Lagu Minang Kampuang Nan Jaoh di Mato 77 Siswa menunjukkan keseriusan dengan menggunakan talempong tapi kurang ekspresif

Gambar 3. Kelompok Multikultural Mengekspresikan Budaya
b. Dengan menggunakan pedoman pengamatan terhadap penampilan ekspresi budaya diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Terhadap Penampilan Ekspresi Budaya
No. Nama Kelompok Partisipasi Anggota dalam Kelompok Keterangan
1 2 3 4 5
1. I √ Baik
2. II √ Baik
3. III √ Baik Sekali
4. IV √ Baik Sekali
5. V √ Baik
Keterangan: 1: Kurang Sekali, 2: Kurang: 3: Cukup, 4: Baik, 5: Baik Sekali
Alasan pemilihan atraksi budaya yang ditampilkan menurut anggota kelompok sebagai berikut:
”Lagu Gambang Suling sudah familiar di telinga kami.” (Siswa Tionghoa).
”Kami tinggal di Riau sebagai bumi Melayu maka pantun pun perlu kami pelajari.” (Siswa Melayu).
”Menyanyikan lagu Batak membuat kami semangat.” (Siswa Minang).
”Memainkan drama ini membuat kami bisa belajar dialek daerah lain.” (Siswa Batak).
”Lagu ini membuat kami terkenang saat studi tour SMP saat ke Sumbar.” (Siswa Jawa).
5. Setelah selama tiga kali pertemuan dilaksanakan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dilakukan tahap melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. Tahap ini dilaksanakan dengan mengisi angket dan refleksi terhadap proses pembelajaran. Adapun hasil angket yang telah diisi oleh siswa diperoleh hasil dan gambaran sebagai berikut:
a. Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati terhadap Pemahaman Materi.
Angket ini terdiri dari empat pernyataan sebagai berikut:
1) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian lebih memahami materi yang diajarkan.
2) Pembelajaran teknik berempati sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3) Langkah-langkah dalam pembelajaran teknik berempati mudah untuk diikuti.
4) Contoh-contoh dalam pembelajaran teknik berempati sesuai dengan realita yang ada di masyarakat.
Adapun rekapitulasi jawaban siswa dapat dilihat pada Diagram 1.
Diagram 1. Rekapitulasi Jawaban Siswa pada Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati
terhadap Pemahaman Materi

Berdasarkan Diagram 1 terlihat bahwa lebih dari 80% siswa menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran berempati terhadap pemahaman materi
b. Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati terhadap Perilaku Stereotipe
Empat pernyataan yang tertuang dalam angket adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian memahami perbedaan orang lain.
2) Pembelajaran teknik berempati dapat mengurangi prasangka buruk terhadap orang lain.
3) Pembelajaran teknik berempati membuat kita menyadari bahwa setiap budaya kita memiliki ciri khas tersendiri.
4) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian bisa menilai bahwa budaya orang lain sama baiknya dengan budaya kalian.
Diagram 2 menampilkan rekapitulasi jawaban siswa terhadap angket:
Diagram 2. Rekapitulasi Jawaban Siswa pada Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati
terhadap Meredam Perilaku Stereotipe

Serupa dengan respon siswa untuk angket pengaruh pembelajaran berempati terhadap pemahaman materi, lebih dari 80% siswa juga menjawab setuju dan sangat setuju untuk angket pengaruh pembelajaran berempati terhadap perilaku stereotipe.
c. Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati terhadap Perilaku Berkonflik.
Angket ini terdiri dari empat pernyataan yang meliputi:
1) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian menjadi lebih sabar melihat perilaku yang berbeda dengan kalian.
2) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian bisa menghindari untuk bertengkar bila terjadi perbedaan pendapat.
3) Pembelajaran teknik berempati membuat kalian mau mendengarkan orang lain berpendapat.
4) Pembelajaran teknik berempati dapat membuat kalian belajar bekerjasama dengan orang lain.
Rekapitulasi jawaban siswa lebih jelas dapat dilihat pada Diagram 3.
Diagram 3. Rekapitulasi Jawaban Siswa pada Angket Pengaruh Pembelajaran Berempati
terhadap Meredam Perilaku Berkonflik

Sedikit berbeda dengan kedua diagram sebelumnya, Diagram 3 menampilkan bahwa hanya dua pernyataan yaitu satu dan tiga yang mendapat respon lebih dari 80% siswa untuk kategori setuju dan sangat setuju, sementara pernyataan dua dan empat mendapat respon setuju dan sangat setuju sebanyak 76% untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran berempati terhadap perilaku berkonflik.
d. Berdasarkan angket terbuka untuk pertanyaan “Pengalaman apa yang kalian dapatkan ketika berkelompok dalam kelompok multikultural?” Ditemukan rekapitulasi jawaban siswa antara lain:
”Kami jadi lebih mengetahui teman yang bersuku lain.”
”Kami jadi tahu lebih jauh budaya dan kebiasaan teman-teman kami.”
”Ternyata kelompok lain punya kelebihan yang tidak dimiliki kelompok kami.”
”Ternyata Indonesia sebagai bangsa yang sangat kaya budaya”.
”Pengalaman bekerjasama yang menyenangkan bekerjasama dengan orang yang berbeda dengan kita.”
e. Berdasarkan angket terbuka untuk pertanyaan “Bagaimana menurut kalian proses pelaksanaan pembelajaran multikultural dengan menggunakan teknik berempati ini?” Ditemukan rekapitulasi jawaban siswa antara lain:
”Menyenangkan karena kami diajarkan bagaimana memahami materi dengan belajar memecahkan masalah bersama.”
”Teknik ini membuat kami ingin merasakannya kembali pada materi Sosiologi berikutnya.”
”Dengan belajar seperti ini kami belajar saling menghargai dan tidak mengunggulkan kelompok sendiri.”
B. Pembahasan
Pembelajaran multikultural dengan teknik berempati merupakan pembelajaran yang menuntut kerjasama dan pemahaman bersama terhadap keberadaan anggota kelompok lain yang berbeda ragam latar budaya. Pembelajaran model ini mengacu pada pembelajaran berbasis multikultural menurut Suparlan Al Hakim (2007).
Tabel 6. Model Pembelajaran Berbasis Multikultural Menurut Suparlan Al Hakim
No. Tahap Kegiatan
1. Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial budaya (lokal) siswa yang potensial dengan substansi multikultural
2. Presentasi hasil eksplorasi
3. Peer group analysis
4. Expert opinion
5. Refleksi, rekomendasi dan membangun komitmen
Melalui pentahapan tersebut langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pembelajaran multikultural dengan teknik berempati telah mengikuti alur yang jelas maknanya. Adapun penjelasan pentahapan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap Pembagian Kelompok Multikultural
Tahap awal sebagai tahap eksplorasi diri dan lingkungan sosial telah dilakukan dengan membagi kelompok multikultural. Pada tahap ini siswa masih merasa segan untuk bergabung dengan kelompok lain yang belum terlalu akrab dengannya. Kondisi ini sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa ketika proses berinteraksi dengan masyarakat baru maka beragam persepsi muncul terhadap keberadaan orang lain tersebut. Kondisi segan dan persepsi inilah yang harus dileburkan untuk membuka proses perkenalan dan mau menerima keberadaan orang yang berbeda dengan kita.
2. Tahap Mengungkapkan Budaya Sendiri dan Penilaian Budaya Lain
Proses presentasi dengan melakukan pengungkapan diri atas kelompoknya dan kelompok orang lain memerlukan kesabaran tersendiri untuk menerima ungkapan orang tentang dirinya dan kritikan tentang diri kita. Sikap ingin melebihkan kelompok sendiri tidak mungkin dihindari untuk diungkapkan. Namun melalui pengungkapan diri secara bersama dalam suasana dialog maka lambat laun kondisi ini akan mencair. Mengingat setiap kelompok mempunyai posisi yang sama. Di sinilah letak pentingnya pembelajaran multikultural dengan teknik berempati, proses kebekuan karena keegoaan kelompok diharapkan mencair seiring terhadinya proses dialog. Penilaian stereotipe terhadap budaya sendiri perlu disikapi secara positif karena pola pikir yang telah tertanam hanya dengan suasana kooperatif dalam dialog.
3. Tahap Memecahkan Masalah Keragaman Budaya
Pada tahap ini kelompok multikultural yang terbentuk mulai meleburkan diri dalam memecahkan satu permasalahan. Pembelajaran kooperatif multikultural dengan teknik empati budaya bertujuan untuk meleburkan diri dalam kebersamaan. Permasalahan keragamanan budaya disusun sebagai masalah yang akan mampu memberikan respon untuk setiap kelompok budaya.
4. Tahap Mengekspresikan Budaya
Pada tahap ini beragam perbedaan telah melebur dalam suasana yang lebih cair melalui ekspresi seni budaya. Seni memang menjadi melting pot (tempat pertemuan) untuk mencairkan kebekuan dan keegoan kelompok. Kesepakatan memilih satu atraksi budayapun membutuhkan kebesaran jiwa dari anggota kelompok yang lain mengingat keinginan untuk menonjolkan budaya sendiri akan selalu ada. Namun dengan belajar menerima kesepakatan dalam pembelajaran kooperatif multikultural maka proses belajar kebesaran jiwa untuk toleransi terhadap penonjolan budaya orang lain perlu dibiasakan.
5. Tahap Refleki Pembelajaran
Pada tahap ini siswa telah meleburkan dalam kebersamaan dan telah memandang secara positif terhadap kelompok budaya siswa lain. Siswa telah belajar banyak tentang pentingnya menghargai perbedaan. Lebih jauh secara tidak sadar perilaku stereotipe dan berkonflik siswa telah terkurangi dan teredam melalui pembelajaran multikultural dengan teknik berempati ini.
Penutup
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu tahap pembagian kelompok multikultural, mengungkapkan dan menilai budaya, memecahkan masalah budaya, dan mengekspresikan budaya.
2. Pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dapat meredam perilaku stereotipe dan berkonflik di kalangan siswa.
B. Saran
1. Pembelajaran multikultural dengan teknik berempati perlu lebih dikembangkan sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk pembelajaran ilmu sosial.
2. Perlu disusun pentahapan pembelajaran yang lebih terstruktur sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
3. Pelaksanaan teknik berempati ini dapat diusulkan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat membentuk perilaku siswa agar lebih berkarakter dengan belajar menghargai beragam perbedaan.
Daftar Pustaka
Benyamin Molan. 2009. ”Mengelola Konflik dan Resolusi Konflik”. Dalam
Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan.Jakarta: Indeks.
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Catur. 2009. Perlunya Empati dalam Pembelajaran, (Online),
(http://catur.dosen.akprind.ac.id/2009/02/06/perlunya-empati-dalam-pembelajaran/,
diakses 9 Mei 2010).
H.A.R. Tilaar. 2004. Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan
dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
Hendar Putranto. 2009. ”Wacana Multikulturalisme dilihat dari Perspektif Historis-Politis”. Dalam Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan. Jakarta: Indeks.
Parsudi Suparlan. 2002. “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural”.
Jurnal Antropologi Indonesia 69, hlm. 98-105.
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Suparlan Al Hakim. 2007. Pembelajaran Berbasis Multikultural dalam Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang: LP3 UM.
Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Kamis, 22 Oktober 2015

Studi Tentang Potensi Air Terjun Waai Sebagai Obsek Wisata alam Di Negeri Wai Kec. Salahutu, Kab Malteng

STUDI TENTANG POTENSI AIR TERJUN WAAI
SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM
DI NEGERI WAAI KECAMATAN SALAHUTU
KABUPATEN MALUKU TENGAH





SKRIPSI

OLEH
NAMA : HENDRISON BAULU
NIM : 2008 – 32 – 053




KATA PENGANTAR
Memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat dan penyertaanNya kepada penulis serta kesehatan dan kekuatan ekstra lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai.
Skripsi ini berjudul “Studi Tentang Potensi Air Terjun Waai Sebagai Objek Wisata Alam Di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah” merupakan hasil penelitian yang disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan padaUnversitas Pattimura.
Menyadari akan kekurangan dan keterbatasan penulis sebagai manusia, maka dalam penelitian hinggat terselesainya penulisan skripsi ini, begitu banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun lewat bimbingan, arahan dan motivasi yang berharga dari berbagai pihak, maka penulisan ini dapat terselesaikan oleh karena itu patutlah penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1.      Bapak Prof. Dr. T.Pentury, M.Si, selaku Rektor Universitas Pattimura beserta Staf.
2.      Ibu Dr Thlaurens. M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta Staf.
3.      Ibu F. Tutuarima, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
4.      Bapak Dr. J.K. Making, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unpatti
5.      IbuDra. Ny. E. E. H.Woersok, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu ditengah berbagai kesibukan untuk memberikan arahan, bimbingan dan motivasi sejak penulisan proposal, mengadakan penelitian sampai pada penyusunan skripsi ini.
6.      Bapak Drs. F. Manuputty, selaku Pembimbing II yang mana didalam kesibukan, telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk memberikan bimbingan, mengoreksi dan memotivasi penulis dalam penyusunan proposal, mengadakan penelitian sampai pada penulisan skripsi ini.
7.      Bapak F. Leuwol, S.Pd, M.Si, M.Pd, selaku Penasehat Akademik yang telah banyak membantu mulai dari masuk di bangku perkuliahan hingga dalam penulisan skripsi ini, telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama ini.
8.      Seluruh Staf Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura yang telah mengasuh, membina serta membekali penulis dengan sejumlah pengetahuan selama perkuliahan.
9.      SeluruhStaf Registrasi Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura. Yang telah banyak membantu penulis menyangkut surat-surat penilaian sebagai prasyarat dalam penulisan skripsi ini.
10.   Raja Negeri Waai dan seluruh Staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di Areal Air Terjun Waai
11.  Bpk. Yunus Kayadu, selaku Tuan Tanah lokasi penelitian Air Terjun Waai, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lokasi Air Terjun Waai.
12.  Kedua Orang Tua, yang telah membesarkan mendidik, menjaga penulis dengan kasih sayang dan membantu dukungan doa, moril dan materil selama penulisan mengikuti pendidikan.
13.  Kaka Gusti, Ka Dian, Ka Ani, Ka Angky, Adik Aris, Adik Ulen, Adik Ogan, Adik Leo dan yang tak sempat penulis sbutkan namanya, yang telah banyak membantu dan saling memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
14.  Keluarga besar Baulu dan Saa yang telah membantu penulis selama ini dengan memberikan dorongan dan motivasi baik dalam susah maupun senang dan senantiasa memberikan dukungan besar baik dalam doa, moril maupun materil selama penulisan skripsi ini.
15.  Bung Etok dan Luther yang telah  membantu penulis dalam penelitian.
16.  Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, terkhususnya angktan 2008 yang turut membantu penulis (Luther,Jefry, Jossy, Jems, Paet, Fio, Opi dan yang tak sempat penulis sebutkan namanya), yang telah banyak membantu dan saling memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sungguh bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Ambon  2013

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTA……………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
DAFTARLAMPIRAN…………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
  1. LatarBelakang…………………………………………………....
  2. RumusanMasalah………………………………………………..
  3. TujuanPenelitiandanManfaatPenelitian……………………….
  4. VariabelPenelitian………………………………………………..
  5. PenjelasanIstilah…………………………...…………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  1. PengertianPariwisata…………………………...………………..
  2. PotensiAlam…………………………………………………….
  3. Akomodasi......................................................................................
  4. Aksesibilitas …………………………………….………………..
  5. Recreation Oppportunity Spectrum (ROS)………………………
BAB III METODE PENELITIAN
  1. TipePenelitian................................................................................... ..................................................................................................... 29
  2. LokasiPenelitian …………………………………………………
  3. WaktuPenelitian............................................................................... ..................................................................................................... 29
  4. ObjekPenelitian................................................................................ ..................................................................................................... 29
  5. TeknikPengumpulan Data................................................................ ..................................................................................................... 29
  6. TeknikAnalisis Data……………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. GambaranUmumLokasiPenelitian...................................................
1.      LetakdanLuas …………………………………..…………..
2.      Iklim  ………………………………………………………….
3.      Topografi ……………………………………………………..
4.      Vegetasi ………………………………..…………………….
5.      Hidrologi ……………………….……………………………
6.      KeadaanPenduduk ……………………..……………………
6.1. JumlahPenduduk ……………………………………………
6.2. Pekerjaan (Mata Pencaharian) ……………………………....
6.3. Agama ……………………………………………………….
6.4. Pendidikan …………………………………………………..
  1. AnalisisdanPengolahan data ………………………………..…..
1.      PotensiFisik ………………………………………………….
a. PemandanganAlam ………………………………………..
b.Vegetasi ……………………….…………………..……….
c. Air Terjun …………………….……………..……………..
d.       Debit Air …………………………….…………………….
2.      Aksesibilitas ………………………………………………….
3.      Akomodasi ……………………………………………………
a.       PrasaranaJalan ……………….………………………….
b.      KamarMandiatauKamarGanti ……………………….....
4.      ObjekWasataAlam ……………………………………….....
5.      Recreation Opportunity Spectrum (ROS) …………………...
BAB V PENUTUP
  1. Kesimpulan...................................................................................... ..................................................................................................... 56
  2. Saran................................................................................................ ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN



i
v
viii
ix
x

1
7
8
9
9

10
16
21
24
27

31
31
31
31
32
32

33
33
33
34
34
35
36
36
38
39
40
41
41
41
41
43
45
49
50
51
52
52
53

56
57




DAFTAR TABEL

Halaman
1.      JumlahPendudukNegeriWaai ………………………………………..
2.      Mata pencaharianPendudukNegeriWaai …………………………….
3.      Status Agama PendudukNegeriWaai ……………………………….....
4.      Tingkat PendidikanPendudukNegeriWaai …………………………..
5.      Jenis-jenisVegetasi Yang TumbuhDisekitarLokasi Air TerjunWaai..
6.      Suhulingkungan Areal Air TerjunWaai ……………………………...
7.      Data Debit Air …………………………………………………………
8.      Deskripsipeluangpengembangandestinasi Areal Air TerjunWaai…...

36
38
39
40
42
44
46
53






DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1.      JenisVegetasi ………………………………..…………….............
2.      TempatTinggalPetani …………………………………………….
3.      AirTerjunWaai …………………………………………….............
4.      PenampangBasah ……………………………………………..........
5.      JalanSetapak ……………………………………………………....
6.      TempatGantuYaangSudahRusak ………………………………
35
43
44
47
50
52










BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi wisata yang cukup besar dengan keanekaragam budayanya, adat istiadatnya yang unik, pemandangannya yang indah, flora, fauna yang tersebar di seluruh Nusantara.
Indonesia termasuk salah satu daerah tujuan wisata alam di dunia.Bertolak dari penjelasan dan dari kenyataan tersebut pemerintah Indonesia telah memasukan kepariwisatawan dalam Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009.Pariwisata adalah berbagaimacam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yangdisediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Kebutuhan manusia dalam aktifitas hidupnya merupakan nilai seni dan budaya yang dilakukan untuk mencapai kepuasan dan ketentraman batin, sehubungan dengan itu jika ditinjau dari segi pariwisata sebenarnya merupakan salah satu kegiatan perjalanan, sedangkan ditinjau dari akomodasi mereka menyediakan segala sarana dan fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan itu, maka pariwisata tersebut bersifat produktif. Pariwisata yang berkembang selama ini berkaitan dengan manusia untuk mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai objek wisata dan potensi alam.
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia yang mempunyai daya tarik untuk dilihat dan dikunjungi wisatawan.Dari pengertian diatas maka dapat dilakukan pemanfaatan potensi alam yang ada baik itu alami maupun yang sudah dijadikan tempat wisata untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Perkembangan dalam bidang pariwisata dalam Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009, maka diharapkan kebijakan pembangunan pariwisata di daerah diharapkan pada pengalihan sumber-sumber potensi wisata yang dapat dikembangkan di daerah tersebut, oleh karena itu didasarkan adanya motivasi atau kegiatan manusia untuk dapat melihat bagainana potensi alam di lokasi tersebut.
Perkembangan potensi alam di Indonesia sebagai daerah tujuan wisata alam, sejak tahun 1990 sampai sekarang telah meningkat diberbagai bidang berupa kebudayaan, kesenian dan pariwisata sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009. Pengembangan wisata alam sebaiknya perlu memperhatikan aspek pengembangan pariwisata alam yang berwawasan lingkungan, suatu bahan pemikiran dalam menyelesaikan pembangunan dan konservasi sumber daya alam yang akan semakin kompleks dimasa yang akan datang.
Pengembangan potensi berkaitan erat dengan sumber daya yang dimilikinya, sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang  No 9 Tahun 1990. Potensi alam merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, kekayaan dan kenampakan alam yang memang memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang sunguh-sungguh segingga dapat bermanfaat bagi kemakmuran masyarakat dan kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia. Pengembangan Potensi bukan berarti merubah secara total tetapi lebih mengelola, melestarikan, mengembangkan serta memanfaatkan potensi-potensi tersebut yang bisa dirangkaian menjadi salah satu daya tarik alam.
Geografi adalah ilmu yang mengkaji segala sesuatu gejala / fenomena  alam maupun manusia (Bintarto, R dan  Surastopo H, 1984:42).  Manusia sebagai obyek dan segala aktifitas manusia, serta permasalahan yang timbul akibat aktifitas tersebut. Kegiatan wisata merupakan salah satu aktifitas manusia yang melibatkan interaksi dengan sekitarnya, dan saat ini kegiatan wisata sudah  menjadi bagian dari kebutuhan hidup manusia dan didalam kegiatan wisata ada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitar tempattujuan wisata. 
Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industriklasik yang sebenarnya dan erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi sepertiindustri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan, penyediaan sarana dan prasarana, transportasi (usaha jasa perjalanan), bidang restoran (usaha jasa pangan), dan sebagainya yang secara ekonomis juga dipandang sebagaiindustri yang bisa diandalkan mampu meningkatkan pendapatan, meningkatkan kesempatan berusaha dan memperluas kesempatan kerja yang diutamakan bagi masyarakat sekitar wilayah obyek wisata, serta menstimulasisektor-sektor produktifitas lainnya. Selain itu dari aktifitas industri pariwisatadiharapkan pula mampu meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak danretribusi, yang secara tidak langsung juga meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD).
Sektor pariwisata merupakan sektor yang menarik dalam upayameningkatkan devisa baik kelas Nasional maupun Daerah setelah sektor Migas  dan sektor lainnya. Peran yang diberikan adalah semakin banyak wisatawa yang datang, maka secara otomatis semakin besar pula devisa yang diperoleh  karena ada kegiatan ekonomi didalamnya. Melihat kondisi alam Indonesia yang menjanjikan untuk menawarkan keindahan alamnya, baik untuk wisatawan lokal maupun luar negeri, maka bisa dilakukan pengembangan dalam sektor ini, baik dari segi kualitas obyek maupun kelengkapan fasilitas. Pengembangan pariwisata dapat diartikan suatu proses pengembangan di daerah tujuan wisata. Bentuk pengembangan pariwisata dapat berupa pengembangan atraksi atau obyek wisata, pengadaan dan rehabilitasi sarana maupun prasarana pariwisata.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkanpada perencanaan, pengembangan dan arah pengelolaan yang jelas agar semuapotensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.Tolak ukur dari perkembanganpariwisata bisa dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun ketahun semakin meningkat maka dapat diartikan bahwa pariwisata tersebut berkembang dengan baik. Sebuah obyek wisata akan banyak dikunjungi  oleh wisatawanapabila didukung oleh fasilitas penunjang, misalnya pembangunan fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung. Penyediaan fasilitas yang mendukung dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung kesuatu obyek wisata.  Dalam proses pengembangan pariwisata harus mampu  mengubah persepsi, sikap dan motivasi untukberbuat sesuai dengan arah dan kriteria baru untuk pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi  kepariwisataan yang ada, yaitu memerlukanpengetahuan khusus untuk mencapai harga penjualan yang tinggi untuk produk-produk pariwisata yang ada sehingga nilai jual obyek tersebutmemiliki nilai jual pada wisatawan.
Daerah Maluku dikenal sebagai daerah seribu pulau yang kaya akan potensi objek wisata alamnya, namun objek wisata lainya telah dikenal sejak masa lampau dimana arus kunjung wisata meningkat dari tahun ke tahun. Maluku memiliki potensi alam yang sangat baik jika dijadikan sebagai daerah tujuan wisata alam.Salah satu potensi alam di Maluku terdapat di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Negeri Waai memiliki potensi alam berupa Air Terjun.Air terjun tersebut dinamakan Air Terjun Waai.Dimana potensi alam air terjun ini memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang khas dalam menarik pengunjung untuk berwisata.Potensi alam air terjun waai memiliki panorama alam yang dapat di kembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata alam, namun lokasi air terjun di Negeri Waai memiliki aksesbilitas yang cukup jauh dimana masyarakat atau pengunjung yang datang ke air terjun tersebut harus berjalan kaki.
Melaksanakan pembangunan prasarana
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) (Badan Standarisasi Nasional, 2001 ) tersebut ada kriteria-kriteria tertentu untuk pengembangan kawasan pariwisata alam antara lain: Kriteria yang dipakai dalam penilaian adalah :
1.    Kondisi lingkungan sekitar  yang merliputi : Sumber daya fisik.
2.    Aksesibilitas meliputi : Jarak dan waktu yang ditempu.
3.    Akomodasi meliputi  : Sarana dan Prasarana.
Dari uraian riil dan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul “Studi Tentang Potensi Air Terjun Waai Sebagai Objek Wisata Alam di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah Potensi Air Terjun Waai dapat dijadikan sebagai objek  wisata alam di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah ?.

C.    Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi alam yang terdapat di Air Terjun Waai sebagai objek wisata alam.
b.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis.
a.    Menambah pemahaman tentang pentingnya mengetahui potensi suatu objek wisata alam
b.    Menambah wawasan peneliti tentang kondisi Air Terjun Waai sebagai daerah tujuan waisata alam.
c.    Untuk memperkaya pengetahuan khususnya pada mata kuliah : Geografi Pariwisata,
2.      Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Negeri Waai maupun Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, dan Instansi terkait agar dapat memperhatikan objek wisata alam yang perlu dikembangkan.
D.    Variable Penelitian
Variable yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu : Potensi Air Terjun Waai dengan indikator :
1.      Potensi alam
2.      Aksesibilitas
3.     Akomodasi 
E. Penjelasan Istilah
1.      Potensi alam adalah Kesanggupan dalam mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan benda mati, berupa (tanah, air, batu) yang dapat dikembangkan atau dikelola untuk kebutuhan manusia. (Daryanto S.S, 1992:32). Potensi alam adalah menglola kekayaan alam yang tekandung di dalam bumi berupa vegetasi, air, pemandangan alam yang dapat di kembangkan menjadi salah satu objek wisata alam. 
2.      Air Terjun  adalahAliran air melewati jeram hingga air jatuh bebas ke dasar sungai lereng, lembah. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1992).








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian Pariwisata
Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari” yang artinya banyak, berkali-kali dan berputar-putar sedangkan “Wisata” artinya perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.  (Oka A.Yoeti, 1996:112).
 Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro.G, 1997:17). Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu poerubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Sedangkan Wahab mengartikan Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.(Salah Wahab 1975:55).
Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada satu negara, maka timbil bermacam-macam jenis dan macampariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-lama kelamaan mempunyai cirinya tersendiri.  Jenis  dan macam pariwisata diantaranya meliputi letak geografis, pengaruh terhadap neraca pembayaran, alasan/tujuan perjalanan, objek, alat angkut yang ditergunakan, jumlah otang yang melakukan perjalanan dan jangka waktu, berikut penjelasan mengenai jenis-jenis wisata (Yoeti, 1996;120-121).
1.         Letak Geografis
Menurut LetakGeografinya,wisata terbagi menjaditiga,yaitu:Wisata Nasional (National DomesticTourism),Wisata Regional (Regional Tourism), WisataInternasional(International Tourism).Berikut penjelasan wisata menurut letak geografis:
a.             Wisata Nasional (National Domestic Tourism)
Yaitu jenis wisata yang dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para peserta tidak saja terdiri dari warga negara sendiri tetapi juga dari organisasi yang berdiam dalam negara tersebut.
b.      Wisata Regional (Regional Tourism)
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lengkungan nasional dan dapat pulas regional dalam ruang lingkup internasional.
c.       Wisata Internasional (International Tourism)
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang terdapat atau dikembangkan di beberapa negara di dunia, dalam hal sinonim dengan wisata dunia (world tourism).
2.      Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran
Menurut   pengaruhnya   terhadap   neraca   pembayaran,   wisata   terbagi menjadi dua yaitu : wisata aktif (In   Tourism), Aktif      Wisata   Pasif   (Out-goingTourism). 
Berikut   penjelasan   wisata   menurut   pengaruhnya   terhadap   neraca pembayaran:
a.       Wisata Aktif (In Tourism)
Kegiatan  wisata yang ditandai  dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu.
b.      Wisata Pasif (Out-going Tourism)
Kegiatan wisata yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan.
3.      Alasan/Tujuan Perjalanan
Menurut  Alasan/Tujuan  Perjalanan, wisata terbagi menjadi  tiga yaitu : bisnis (Business  Tourism), berlibur(Vacational  Tourism), memperdalam ilmu (Educational Tourism). Berikut penjelasan wisata menurut alasan/tujuan perjalanan. 
a.       Bisnis (Business Tourism)
Wisatawan  datang  sendiri  dengan  tujuan  Dinas,  usaha  dagang  atau  yang berhubungan dengan pekerjaannya,kongres, seminar,Convention dan lain-lain
b.      Berlibur (Vacational Tourism)
Wisatawan  yang  melakukan  perjalanan  wisata  dalam  keadaan  berlibur  atau cuti.
c.       Memperdalam Ilmu (Educational Tourism)
Pengunjung  atau  orang  yang  melakukan  perjalanan  untuk  tujuan  studi  atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan.
4.      Pembagian Obyek
Menurut   pembagian   obyeknya,   wisata   terbagi   menjadi   tujuh,   yaitu: Wisata Budaya (Cultural         Tourism), Wisata Kesehatan (Recoperational Tourism), Wisata  Komersial (Commercial  Tourism),Wisat OlahRaga (Sport Tourism), Wisata  Politik (Political Tourism), Wisata  Sosial (Wisata  Sosial), Wisata Agama (ReligionTourism).
Berikut penjelasan wisata menurut objeknya.
a.       Wisata Budaya (Cultural Tourism)
Motivasi orang  - orangyangmelakukanperjalanandisebabkanadanya dayatarik seni budaya suatutempatataudaerah.
b.      Wisata Kesehatan (Recoperational Tourism)
Tujuandari     orang-orang     yang    melakukan       perjalananadalahuntuk untuk menyembuhkan satu penyakit.
c.       Wisata Komersial (Commercial Tourism)
Perjalanan  wisata  ini  dikaitkan  dengan  kegiatan  perdagangan  nasional  atau internasional, misalnya Expo, Exibition dan lain-lain.
d.      Wisata Olah Raga (Sport Tourism)
Tujuan dari orang – orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan pesta olahraga disuatu tempat atau negara tertentu.
e.                Wisata Politik (Political Tourism)
Suatu   perjalanan   dengan   tujuan   untuk   melihat   atau   menyaksikan   suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
f.       Wisata Sosial (Social Tourism)
Pengertianini hanyadilihat dari segipenyelenggaraannya yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, sepertiStudy tour.
g.      Wisata Agama (Religion Tourism)
Tujuan   dari   perjalanan   yang   dilakukan   untuk   melihat   atau   
menyaksikan upacara-upacara keagamaan.
Beberapa objek wisata lain, diantaranya:
a.       Objek  wisata  budaya,  seperti  seni  tari,  seni  drama,  seni  musik  dan  seni suara.
b.      Objek   wisata   maritim   (marine/bahari),   seperti   berenang,   menyelam   dan berselancar.
c.       Objek   wisata   cagar   alam,   seperti   kesegaran   hawa   di   udara   pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga sarwa dan tumbuhan-tumbuhan langka.
d.      Objek agro, wisata seperti mengunjungi ladang pembibitan perkebunan serta permainan.
e.       Objek  wisata  alam,  merupakan  objek  wisata  yang  bukan  buatan  manusia tetapi memang terbentuk dari alam atau dengan kata lain objek wisata (natural) alam dan bukan man bade ( buatan manusia).
f.       Wisata  Sejarah,  seperti  aset  Kota  berupa  urban  heritage  dan  infrastruktur berupa bangunan-bangunan lama yang menpunyai nilai arsitektur tinggi yang sekarang berupa “space”
g.      Wisata Tradisi, seperti dugderan (merupakan tanda dimulainya puasa)
h.      Wisata Kuliner, seperti pusat jajanan makanan khas suatu daerah.
5.      Alat Angkut yang Dipergunakan
Menurut  alat  angkut  yang  dipergunakan,  wisata  terbagi  menjadi  4,  antara lain :
a.       Wisata udara (air tourism)
b.      Wisata laut (sea and river tourism)
c.       Wisata darat (land tourism)
d.      Pedestrian tourism (hikers)
6.      Jumlah Orang yang Melakukan Perjalanan
Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan, wisata terbagi menjadi dua, diantaranya :
a.       Wisata tunggal/individu (Individual tourism)
b.      Wisata rombongan (Group tourism)
7.      Jangka Waktu
Menurut  jangka  waktu  yang  dipergunakan,  wisata  terbagi  menjadi  2,  antara lain :
a.       Wisata jangka pendek
b.      Wisata jangka panjang
B.       Potensi Alam
Potensi alam adalah kesanggupan dalam mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan benda mati, berupa (tanah, air, batu) yang dapat dikembangkan atau dikelola untuk kebutuhan manusia.(Daryanto S.S,1992:32).Pengertian tersebut di atas menjelaskan adanya suatu upaya atau usaha yang lebih ditingkatkan dalam melihat setiap potensi-potensi dimana alam sebagai faktor penentu dari suatu pengembangan.
Menurut Wahab potensi adalah suatu objek yang dapat di lihat dan dimanfaatkan dan dapat dilestarikan, guna mendapat kesempatan kerja bagi masyarakat yang memperhatikan kondisi lingkungannya.(Salah Wahab. 1990:12).Sejalan dengan pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa suatu objek yang perlu dikembangkan harus memperhatikan lingkungan sekitar, dimana lingkungan sekitar merupakan faktor pendukung dari terselenggaranya pengembangan potensi tersebut.
Potensi yang memiliki sumber daya alam, perlu adanya pemanfaatan lingkungan sekitar yang bisa dikembangkan untuk pembangunan objek wisata alam.(Charfid Fandeli, 1995:9). Sejalan dengan itu pemerintah telah mengeluarkan UUD No.5 tahun 1990 tentang pemanfaatan sumber daya alam yang merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistem lingkungan lainnya yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan.
Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya.Potensi alam juga berada di kota dan di desa berupa pemandangan alam, taman, sungai, air terjun, kebun, sawah dan lain-lain.
Potensi alam ini tersebar mulai dari laut, pantai dan gunung-gunung.Potensi pariwisata alam dalam suatu wilayah, seringkali belum diandalkan sebagai suatu akses yang mampu mendatangkan penghasilan.Sumber daya alam yang beranekaragam dari aspek fisik dan hayati serta kekayaan budaya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk pariwisata.Peran alam sangat penting bagi sumber daya alam dalam kepariwisataan.Hal tersebut biasa dilihat dari klasifikasi jenis objek dan daya tarik dimana wisata alam meliputi potensi yang paling tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:345), Potensi Pariwisata dapat didefinisikan sebagai daya tarik, keunikan, kekuatan dan kesanggupan yang dimiliki oleh suatu obyek yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sesuatu yang menjadi aktual atau nyata, atau dengan perkataan lain potensi pariwisata adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah tujuan wisata yang berguna untuk pengembangan industri pariwisata di daerah tersebut.
Menurut Soekadijo (1996:57), potensi pariwisata yang merupakan suatu modal nantinya menjadi daya tarik dan dikembangkan menjadi atraksi wisata yaitu : Potensi Alam
Menurut Yoeti (1996:158) potensi Pariwisata adalah suatu aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata atau obyek wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya.
Menurut Hani S. H. Soemarno 2009:1, mengemukakan bahwa potensi alam adalah sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.Potensi sumber daya alam dan ekosistemnya ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan memperhatikan upaya konservasi.
Potensi objek wisata alam adalah suatu sektor yang strategis untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan hal tersebut masyarakat dapat dan harus melihat pengembangan objek wisata itu sendiri, dengan melihat faktor-faktor kondisi lingkungan setempat yang merupakan suatu ekosistem dari objek tersebut.(Charfid Fandeli, 1995:29).
Potensi wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik baik dalam keadaan alami maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia.Wisata alam juga bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungannya untuk dijadikan sasaran wisata.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan setiap tempat memiliki suatu potensi alam yang dapat dikembangkan dengan memperhatikan kenampakan alam yang dimilikinya berupa tanah, air, batu dan flora dan fauna yang semua itu bisa dijadikan sebagai suatu pengembangan objek wisata alam.
Objek wisata alam adalah suatu kawasan yang mempuyai potensi dan menjadi bahan perhatian wisatawan untuk dikembangkan menjadi tempat kunjungan wisatawan seperti zona pemanfaatan TN.
Obyek wisata alam adalah  perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni-budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi  (Anonymous, 1986). Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1979) mengasumsikan obyek wisata adalah pembinaan terhadap kawasan beserta seluruh isinya maupun terhadap  aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata.  Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut  dari  lingkungan  yang  menurut anggapan manusia memiliki  nilai  tertentu  seperti  keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan (Anonymous, 1987).
Obyek wisata alam yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi dua obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang terdapat  di luar kawasan konservasi dan obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan konsevasi yang terdiri dari taman nasional, taman wisata, taman buru, taman laut dan taman hutan raya. Semua kawasan ini berada di bawah tanggungjawab Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam DEPHUTBUN.  Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan berupa lintas alam, mendaki gunung, mendayung, berenang, menyelam, ski air, menyusur sungai arus deras, berburu (di taman buru). Sedangkan obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dikelola oleh Pemerintah Daerah, Pihak Swasta dan Perum Perhutani, salah satunya adalah Wana Wisata.
Kelayakan sumber daya alam merupakan potensi obyek wisata alam yang terdiri dari unsur-unsur  fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah,  air, udara dan lain sebagainya, serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut  anggapan  manusia  memiliki  nilai-nilai  tertentu seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, atau kekhasan keragaman,   bentangan   alam   dan keutuhan (Anonymous, 1987).
C.    Akomodasi
Akomodasi adalah  jasa pelayanan yang penting bagi kebutuhan-kebutuhan hidup yang harus disediakan seperti kamar beristirahat apabila mereka lelah, juga harus tersedia kamar kecil atau toilet untuk melayani keperluan buang air atau untuk menyegarkan diri dan juga harus disediakan makanan dan minuman bagi  wisatawan. (R. G. Soekadijo, 1996:69).
Panduan pelayanan fasilitas pariwisata merupakan kebijaksanaan pengaturan ketentuan-ketentuan, instansi-instansi terkait baik itu pemerintah maupun swasta.Agar semua panduan jasa pelayanan dapat memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan. Sejalan dengan hal itu, Djoko Poerwanto, 1994:32. Mengartikan sarana dan prasarana pariwisata sebagai berikut :
1.      Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberi pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan kehidupannya tergantung pada wisatawan. Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu perusahaan perjalanan, angkutan wisata, sarana olah raga wisata dan sarana transportasi.
2.      Prasarana adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan sarana pariwisata agar dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, yang termasuk dalam kelompok ini yaitu :
a.       Prasarana perhubungan darat, laut dan udara
b.      Prasarana kesehatan, keamanan dan pendidikan
c.       Prasarana perbankan.
Dengan adanya sarana dan prasarana penunjang diatas, maka dapatlah menunjang kegiatan pariwisata pada suatu daerah. Ini berarti sarana dan prasarana  tersebut satu dengan yang lainnya harus saling mengisi.
Sejalan dengan itu Oka A. Yoaeti, mengemukakan bahwa :
1.      Sarana kepariwisataan adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan
2.      Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan pariwisata dapat hidup dan dapat berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi yang menjadi kebutuhannya. Oka A. Yoaeti,1990:170.
Sedangkan menurut Gamal Suantoro. SH. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan  untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupu kualitatif.Sarana kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan dan secara kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalananya di daerah tujuan wisata.(Gamal Suantoro. SH, 1997:23).
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pariwisata penunjang yang merupakan keperluan para wisatawan di daerah tujuan wisata.Hal ini perlu diperhatikan sehingga dapat menarik peminat wisatawan untuk berkunjung pada daerah tujuan wisata dan tinggal dalam jangka waktu yang agak lama.Selain fasilitas sarana dan prasarana, maka fasilitas keamanan merupakan faktor pendukung utama dalam penunjang sarana dan prasarana kepariwisataan.
Ketentraman dan kenyamanan tersebut sangat tergantung dari keinginan baik masyarakat setempat yang didukung oleh aparat keamana negara pada lokasi tujuan wisata. Seperti yang dikemukakan dalam Sapta Pesona dalam program Sadar Wisata oleh Pemerintah (Pemerintah Propinsi Dati I Maluku, 1989:7) bahwa: aman adalah suatu kondisi dimana wisatawan dapat merumuskan nyaman dan mengalami suasana yang aman, bebas dari ancaman, gangguan, serta tindak kekerasan dan kejahatan.
D.    Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.  Sedangkan faktor-faktor pengukur dari aksesbilitas adalah   jarak, waktu tempuh,  tata guna lahan,  biaya perjalanan. (Black and Conroy dalam Ofyar Z. Tamin, 2000:32). (Black and Conroy dalam Ofyar Z. Tamin, 2000:32). “Perencanaan dan Permodelan Transportasi”. Sedangkan aksesbilitas menurut Black adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai tata cara guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Menurut W.Cremer dan H Keller, aksesbilitas adalah konsep yang mendasari hubungan antara tata guna lahan dan transportasi.Dalam konteks yang paling luas, aksesbilitas berarti kemudahan melakukan pergerakan di antara dua tempat.Aksesbilitas meningkat dari sisi waktu atau uang ketika pergerakan menjadi lebih murah. Selain itu,  kecenderungan untuk berinteraksi juga akan meningkat ketika biaya pergerakan menurun (Blunden, 1971; Blunden dan Black, 1984).
Ada yang mengatakan bahwa aksesbilitas dapat dinyatkan dengan jarak.Jadi tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesbilitas yang berbeda karena aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata.Hal tersebut sudah berkaitan dengan kecepatan sistem jaringan transportasi, oleh karena itu ‘waktu perjalanan’ menjadi ukuran yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksesbilitas.
Waktu perjalanan adalah determinan perjalanan. Makin singkat waktu perjalanan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan makin baik, artinya makin besar harapannya bahwa orang akan melakukan perjalanan ke tujuan. Waktu perjalanan itu sama dengan jarak dibagi kecepatan (Soekadijo. R. G, 1996:178).
Aksesbilitas adalah ukuran untuk menghitung potensi perjalanan dibandingkan dengan jumlah perjalanan.Ukuran ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah perjalanan yang sebenarnya berhubungan dengan potensi tersebut.
Dari penjelasan yang telah di kemukakan diatas maka dapat di simpulkan aksesbilitas adalah alat untuk mengukur potensi dalam mengukur perjalanan, dan menghitung jumlah perjalanan itu sendiri dengan menggabungkan sebaran geografi tata guna lahan dengan kualitas sistem jaringan transportasi, dengan kata lain aksesbilitas dapat digunakan untuk menyatakan kemudahan suatu tempat dicapai.
Jarak adalah panjang, jauh antara dua benda atau tempat. Misalnya jarak antara Kota satu dengan Kota yang lain, pengukuran atau untuk mengukur kecepatan perjalanan, ( W.J.S. Poerwadarminto). Di kecamatan Salahutu Negeri Waai terdapat air terjun yang dinamakan Air Terjun Waai merupakan salah satu tempat wisata yang sering didatangi pengunjung pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari libur untuk mandi, berkreasi, menikmati pemandangan alam dan sebagainya.
Jarak adalah perbedaan dua tempat dipermukaan yang ditunjukan dengan ukuran panjang atau objek geografis dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan. Jarak juga adalah sebagai faktor pembatas alami dan bersifat relatif, sejalan keamanan teknologi dan perkembangan manusia konsep jarak berkaitan dengan lokasi dalam pemenuhan kebutuhan pokok, seperti : air, tanaman subur, sumber daya alam,serta pengangkutan barang dan manusia. Jarak merupakan pembatas yang bersifat alami.Jarak berkaitan dengan lokasi dan upaya penumbuhan kebutuhan pokok kehidupan.Misalnya : jarak untuk menempu lokasi air terjun wisatawan harus berjalan kaki dari Negeri Waai.
Secara khusus konsep ini diterapkan pada pokok bahasan pengetahuan peta pemanfaatan sumber daya alam, potensi alam dan punduduk dunia sedangkan konsep keterjangkauan adalah keadaan objek geografis yang dapat di capai penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan atau sarana komunikasi (Bintarto, R dan  Surastopo H. 1984: 67)
E.     Recreation Opportunity Spectrum
1.      Konsep Recreation Opportunity Spectrum
Recreation Opportunity Spekrum (ROS) adalah sebuah planning  work yang di terapkan pada Landscape dan Seacape dengan tujuan menangani terjjadinya Landuse conflik melalui inventarisasi, perencanaan dan menejemen. Tujuan dari perencanaan ROS adalah untuk mendapatkan keseimbangan antara pemanfaatan dan konservasi. ROS mendukung zonasi dan pembangunan recreation expperilance dimana wilayah  diklasifikasikan dan dibagi berdasarkan kondisi lingkungan aktifitas rekreasi. Pada umumnya berbagai alasan yang ingin dicapai dalam sebuah aktifitas rekreasi akan mengarahkan ke wilayah tertentu yang terproteksi dan tentunya hal ini akan menimbulkan konflik.
         Dalam pengembangan sebuah recreation opportunities haruslah memperhatikan faktor lingkungan, social dan manajerial yang dapat dikombinasikan dalam cara yang berbeda.
    Environmental condition merupakan kualitas dari bentuk Landscape dan Seacape. Social condition adalah bagaimana Landscape dan Seacape tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dan managerial condition adalah bagaimana sebuah wilayah dikelola. Total dari faktor diatas mencitakan spektrum.Spektrum terdiri atas kelas-kelas yang berbeda dimana wilayah di zonasikan sebagai primitive, semi-primitive, non motorized, semi-primitive motorized, rustic_centrased, und modern urban ( Manning, 1999 dalam I Gde Pitana, I Ketut Surya Diarta 138 : 2001 ).
          Faktor utama dalam menentukan kelas ROS adalah setting. Setting menggambarkan keseluruhan lingkungan luar dimana aktivitas terjadi, mempengaruhi keragaman aktifitas, dan pada akhirnya menentukan keragaman rekreasi yang dapat dilakukan.
          ROS merangkum keragaman dari recreational setting berdasarkan pengalaman (experience) tertentu. Recreation setting terdiri dari atribut lingkungan fisik, social dan managerial. Kombinasi dari atribut-atribut tersebutmembentuk aktifitas tertentu yang mengarahkan pada suatu pengalaman.
          Tujuan dari seseorang berekreasi adalah memperoleh kepuasan dengan pengalaman yang menyenangkan. Melalui keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang disukai pada setting lingkungan yang mereka sukai pula. Peluang untuk mencapai pengalaman yang memuaskan tergantung pada elemen-elemen alami seperti,  vegetasi, seacape dan pemandangan, serta kondisi-kondisi yang dikontrol oleh manajemen kawasan, seperti pengembangan kawasan jalan dan regulasi. Sehingga tujuan dari pengelolahan sumber daya rekreasi adalah menjadikannya dapat memberikan peluang untuk dapat memperoleh jenis-jenis pengalaman dengan mengelolah settingkealamian dan kegiatan-kegiatan di dalamnya (Canada National Park Service,1997 dalam Badjah, 2004).
         ROS dibagi ke dalam enam kelas berkisar dari yang betul-betul alami atau ada pembangunan yang rendah, sampai kepada pembangunan yang tinggi atau area penggunaan intensif (fasilitas/kendaraan tergantung pada kesempatan berekreasi). Masing-masing kelas didefenisikan dalam tiga komponen prinsip yaitu : setting lingkungan, kemungkinan kegiatan-kegiatan dan pengalaman yang dapat di capai.
         Kegiatan-kegiatan tersebut tidak sepenuhnya tergantung pada kelas, kesempatan, dan kebanyakan dapat dilangsungkan pada beberapa format sepanjang spectrum. Namun demikian, kegiatan-kegiatan yang umum, dapat dibedakan pada masing-masing kelas ROS. Untuk masing-masing orang pengalaman rekreasinya tergantung pada setting lingkungan dan perbedaan individu berdasarkan latar belakang, pendidikan, jenis kelamin, umur, dan asal.

















BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penulis mendeskripsikan hasil di lapangan yang berhubungan langsung dengan fenomena-fenomena yang diteliti .
B.       Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah areal Air Terjun Waai di Negri Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
C.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang diperlukan untuk mengadakan penelitian ini selama 1 bulan yaitu bulan Juni – Juli 2012.
D.      Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Air Terjun Waai di Negeri Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
E.       Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam menunjang penelitian ini maka penulis menggunakan beberapa cara sebagai berikut :
1.      Observasi Lapangan
Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang permasalahan yang diteliti.
2.      Studi Dokumenter
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan sejumlah data yang diambil dari dokumen-dokumen/buku/majalah dan lain-lain.
3.      Informan
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
F.       Teknik Analisa Data
Data yang diproleh dianalisa secara deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan potensi air terjun Waai.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.      Letak dan Luas
Air Terjun Waai adalah air terjun yang belokasi di Negeri Waai dengan luas areal 3 Ha (Bapak Yunus Kayadu yang mempunyai lokasi Air Terjun Waai). Untuk mengetahui dan mengenal Air Terjun Waai lebih dekat lagi, khususnya tentang batas wilayah Negeri yang diatur sebagai berikut :
Ø Sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Liang
Ø Sebelah Selatan berbatasan dengan Negeri Tulehu
Ø Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Haruku
Ø Sebelah Barat berbatasan dengan Negeri Momala dan Morela
2.      Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca pada suatu daerah yang luas dan waktu cukup lama (25-30 tahun).
Iklim di Negeri Waai merupakan iklim tropis dengan keadaan musim terbagi atas 3 bahagian yaitu :
1.            Musim Timur berlangsung pada bulan Mei – Oktober yang dikenal dengan musim penghujan.
2.            Musim Barat berlangsung pada bulan Desember – Maret, musim ini merupkan musim kemarau.
3.            Musim Pancaroba berlangsung pada bulan April dan November.
3.      Topografi
Dari hasil penelitian ditemukan topografi mulai dari Negeri Waai sampai ke Air Terjun Waai, adalah perbukitan, lembah dengan daerah yang landai dimana mulai berjalan kaki dari Negeri Waai berjalan menuju Air terjun ± 2 km terdapat daerah yang landai kemudian melewati  perbukitan setelah itu berjalan ± 1 km melewati lembah sampai ke lokasi air terjun. Adapun lokasi air terjun ini keadaan topografinya yang berbukit dengan dataran yang sempit.
4.      Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuhan yang beranekaragam yang tumbuh dan berkembang pada suatu wilayah pada kondisi tertentu. Berdasarkan hasil penelitian di areal sekitar areal air terjun  maka terdapat beberapa jenis pohon besar maupun kecil antara lain Pohon cengkeh (Eugenia aromatika), beringin(Ficus banyamina), kelapa (Cocos nucifera), dulang-dulang (Glochidion obscurum), Jati (Tectona grandis), jambu mete (Anacardium ocidentale), gandaria (Baucea macrophylla), sagu (Metroxylon sago), Cemara angin (Casuarina equisetifoli), nangka (Artocarpus heterophyllus),nanas (Aechmae Aechma), rumput-tumputan (Cyperus potandus),Paku pakis (Nephrolepis exaltata) dan alang-alang (Imperata cylindrical). Pada gambar terlihar keaneka ragaman vegetasi yang terdapat pada lokasi air terjun.
Gambar 1
 Jenis Vegetasi








 




















5.      Hidrologi
Berdasarkan hasil penilitian  terdapat air terjun  (Air Terjun Waai) yang bersumber dari sungai yang bernama Waitasoi yang berada di areal Negeri Waai yang mengalir dari kaki Gunung Salahutu dan terus  ke pantai/laut dan sungai ini tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang. Disebkan karena lokasinya terletak di tengah hutan serta terdapat banyak vegetasi.
6.      Keadaan Penduduk
6.1. Jumlah Penduduk
Sesuai data pemerintahan Negeri Waai jumlah penduduk dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 1
Jumlah  Penduduk Negeri Waai
NO
Kelompok umur
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Perempuan
Laki-laki
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0 – 4 tahun
59 tahun
10–14 tahun
1519 tahun
20 – 24 tahun
2529 tahun
30 – 34 tahun
3539 tahun
40 – 44 tahun
4549 tahun
50 – 54 tahun
55 – 59 tahun
60 – 64 tahun
56 tahun ke atas
128
275
334
315
266
219
205
217
193
196
188
180
196
233
132
278
339
313
274
221
218
229
203
212
197
182
188
240
260
553
673
628
540
440
423
446
396
408
385
362
384
473
4.1
8.7
10.6
10
8.4
7
6.5
7
6.2
6.4
6
5.7
6
7.4
Jumlah
3.145 Jiwa
3.226 Jiwa
6.371 jiwa
100
Sumber :Kantor Negeri Waai 2012
           Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat jumlah penduduk Negeri Waai 6.371 jiwa, yang terdiri dari laki-laki  3.226 (50.6 %) jiwa dan perempuan 3.145 (49.4 %) jiwa.
           Berdasarkan hasil data tersebut dapat dihitung dengan angka pebandingan SR (sex ratio) antara jumlah laki – laki dan perempuan sebagai berikut: (sumber buku Demografi umum Thn 2004)
SR =  x 100%
=x 100
= 102.6 = 103
Artinya setiap 100 orang penduduk perempuan yang ada di Negeri Waai terdapat 103 orang penduduk laki – laki, ini merupakan jumlah laki-lakilebih dari perempuan.
Disamping itu penduduk Negeri Waai dibedakan menjadi tiga kelompok (3) menurut Umur yaitu:
1.              Kelompok anak – anak (0 – 14 tahun)
2.              Kelompok usia kerja (15 – 64 tahun)
3.              Kelompok lanjut usia (65 tahun ke atas)
Berdasarkan tabel 1 diatas maka dapat dihitung angka beban ketergantungan (Depedency Ratio) yang dinyatakan didalam perbandingan sebagai berikut : (sumber buku Demografi umum Thn 2004)
DR =  x 100%
      =
=  x 100
= x 100
= 44.2 = 44
Artinya setiap 100 orang penduduk Negeri Waai yang produktif menanggung beban ketergantunngan sebanyak 44 orang yang belum produktif.


6.2. Pekerjaan (Mata Pencaharian)
Pekerjaan  penduduk Negeri Waai adalah bervariasi adalah Petani, Nelayan, Pengusaha, , PNS, Pensiun, TNI/Polri, dan lain- lain untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Mata Pencaharian Penduduk Negeri Waai
No
Mata Pencaharian
Frekuensi (F)
Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Petani
Nelayan
Pengusaha
PNS
Pensiun
TNI/Polri
Peternak
Ojek
Mobil
Montir
1.183 orang
266 orang
108 orang
267 orang
65orang
32 orang
8 orang
111 orang
112 orang
17 orang
54.5
12.3
5
12.3
3
1.4
0.3
5.1
5.1
1
Jumlah
2.169 orang
100
Sumber : Kantor Negeri Waai 2012
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak penduduk Negeri Waai  bermata pencaharian petani berjumlah 1.183 (54.5%) orang, nelayan 266 (12.3%) orang, pengusaha 108 (5 %) orang, PNS 267 (12.3%) orang, Pensiun 65 (3%) orang, TNI/Polri 32 (1.4%) orang, Peternak 8 (0.3%) orang, ojek 111 (12.1%) orang, mobil 112 (12.1%) orangdan montir 17, (1%). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang bekerja banyak adalah petani 1.183 (54.5%) orang dan yang paling sedikit adalah Peternak 8 (0.3%) orang.
6.3.  Agama
Status keagamaan penduduk Negeri Waai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Status Agama Penduduk Negeri Waai
No
Agama
Frekuensi (F)
Presentase (%)
1.
2.
3.
Kristen Protestan
Islam
Kristen Katolik
4.646
1.641
84
72.9
25.8
1.3
Jumlah
6.371
100
Sumber: Kantor Negeri Waai 2012
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa penduduk Negeri Waai yang beragama Kristen Protestan bejumlah 4.646 (72.9 %) orang, yang beragama Islam berjumlah 1.641  (25.8%), dan yang beragama Kristen Katolok 84 (1.3%). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan yang paling banyak  beragama Kristen Protestan 4.646 (72.9 %) dan yang paling sedikit beragama Kristen Katolik 84 (1.3%) orang.
6.4. Pendidikan
Status tingkat pendidika penduduk Negeri Waai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4
Tingkat Pendidikan Penduduk Negeri Waai
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi (F)
Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
S3
2.057
1.626
1.448
181
54
9
3
38.2
30.2
27
3.4
1
0.1
0.1
Jumlah
5.378
100
Sumber : Kantor Negeri Waai 2012
Beradasakan data-data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk yang tamat SD berjumlah 2.057 (38.2%) orang, yang tamat SMP berjumlah 1.626 (30.2%) orang, SMA berjulah 1.448 (27%) orang, Diploma berjumlah 181 (3.4%)orang, S1 berjumlah 54 (1%) orang, S2 berjumlah 9 (0.1 %) orang dan S3 berjumlah 3 (0.1 %) orang. Maka disimpulkan bahwa yang paling banyak adalah tamat SD berjumlah 2.057 (38.2%) orang dan yang paling sedikit adalah S3 berjumlah 3 (0.1%) orang.
B. Analisis dan Pengolahan Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau diinterpretasikan  melalui tahap penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian tentang potensi Air Terjun Waai sebagai wisata alam di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, maka yang berkaitan dengan beberapa hal di atas yaitu sebagai berikut :
1.      Potensi Fisik
a.      Pemandangan Alam
Peranan alam sebagai sumberdaya alam dalam pariwisata adalah penting dan sangat besar di Air Terjun Waai, merupakan salah satu lokasi yang ada di Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan Salahutu, Negeri Waai dimana terdapat satu air terjun dengan pemandangan alam yang sangat indah dan menarik.Tempat ini dikatakan indah dan menarik karena udaranya sangat sejuk, walau siang hari selain itu juga terdapat banyak vegetasi di sekitar lokasi yang masih sangat rimbun.
b.      Vegetasi
Di areal Air Terjun Waai berdasarkan hasil penelitian ternyata terdapat banyak kumpulan-kumpulan tumbuhan-tumbuhan atau vegetasi yang tumbuh di sekitar Air Terjun Waai dari yang pohon yang besar sampai ke yang kecil dan berbagai semak belukar.Untuk lebih jelasnya tentang jenis-jenis vegerasi yang tumbuh pada areal air terjun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di sekitar lokasi air terjun Waai
No
Nama Lokal
Nama Latin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Cengkeh
Beringin
Kelapa
Dulang-dulang
Jati
Jambu mete
Gandaria
Sagu
Cemara angin Nangka
Nanas
Paku Pakis
Rumput-rumputan
Alang-alang
Eugenia aromatika
Ficus banyamina
Cocos nucifera
Glochidion obscurum
Tectona grandis
Anacardium ocidentale
Baucea macrophylla
Metroxylon sago
Casuarina equisetifolia
Artocarpus heterophyllus
Aechmae Aechmae
Nephrolepis exaltata
Cyperus potandus
Imperata cylindrical
Sumber :Data Hasil Pengamatan Lapangan,2012
Adapun jenis vegetasi yang terdapat di lokasi Air Terjun Waai adalah merupakan sumber-sumber dari alam dan beberapa jenis vegetasi yang merupakan hasil kebun masyarakat.
Seperti Cengkeh dan Sagu merupakan hasil khas Maluku dimana pada saman Belanda Cengkeh merupakan hasil rempah-rempah tang sangat menarik Wisatawan Mancanegara untuk berkunjung ke Maluku, begitu juga denga Sagu. Sagu merupakan makanan Khas Maluku yang perlu diperkenalkan ke dunia bahwa Sagu merupakan makanan khas Maluku yang bisa diolah menjadi Papeda dan Sagu.  Selain itu juga ada beberapa jenis buah-buahan yang ada dilokasi sekitar Air Terjun Waai seperti gandaria, jambu mete dan nanas.
Pengunjung yang datang ke lokasi Air Terjun Waai dan ingin mengambil buah-buahan tersebut mereka harus membeli dari pemilik buah-buahan tersebut. Orang yang mempunyai buah-buahan tersebut hampir tiap saat berada di kebunnya karena mempunyai rumah (gubuk) di kebunnya seperti tampak pada gambar 2.
Gambar 2
Tempat Tinggal Petani
 






c.       Air Terjun
                  Air terjun Waai ini adalah merupakan satu sungai yang berasal dari kaki gunung Salahutu dimana sungai ini bernama Waetasoi. Sungai tersebut mengalir melalui jeram atau lembah dan membentuk air terjun. Air terjun ini berlokasi atau tempat yang merupakan pemilik masyarakat Negeri Waai dimana Air Terjun Waai ini adalah lokasi yang dimiliki oleh Keluarga Kayadu atau mata rumah Kayadu (Yunus Kayadu).Air terjun Waai memiliki ketinggian 17.26 m, diukur secara manual. Dengan bentuk yang tidak lurus (terjal ke bawah), tetapi berkelok. Air terjun tersebut diapit oleh dinding-dinding batu sehingga udaranya sangat dingin dan tertutup.
Suhu Air Terjun Waai sangat berbeda, ketika siang hari suhu lingkungan Air Terjun Waai240 C dan ketika malam hari suhunya berubah menjadi 230 C. jadi suhu rata-rata lingkungan Air Terjun Waai adalah 23.50C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Suhu Lingkungan Areal Air Terjun Waai
No
Jam
Suhu (C0)
1
2
3
4
5
6
7
8
07.00 – 09.00 WIT
10.00 – 12.00 WIT
13.00 – 15.00 WIT
16.00 – 18.00 WIT
19.00 – 21.00 WIT
22.00 – 24.00 WIT
01.00 – 03.00 WIT
04.00 – 06.00 WIT
230
240
240
240
240
230
230
230
Suhu Rata-rata
23.50C
Sumber : Hasil Penelitian
Suhu Areal Air Terjun Waai dipengaruhi oleh ketinggian 204 mdpl, vegetasi yang rimbun dan juga diapit oleh dinding-dinding batu sehingga udanrahnya sejuk walaupun siang hari.
Ketinggian 204 mdpl merupakan ketinggian yang ideal untuk dijadikan air terjun Waai sebagai objek wisata alam karena pada ketinggian tersebut udarahnya sangat sejuk disebabkan oleh ketinggian  sebuah wilayah, tekanan udara makin kecil,








 











Gambar 3
 Air Terjun Waai
Berdasarkan data yang diamati, Air Terjun Waai di apit oleh dinding-dinding batu dan tutupi oleh banyaknya vegetasi sehingga sangat sejuk dan terasa sangat menyenangkan walaupun siang hari sehingga menarik para pengunjung yang datang.Air terjun ini masih sulit dijangkau oleh pengunjung karena jalan yang masih sebagian besar belum dirintis/dibuka (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun) menyebabkan para pengunjung yang pergi ke lokasi air terjun harus berjalan kaki ± 3 km.
Tujuan pengunjung yang datang ke lokasi tersebut untuk mandi, rekreasi, dan juga untuk menikmati pemandangan alam di lokasi air terjun, pengunjung tersebut mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
d.      Debit Air
Menurut Suyono (1985:86) menyatakan bahwa debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.Suatu aliran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain angin, besar kecilnya aliran, hujan, dan lain sebagainya. Debit air saluran merupakan jumlah air yang mengalir dalam saluran yang dinyatakan dengan ukuran liter per detik.
Pengukuran debit air  dilakukan dengan cara menentukan rata-rata luas penampang basah saluran dikalikan dengan kecepatan aliran air rata-rata. Untuk menghitung debitair  diukur dengan dipilih lokasi yang lurus maka, pada dasarnya dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 7
Data Debit Air
No
Panjang Pengukuran
Waktu Pengukuran
Kecepatan Aliran
1
2
3
4
5
6


14 meter
22.12 dtk
24.01 dtk
20.46 dtk
23.52 dtk
24.23 dtk
22.36 dtk

Rata-rata
22.8
0.61m/dtk
Sumber: Hasil Pengukuran di Lapangan2012.
Dari data yang dipaparkan di atas berdasarkan hasil pengukuran, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kecepatan aliran pada air terjun Waai yang diukur dengan panjang jarak pengukuran 14 m  adalah 22.8 detik. 22.8 detik didapat dari jumlah waktu pengukuran dibagi dengan jumlah pengukuran. Untuk itu kecepatan aliran air ditentukan berdasarkan pembagian jarak pengukuran terhadap lama waktu pengukuran ( 14: 22.8 = 0.61),maka dapat diketahui bahwa kecepatan aliran air adalah 0.61 m/dtk






Gambar 4
                                                            Penampang Sungai



 















Selanjutnya saat dilakukan pengukuran pada penampang basah dari sungai yang diamati tersebut. Untuk menentukan luas penampang basah saluran kita harus menghitung luas penampang basah dengan menggunakan rumus :
A = I.d (Harsoyo1977:43)
Keterangan :
    A= luas penampang basah (m2)
    I= lebar saluran (meter)
    d= kedalaman air rata-rata (cm)
Dimana d1
A1 = I x d m
A1 = 8.40 m x 0.79 m
A1 = 6.64 m
d2
A2 = I x d m
A2 = 7.60 m x 0.35 m
A2 = 2.66 m
A =
A = 1.51 m2
Jadi luas penampang basah pada penampang adalah = 1.51 m2.
Dari luas penampang basah selanjutnya dapat dihitung debit air dengan rumus :Q = V x A(Suyono 1985:86).
Keterangan :
    Q = debit air yang mengalir (m3/detik)
    V= kecepatan aliran air (m/detik)
    A= Luas penampang basah (m2)
Dimana Q =  0.61 m/dtk X 1.51 m2
Q = 0.92m3/detik
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan sesuai perhitungan dengan menggunakan rumus maka diperoleh hasil perhitungan debit saluran air pada aliran Air Terjun Waai pada hari Senin, 02 Juli 2012 adalah 0.92 m3/detik atau 920 l/detik. Dengan debit aliran air 920 l/detik sangat baik untuk jika dijadikan wisata air audbond.
2.      Aksesibilitas
Transportasi atau pengangkutan yang menunjukan jarak dan waktu dalam menempuh sebuah perjalanan adalah salah satu unsur utama yang merupakan roda pariwisata mulai dari tempat pengunjung melangkah menuju tempat-tempat objek wisata sampai kembali ke tempat semula.
Pengunjung yang ingin pergi ke lokasi air terjun Waai untuk berwisata harus membutukan akses/jarak tempu± 35 Km dari Kota Ambon – Waai danberjalan ke air terjun Waai ± 3 km . Wisatawan bisa menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan beroda dua dari pusat Kota Ambon menuju Negeri Waai harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 70.000 dengan lama perjalanan ± 1 jam perjalanan dan pengunjung yang menggunakan kendaraan beroda empat dengan jarak tempu dari Terminal Mardika ke Negeri Waai  ± 1.5 jam perjalanan, pengunjung harus mengeluarkan biaya sebesar Rp10.000.
Ketika sampai di Negeri Waai wisatawan harus berjalan kaki dari Negeri Waai dengan akses/jarak yang dibutuhkan oleh pengunjung yang datang ke lokasi air terjun harus berjalan kaki ± 3 km dari Negeri Waai. Lamanya perjalanan yang di tempuh pengunjung/wisatawan dari Negeri Waai sampai ke air terjun ± 2 jam perjalanan. Hal itu disebabkan karena jalan atau medan yang di tempuh berkelok-kelok, berbukit dan lembah. Selama menyusuri hutan ada jalan setapak (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun) yang akan pengunjung lewati, dan disini diberikan penunjuk jalan yang memang sengaja disediakan oleh pengelola objek wisata ini. Namun, jika pengunjung memang takut tersesat, pengunjung bisa menyewa pemandu wisata yang akan memandu sampai di air terjun Waaiini, harganya pun tidak terlalu mahal hanya Rp 100.000 sampai 200.000 saja. Setelah sampai disana, semua rasa lelah selama perjalanan akan hilang ketika melihat keindahan air terjun Waai ini jadi tak usah ragu untuk berkunjung ke objek wisata di Negeri Waai.
Ketika dalam perjalana menyusuri hutan wisatawan dapat melihat dan menikmati vegetasi khas Maluku yaitu Cengkeh ( Eugenia aromatika ) dan Sagu(Metroxylon sago),  dihempasan jalan menuju air terjun dengan berbagai vegetasi lainnya. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat vegetasi seperti Cengke dan Sagu pada gambar 5.
Gambar 5
Vegetasi Khas Maluku


 






     Medan yang ditempuh dari Negeri Waai ke Ari Terjun berupa jalan setapak (tempat jalan para petani pergi ke kebun) sehingga pengunjung yang pergi ke Air Terjun harus berjalan kaki ± 3 km dengan waktu tempuh 2 perjalanan melalui medan yang landai, bukit dan lembah.
Dari perlajalan yang menantang setebut pengunjung merasa lalah dalam menyusuri medan tersebut dan ketika pengunjung tiba di Air Terjun Waai rasa lalah tersebut hilang ketika melihat keindahan dan keunikan air terjin waai yang terhampar didepan mata.
3.      Akomodasi
Akomodasi adalah jasa pelayanan yang penting bagi kebutuhan-kebutuhan hidup yang harus disediakan seperti kamar beristirahat apabila mereka lelah, juga harus tersedia kamar kecil atau toilet untuk melayani keperluan buang air atau untuk menyegarkan diri dan juga harus disediakan makanan dan minuman bagi wisatawan, kebutuhan sarana dan prasarana pengunjung yang berkunjung ke Air Terjun Waai.
Berdasarkan hasil penilitian, diketahui bahwa sarana dan prasarana yang belum memadai dengan kondisi sebagai berikut :
a.       Prasarana Jalan
Gambar 6
Jalan Setapak








 














Jalanan menuju air terjunini masih sulit dijangkau oleh pengunjung karena jalan yang masih sebagian besar belum dirintis/dibuka (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun) seperti gambar 5. Jalan yang harus dilalui pengunjung yang pergi ke lokasi air terjun harus berjalan kaki ± 3 km dengan medan yang landai, bukit dan lembah.
Dari hasil pengamatan di lapangan jalan raya yang menuju ke Air Terjun Waai masih dalam keadaan yang sangat parah (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun), sehingga pengunjung yang ke Air Terjun Waai tidak terlalu banyak seperti objek wisata alam lainnya.
b.      Kamar Mandi atau Kamar Ganti
Kamar mandi atau kamar ganti merupakan sarana penting dalam dunia pariwisata, dimana kamar mandi ini digunakan pengunjung pada saat selesai menikmati pemandangan alam, untuk mandi, rekeriasi.Setelah selesai dengan kegiatan atau aktifitas-aktifitas tersebut maka pengunjung harus membersihkan diri.
Telah dipersiapkan kamar mandi atau tempat ganti bagi pengunjung yang datang ke air terjun.Kamar mandi atau kamar ganti  tersebuat dibuat oleh pemilik lokasi tersebut, kamar ganti dibuatdari bambu, kayu dan zenk, akan tetapi kamar ganti tersebut sudah rusak disebabkan karena pohon tumbang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 sebagai berikut :
Gambar 7
 Tempat Ganti Yang Sudah Rusak







4.      Objek Wisata Alam
Air terjun Waai ini merupakan salah air terjun yang ada di Negeri Waai yang bisa dikelola dan dikembangkan bahkan dilestarikan untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata alam.
Objek wisata alam berupa air terjun yang berada di Negeri Waai ini memiliki panorama atau pemandangan alam yang masih alami dan baik untuk menenangkan diri dari kesibukan selama seminggu.
Objek wisata alam ini sering didatangi oleh pengunjung/wisatawan, tetapi pengunjungyang datang ke air terjun tidak terlalu banyak kecuali hari libur. Dari hasil wawancara dengan Bapak Yunus Kayadu hal ini ditegaskan bahwa di lokasi ini belum adanya upaya dari instansi-istansi tertentu dalam mempromosikan Air Terjun Waai  kepada masyarakat luar.
5.      Recreation Opportunity Spectrum (ROS)
ROS merupakan teknik identifikasi karakteristik dari suatu kawasan atau destinasi dengan settingyang berbeda dan memadukannya dengan peluang rekerasi untuk keuntungan terbaik bagi penggunaan penggunaan kawasan/destinasi lingkungan.
Tabel 8
Deskripsi peluang pengembangan destinasi Areal Air Terjun Waai
No
Seting Distinasi
Deskripsi peluang pengembangan
1
Potensi Alam


a.    Pemandangan Alam
Pemandangan lokasi Air Terjun Waai sangat indah dan menarik disebabkan karena udarahnya sangat sejuk walaupun siang hari disebabkan karena banyak vegetasi yang rimbun dan air terjun di apit oleh dinding batu.

b.   Vegetasi

Vegetasi yang ada di areal Air Terjun Waai beranekaragam baik itu dari alam maupun hasil kebun masyarakat seperti Cengkeh, sagu hasil khas Maluku dan buah-buahan. Pengunjung yang pergi ke lokasi bisa melihat secara langsung tumbuhan khas Maluku seperti Cengkeh dan Saguserta pengunjung bisa langsung membeli buah-buahan di pohonnya dari pemiliknya.

c.   Air Terjun
Air Terjun Waai memiliki keunikan tersendiri disebabkan karena diapit oleh dinding-dinding batu, ketinggian air Terjun 17.26 m, Suhu lingkungan pada Areal Air Terjun Waai rata-rata 23.50 C, dipengaruhi oleh ketinggian 204 mdpl, vegetasi yang rimbun dan juga dinding-dinding batu. 204 mdpl perupakan ketinggian yang sangat ideal untuk lokasi wisata alam seperti Air Terjun waai.

d.   Debit Air
Debit Air Terjun Waai memiliki sifat yang ideal dengan kecepatan aliran rata-rata 0.61 m/dtk. Luas penampang basah 1.51 m2 dan debit aliran Air Terjun pada tanggal 02 juli 2012 adalah 0.92 m2/dtk atau 920 l/dtk. Debit aliran air tersebut sangat baik jika dijadikan sebagai wisata air audbond.
2
Aksesibilitas
Akses yang dibutuhkan pengunjung pergi ke lokasi Air Terjun Waaidari pusat Kota ambon38 km. Perincian perjalanan dari Kota Ambon pengunjung bisa menggunakan kendaraan beroda dua maupun empat dengan harga kendaraan roda dua Rp 70.000 dan kendaraan beroda empat Rp 10.000. Kemudian pengunjung berjalan dari Negeri Waai ke lokasi air terjun dengan Medan yang harus dilalui dari Negeri Waai ke Air Terjun landai, bukit dan lembah. (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun). Waktu yang dibutuhkan dalam perjalannan dari Kota Ambon ke Negeri Waai sampai ke Air terjun adalah ± 3 jam perjalanan.
3
Akomodasi


a.    Jalan Raya
Bagi pengunjung yang melakukan perjalanan harus berjalan kaki dengan keadaan jalan raya yang belum di rintis (masih dalan keadaan jalan setapak/tempat jalan para petani pergi ke kebun).

b.      Tempat ganti/kamar mandi
Tempat ganti/kamar mandi merupakan salah satu fasilitas pariwisata yang terdapat di Air Terjun Waai, dan dapat digunakan pengunjung untuk menggantikan pakaian setelah selesai mandi atau menikmati air terjun. Namun tempat ganti tersebut sudah rusak disebabkan karena pohon tumbang.













BAB V
PENUTUP
                                                                                                              
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang ditelit maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Air Terjun Waai dapat dijadikan sebagasi objek wisata alam karena memiliki potensi sepertiair terjun yang sangat indah disebabkan karena lokasinya masih alami dan air terjun tersebut diapit oleh dinding batu.
2.      Air Terjun Waai berasal dari Sungai WaeTasoi di bawah Gunung Salahutu berlokasi di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam.
3.      Suhu lingkungan pada Areal Air Terjun Waai rata-rata 23.50C, dengan ketinggian 204 mdpl.
4.      Ketinggian Air Terjun Waai 17.26 meter, dengan debit saluran air pada aliran Air Terjun Waai pada hari senin, 02 Juli 2012 adalah 0.92 m3/detik atau 920  l/detik.
5.      Air Terjun Waai merupakan lokasi yang indah dan menarik untuk berwisata atau berlibur.
6.      Lokasi Air Terjun ini belum terdapat akomodasi berupa sarana dan prasarana penunjang untuk berwisata.
7.      Pengunjung yang datang ke Air Terjun Waai  hanya pada waktu tertentu saja, disebabkan karena  aksesibilitas yang ditempuh cukup jauh dari Negeri Waai (± 3 Km ) dengan lama prjalanan ± 2 jam perjalanan.
8.      Dengan menggunakan analisis Recreation Oppportunity Spectrum(ROS), maka ROS memberikan peluang pengembangan destinasi areal Air Terjun Waai sangat baik jika dikembangkan menjadi tempat wisata alam.
9.      Pengunjung yang datang ke air terjun tersebut dengan tujuan yang berbeda-beda seperti berfoto, mandi, rekeriasi dan berjalan-jalan melihat keindahan alam di sekitar Air Terjun Waai.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1.                  Harus adanya peranan pemerintah dalam melihat, memepromosikan Air Terjun Waai.
2.                  Kepada Pemerintah, baik Pemerintah Kabupten, maupun Pemerintah Provinsi agar dapat melihat potensi-potensi yang dimiliki Negeri Waai seperti Air Terjun Waai, dan  dapat dijadikan sebagai  objek wisata alam guna menambah devisa daerah di Negeri Waai Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
3.                  Kepada pengunjung yang datang ke Air Terjun Waai harus menjaga kelestarian dan keindahan alam di air terjun tersebut.